"Wah, berarti ketemu dong sama Raden Eru, weh, ceritain dong Lem."
      "Naah, itu dia Di.. kan waktu itu Raden Eru ketemu dengan para pedagang Parahiyangan yang bareng dengan kita di sekoci tujuh, delapan, dan sembilan. Beberapa diantara mereka ada di shaf terdepan."
      "Yang jadi Imam Aa Yan ya?"
      "Yup betul sekali, beliau yang mengimami. Raden Eru sholat pas di belakangnya."
      "Wiih, masih inget aku Lem kata-kata beliau, pingin ikut nyelametin Kapten Sudirman rasanya..."
      "Sama Di, prajurit Mataram aja habis itu kerjanya semangat bener. Itu, pas persiapan sehabis Ashar. Aku ikut bantu juga!"
      "Pantesan, aku cariin kemana-mana gak ketemu. Aku juga ikut bantu kok Lem, tapi di ujung, kapal tiga belas, empat belas, dan lima belas."
      "Walaaah, ya gak bakalan ketemu kita Di, wong aku di kapal satu, dua, tiga sama kapal tujuh belas milik Raden Eru yang berlabuh disebelah kapal nomor satu."
      "Hooo, iya-iya Lem. Trus sempet ketemu gak sama Raden Eru? Aneh juga ya yang berangkat kapal nomor awal dan nomor terakhir"
      "Ketemu Di.. Loh kamu gak tahu Di, kapal terbaik itu ditempatkan di paling depan dan paling belakang. Nah, kapal satu, dua, tiga, tiga belas,empat belas, dan kapal lima belas itu kapal perang terbaik Mataram, yang mimpin Raden Eru sendiri!"
      "Waah, hebat ya Lem, aku baru tahu, yang ngasih tahu Raden Eru ya?"