Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suara Termerdu

20 Mei 2024   10:59 Diperbarui: 20 Mei 2024   11:23 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara Termerdu

Terasa sepi dan lengang, dahulu

Silir angin mengalun bersama gerak kehidupan

Membawa syahdu, merasuk ke kalbu

Oh, indahnya sejuta kenangan

Kini tak lagi asyik

Dimana-mana ada yang mengganggu jiwa, hati, dan pikiran

Kenapa tak mereka biarkan?

Baca juga: Teman Tuk Selamanya

Toh suara-suara itu yang sebenarnya menyesatkan dan membuat berisik

Para politikus penipu yang haus harta

Orang-orang gila, rajin mengumpat dan ngawur bicaranya

Atau eluhan para pezina yang menantang neraka

Setiap hari merusak indahnya dunia

Kemudian tiba-tiba kumerindu

Indahnya masa lalu

Saat muncul suara termerdu yang berkumandang lima waktu

Memanggil, mengajak, mengingatkan selalu

Membungkam semua suara-suara buruk itu

Menghentikannya, meski untuk sementara

Jawablah panggilan itu dengan sempurna

Niscaya ia akan menuntunmu menuju terangnya cahaya

Jakarta, 20 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun