Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 11, Pertempuran Laut) - Penyu Hitam

23 Maret 2024   10:50 Diperbarui: 23 Maret 2024   10:56 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            Papan yang diangkat para prajurit tadi rupannya untuk menurunkan sekoci. Dikaitkan ke bagian ujung pinggir kapal, papan panjang tadi sekarang sudah mengarah ke laut, namun belum menyentuh air, karena masih ditahan tali, menunggu kapal berhenti terlebih dahulu.

            Sementara seluruh penumpang mendorong sekoci mereka masing-masing ke dek tengah, tak terasa setengah jam sudah berlalu, kapal berganti arah. Dua sekoci yang tadi disiapkan para prajurit diturunkan, sesaat setelah kapal berbelok arah dan menurunkan kecepatannya. Abdi, dalem, dan beberapa penumpang lain yang sudah di atas dek melihat ke arah ujung tempat turunnya dua sekoci itu. Tidak terlalu susah ternyata, dengan berhati-hati dua orang prajurit menaikkan ujung sekoci bagian depan sebelum kemudian didorong oleh tiga prajurit lain. Di sekoci sendiri sudah diisi oleh dua orang prajurit dan barang bawaan cukup besar yang tertutup terpal. Sekoci pun dengan mulus meluncur ke arah laut, diikuti satu sekoci lagi dengan barang bawaan yang sama. Abdi mendekat ke arah pinggir untuk melihat ke bawah, dua sekoci itu langsung didayung dari arah kiri dan kanan lau hilang ditelan kegelapan malam, sementara itu dari jauh terlihat tiga bayangan, seperti ada kerlip kecil cahaya di ketiganya. Mendadak Abdi paham apa yang dibawa kedua sekoci tadi. Ia pun berjalan cepat ke arah Dalem ingin memberitahu rekannya yang terus melihat ke arah papan panjang tempat dua sekoci tadi diturunkan. Namun niatnya tadi dihentikan oleh teriakan salah seorang prajurit, "BERSIAP TURUNKAN SELURUH SEKOCI, SEBENTAR LAGI KAPAL AKAN BERHENTI!".

            Sejenak seluruh penumpang melupakan apa yang mereka pikirkan dan fokus ke sekoci masing-masing, beberapa harus mendorong barang bawaannya ke pojok, beberapa lainnya hanya meninggalkan barang-barang yang tidak bisa dibawa naik ke atas dek. Setelah dua kilometer berjalan, kapal pun berhenti. Sekoci nomor sembilan mendapat urutan pertama untuk turun. Seluruh penumpang naik, dua orang prajurit menaikkan ujung sekoci ke ujung papan, kemudian mereka ikut naik di depan. Di belakang bagian dalam sekoci, lima orang pedagang termasuk Abdi dan Dalem memegang tepi pinggir. Tiga orang prajurit lalu mendorong sekoci. Dalem, yang duduk paling belakang, melihat ke arah mereka sambil tersenyum. Seperti turun dari perosotan, Abdi menegangkan rahangnya. BYUR!

            Sekoci pun menyentuh laut, dua prajurit terdepan lalu mengeluarkan empat buah kayuh yang dibagikannya ke para penumpang. Abdi dan Dalem masing-masing memegang satu kayuh, pedagang di sebelah belakang kiri Abdi juga memegang satu kayuh. Satu sisanya dipegang seorang prajurit di depan, satu prajurit lainnya melihat ke kompas dan segera mengarahkan mereka.

            "Dayung ke arah kiri kapal!" perintahnya segera dijawab ayunan tangan keempat orang pemegang kayuh.

            Sekoci pun bergerak ke arah samping kiri kapal, di belakang mereka terdengar suara sekoci delapan turun.

            "Mereka akan mengikuti kita ke arah Nusa, ayo lebih cepat lagi! Terpal akan kita naikkan setelah dua jam mendayung! Kita harus beristirahat nanti!" ucap prajurit yang membawa kompas.

            "Semoga ketiga kapal yang mengejar kita berhasil ditahan di sini, kalau tidak bisa gawat..." ujar prajurit satunya sambil mengayuh.

            "Sudah, tidak usah berpikiran buruk dulu! Serahkan semua kepada Allah! Bismillah, semoga kita semua selamat!"

            Seluruh penumpang sekoci Sembilan mengaminkan ucapan terakhir sang pembawa kompas, beberapa mengikuti dengan dzikir sambil terus mengayun kayuhnya. Mereka berencana bergantian mendayung setiap setengah jam sekali, agar sekoci cepat menjauh. Di belakang terdengar suara dari sekoci delapan yang sama-sama menuju Nusa. Tidak perlu mengkhawatirkan sekoci di belakang, mereka semua fokus menjauh dari Pinisi Mataram sekarang, menuju arah kompasnya masing-masing. Suara gemuruh di lautan sehabis hujan cukup membuat tegang, meskipun hawa sangat dingin terasa, namun angin tidak begitu kencang seperti sebelumnya. Para penumpang sangat mengantuk, tetapi mereka harus tetap mengayuh hingga jauh untuk menyelamatkan diri, pikiran mereka dipenuhi kekhawatiran. Abdi dan Dalem sendiri berusaha menenangkan diri dengan berdzikir. Lagi, dari belakang terdengar enam kapal sekoci turun. Hal yang kini pastilah diketahui pula dari tiga kapal musuh yang mengikuti.

            DUARRR! Tiba-tiba dari jauh terdengar ledakan sangat besar, tapi asalnya lebih jauh dari Kapal Pinisi berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun