"Bukan, hanya sekadar pelancong dan eee.... tamu."
"Ah... kalau begitu.. Anda sekalian.. dijamu di masjid.., huff, silahkan mampir jika butuh sesuatu..." sambil terengah-engah ia pun mengulurkan selembar pengumuman berisi pelaksanaan hukum jinayat yang kali ini menghukum pencuri dan perampok. Abdi segera menerima lembar perkamen itu.
"Wuih.. potong tangan rupanya?" kata Abdi kaget,
"Yup, betul sekali" jawab orang tadi sembari terus mengamati pakaian yang dikenakan mereka berdua dan rupanya ia segera paham dari mana mereka datang.
"Ah, Mataram kan..." senyumnya kali ini dengan wajah agak ragu.
"Hoo cepat sekali" sahut Dalem.
"Ah, kemarin lalu ada yang mengenakan pakaian sama..." ucapannya terhenti sampai di situ, para warga berdatangan keluar dari rumah masing-masing, beberapa meminta lembar perkamen sisa yang belum dibagikan. Abdi terlihat bercakap cakap dengan beberapa anak kecil yang berlari ke arah mereka.
"Waktunya pas sekali..." ucap Dalem sambil melenturkan otot-otot tangan dan pinggangnya sementara Abdi menanyakan tempat untuk mereka kunjungi ke beberapa orang.
Hari ini adalah hari Jumat, matahari belum naik terlalu tinggi, mereka langsung menuju ke masjid sembari menunggu waktu sholat jumat bersama-sama dengan penduduk sekitar. Di Masjid baru berkumpul kira-kira setengah warga desa. Abdi melihat seseorang yang sudah nampak tua namun masih terlihat kekar memimpin proses pelaksanaan hukuman. Sambil berbicara mata pria itu menyapu seluruh halaman masjid, bahkan Abdi dan Dalem tak luput dari pandangannya. Ia juga sesekali melihat ke jalan masuk utama, mungkin mengecek siapa saja yang datang ke masjid untuk menonton. Selain itu, di samping panggung terlihat pula tiga orang yang sepertinya ditugaskan untuk menjadi algojo.
"Wah, serem Di kelihatannya..." ucap Dalem, sementara itu Abdi hanya tersenyum kecut melihat barisan orang duduk bersimpuh dengan kepala tertunduk menghadap tanah di tengah-tengah halaman masjid.