"Iya Lem!" Abdi tampak terengah-engah sebelum menunduk, ketenangan seperti datang, mungkin karena kehadiran rekannya.
      "Kita harus segera membangunkan Imam Hassan.. Dan semua yang ada di sini, Lem bantu bangunkan dokter dulu ya, baru yang lain. Pelan-pelan tapi! Aku ke kamar Kapten!"
      "Loh kok, kan bisa dimulai dari sini Di," tunjuk Dalem ke arah kamar koki dan petugas kebersihan.
      "Itu prosedur Lem! PROSEDUR!" ucap Abdi mengingat tulisan di catatannya sendiri 'ketika kondisi darurat' di buku catatan. Dalem agak terkejut dan mengangguk.
      "I.. Iya Di, oke, pelan-pelan kan bangunkannya..."
      "Ya Lem, maaf, iya.. pelan-pelan..."
      Ia pun bergegas menuju kamar Kapten di bagian paling ujung, disusul oleh Dalem yang segera berbelok ke arah kamar Dokter. Abdi sejenak melihat ke kiri depan, kamarnya dan Dalem tak jauh dari kamar mandi tengah. Ia membelokkan pikirannya dan mampir untuk mengambil tas yang telah disiapkan. Setelah ia membuka pintu dilihatnya tas itu berada di atas kasur dan memanjang karena berisi benda itu. Tas Dalem sendiri berada di sudut, sepertinya ada beberapa barang yang belum dikemasnya. Abdi kemudian menutup pintu kamar sambil membawa tas di punggung. Terdengar suara-suara di belakang, sepertinya Dalem sudah membangunkan Dokter, sekarang tinggal kapten kapal dan tentunya para penjaga di luar sekarang menuju tangga ke bawah tempat para prajurit tidur. Mugkinkah mereka sudah tahu sekarang, ketika api itu membesar? Pastilah begitu, pikiran Abdi membayangkan kamar yang tiba-tiba terasa panas, tapi apakah mereka bisa terbangun di saat paling lelap ini.
      Ketika mendekati pintu Kapten Kapal, Abdi mendengar suara-suara di bawah, sepertinya ada yang sudah tahu. Ketika hampir mencapai pintu, terdengar teriakan dari bawah, "APA? TERBAKAR?" serta suara dari belakang, "Hah!? Apa maksudnya diserang? Kita kan bersembilan!"
      Tangan Abdi meraih gagang pintu dan sebelum ia sempat memutarnya, pintu itu terbuka lebih dahulu, memperlihatkan wajah pria tua yang berbadan sangat kekar, pandangannya masih tajam ketika ia melihat ke belakang melewati Abdi, kemudian ke arah lantai di bawah disusul selanjutnya kedalaman suara yang sangat tenang.
      "Ada apa ini?" tanya Imam Hassan, matanya sekarang tajam ke arah Abdi.
      Sejenak Abdi terdiam, ia mengingat sebuah kata yang penting,