"Tenang saja, dia dirawat dengan prioritas utama. Target utamanya dia. Penyusup dan mata-mata kurasa.. hmm..."
      "Ah, begitu.. jangan-jangan NTR lagi..."
      "Belum bisa dipastikan Abdi. Kita tunggu Pak Affar siuman nanti, InsyaAllah..."
      "Sekarang makan dan beristirahatlah," matanya ke arah piring berisi makanan yang telah disediakan di ujung kiri.
      "Sho.. Sholat.. saya baru akan sholat Imam eh maksud saya komandan..."
      "Hehehe, Alhamdulillah Abdi, masih ingat kau ternyata dengan kewajiban yang tak boleh ditinggalkan satu kalipun itu," tangannya masih memegang bahu Abdi dengan tatapan hangat layaknya orang tua kepada anak.
      "Lanjutkan kalau begitu."
      "Saya harus mengambil sesuatu dan kembali untuk membuat laporan. Oh iya, saya yang menjamin kalian berdua, jangan macam-macam dan istirahat saja dulu di sini ya..."
      "Tapi kalian harus ikut.. besok akan ada yang menjemput kalian kemari..."
      Ekspresi bingung tampak dari raut muka Abdi.
      "Hmm.. sudah-sudah, segera sholat, makan, dan beristirahatlah. Besok kita bertemu lagi, InsyaAllah. Assalamualaikum..."