Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ideologi Itu dari Hati

4 Januari 2024   14:12 Diperbarui: 4 Januari 2024   14:36 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: freepik.com

            Hal di atas juga menunjukkan lemahnya ideologi yang mendasarkan kepada kebanyakan orang seperti demokrasi misalnya. Demokrasi pasti berjalan seiring dengan liberalisasi, sayangnya mekanisme filter di dalamnya tidak begitu tegas, apalagi jika demokrasi itu bukan berasal dari akar budaya sendiri tapi mengambil contoh dari luar. Hasilnya? Keterbukaan yang kebablasan, bahkan pakaian para perempuan pun turut dilucuti satu persatu. Tapi itu bukan sesuatu yang bisa dicegah ketika ideologi demokrasi menjadi jalan hidup, karena apa? Karena kebanyakan dari laki-laki yang menganutnya akan membiarkan saja hal itu terjadi, dan seperti ide dasarnya, suara yang banyak akan dapat mempengaruhi suatu hal. Begitulah, bahaya sekali jika sesuatu yang jahat sudah banyak jumlahnya, akan berpengaruh pada keberadaan atau manifestasi kejahatan itu sendiri yang menjadi legal karena mendapat dukungan besar. Suara-suara setan, ketika menjadi banyak di alam demokrasi, akan menjadi momok menakutkan yang bisa mempengaruhi kehidupan orang banyak lainnya.  

            Ideologi itu berasal dari hati, apa-apa yang kita lakukan setiap hari dari hasil pemikiran kita sendiri. Tak peduli itu mencontoh atau memang hasil kebijaksanaan, yang jelas itu harus dari hati. Ketika kita mengikuti 'gaya hidup' yang berlebihan dan berkata bahwa ideologi yang kita anut adalah Agama yang kita anut tentu itu adalah sebuah kebohongan. Agama tidak pernah mengajarkan kepada manusia untuk terlalu mengikuti hawa nafsunya, semua harus didapatkan dengan cara yang baik dan benar serta tentunya tidak melampaui batas. Buat apa ada perintah untuk menyisihkan sebagian yang kita peroleh untuk mereka yang tidak mampu kalau begitu?

            Demokrasi sejatinya digunakan untuk menguasai. Pasca perang dunia, dunia terbagi menjadi dunia pertama yakni pemenang perang dunia yang mengusung ideologi ini. Lalu dunia kedua yang mengusung ideologi yang menjadi saingan yakni komunisme. Pertarungan kedua ideologi ini ditujukan untuk menguasai dunia ketiga, yakni negara-negara yang dijajah, yang netral, maupun yang non-blok, termasuk diantaranya adalah negeri Nusantara. Bahayanya, ideologi itu hanya diterapkan untuk menguasai dan mengatur masyarakat dan manusia-manusia biasa saja, tidak bagi para elit-elit yang berada di puncak pimpinan tertinggi pemerintah dunia.

            Para elite itu, yang berada di puncak kekuasaan dunia, sebagian besarnya memiliki ideologi satanisme. Mereka mengagungkan Iblis dan anak keturunannya, entah dengan nama apapun, Illuminati, Freemason, Skull & Bones, Zionisme atau yang lainnya. Demokrasi dan Komunisme hanyalah alat yang digunakan untuk menipu dan mengusai.  

             Sekali lagi ideologi itu dari hati. Jadi kita bisa melihat dari kesehariannya. Tidak hanya di kata-kata, namun untuk apa sebagian besar waktunya? Bagaimana ia mendapatkan uang? Apa pekerjaannya? Siapa teman-temannya? Dan yang paling terpenting bagaimana ibadahnya? Para pejabat yang menjadi koruptor itu sebenarnya berbohong ketika menjawab ideologi mereka adalah Pancasila. Sama halnya dengan perampok yang brutal dan serakah, pembegal misalnya, para koruptor ini menempatkan hawa nafsunya akan harta dan kekayaan menjadi yang pertama. Ideologinya sama dengan kebanyakan orang di masa modern, yakni uang, ideologi sederhana yang menipu, karena pada dasarnya uang bisa dibuat dan dimanipulasi. Bahkan uang-uang tipuan sekarang lebih canggih lagi, tinggal mengetikkan angka di layar monitor maka uang-uang itu akan bisa membayar hal-hal nyata di kehidupan ini. Tidak adakah yang bertanya, uang apa yang kita gunakan semenjak dahulu kala, yang dijamin oleh Tuhan?

            Ideologi berasal dari hati. Lihatlah keseharianmu, dari mana uangmu kau peroleh, apa saja kegiatanmu sehari-hari? Siapa teman-temanmu? Lalu bagaimana ibadahmu? Hal-hal itulah yang menentukan gambarannya kemudian, yakni ideologi yang nampak dari dirimu. Tapi bisa jadi itu bukan dari keinginanmu sendiri, maka tanyakan pada dirimu sendiri, tanyakan pada pikiranmu, lalu tanyakan pada hatimu, apa yang kau mantapkan setelah kau berpikir. Itulah ideologi itu sesungguhnya, sesuatu yang menjadi penggerak dan pedoman, serta cita-cita hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun