Nona, begitulah dia memanggilku. Nona, tanpa tambahan nama di belakangnya, ya.. sekedar Nona..
bukan, bukan karena aku tidak bernama. aku punya nama yang indah, yang diberikan kedua orang tua,
aku menyukainya. Sebagian besar manusia yang kukenal memanggilku dengan nama itu.. tapi tidak dia..
dan aku suka..
Cinta yang dikatakannya tanpa bahasa..
cinta yang dibisikkannya tanpa suara..
cinta yang ditunjukannya tanpa rupa..
dan aku selalu suka..
Aku sudah menaruh hati,sekian lama. Kupaksakan setiap hari melintas disini, dan saling bertukar sapa.. hari ini aku sudah lelah menyimpan rasa,Hari ini aku akan mengatakannya.. Dan saat kulihat dia di ujung sana,
Membayangkan mengatakan "aku mencintaimu" Â saat kutatap matanya yang teduh..
membayangkan mengatakan "aku mencintaimu" saat jemari mulai saling bersentuh..
aku siap mengatakan "aku mencintaimu" Â , dadaku bergemuruh..
Saat sekelebat bayangan besar membuat semua impianku runtuh, segala sesuatu berjalan begitu cepat, dia tidak sempat mendorongku menjauh.
Tiba-tiba gelap gulita, saat kubuka kedua mata, saat kukira dimana dia akhirnya benar-benar mengatakannya,
aku lemah tak bergerak, meregang nyawa..
Truk besar itu melanggar lampu merah, dan tubuhku bersimbah darah, dalam peluknya, aku tersenyum lemah..
ku tatap sang pemuda.. tangis tersedihku pecah untuknya,
aku bahkan tidak tahu namanya..
dari bibirnya terdengar satu kata..
.....
....
...
..
.
nona..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H