Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Teriknya Indonesia dan Tingginya Anomali Suhu November 2023

6 Desember 2023   09:04 Diperbarui: 7 Desember 2023   08:45 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Cuaca yang cukup teril. (sumber gambar: freepik.com)

 Indonesia, negeri tropis yang terkenal dengan kekayaan alamnya, kini tengah menghadapi tantangan tak terduga dari cuaca yang membara. 

Sangat disayangkan bahwa sejumlah daerah di Indonesia, seperti Sumatra bagian tengah hingga Selatan, Riau bagian Selatan, Jambi, Lampung, Banten, dan Jawa Barat, mengalami panas dan kekeringan selama puncak fenomena El Nino pada Agustus-Oktober 2023 lalu. 

Namun demikian berdasarkan laporan anomali suhu bulanan November 2023 lalu ternyata kondisi ini masih berlanjut di tengah awal musim hujan yang mulai menyapa.

Penyebab dan Dampak

Meski beberapa wilayah di Indonesia merasakan panas menyengat, keberadaan lautan yang memisahkan kepulauan ini ternyata menyimpan peran penting. 

Indonesia, berkat kepulauannya yang luas, berhasil menghindari gelombang panas ekstrem yang melanda beberapa negara tetangga. Laut adalah pembatas alami yang membantu mendinginkan suhu rata-rata serta mencegah kenaikan yang signifikan.

Ada tiga faktor utama yang mendongkrak cuaca panas tak terelakkan ini. Pertama, anomali iklim El Nino, yang mempengaruhi suhu muka permukaan laut di Samudera Pasifik bagian timur. 

Hal ini berdampak pada minimnya pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia, menjadikan sinar matahari langsung menyinari tanah, tanpa ada tameng awan.

Faktor kedua adalah anomali iklim di Indian Ocean Dipole (IOD) positif di wilayah Samudera Hindia bagian barat. 

Ini juga berkontribusi pada minimnya awan hujan di Indonesia, meningkatkan intensitas sinar matahari yang menyentuh permukaan bumi. Minimnya awan hujan membuat sinar matahari lebih intens, menciptakan kondisi panas menyengat.

Faktor ketiga adalah pengaruh angin kering dari Australia, yang mereduksi kelembaban udara di Indonesia. Angin kering ini memicu musim kemarau yang lebih intens, menjadikan cuaca semakin panas dan kering.

Efek dari cuaca panas ini tidak hanya dirasakan secara fisik, tetapi juga memengaruhi berbagai sektor, termasuk pertanian, kesehatan masyarakat, dan ketersediaan air. 

Sejumlah wilayah, seperti Kota Semarang dan Kertajati, Majalengka, mencatat suhu harian maksimum yang mencapai tingkat mengkhawatirkan. 

Kota Semarang dan Kertajati, Majalengka, menjadi titik panas tertinggi. Suhu maksimum harian di Semarang mencapai 38,6 derajat Celcius, sementara di Kertajati mencapai 38,8 derajat Celcius pada tanggal 7 Oktober 2023. 

Pemantauan yang cermat dari BMKG menjadi sangat penting untuk memberikan peringatan dini dan panduan bagi masyarakat menghadapi situasi ini.

Laporan Anomali Suhu Bulanan November 2023

Berdasarkan analisis dari 117 stasiun pengamatan BMKG, data menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata di Indonesia pada bulan November 2023 mencapai 27,8 C. 

Ini melebihi nilai normal suhu udara klimatologis untuk bulan November 2023 periode 1991-2020, yang seharusnya sebesar 27.0 C (dalam kisaran normal 20,1 C -- 28,6 C). Dengan demikian, terdapat anomali positif pada suhu udara rata-rata bulan November 2023, dengan nilai sebesar 0,8 C.

Anomali suhu udara ini menandakan bahwa suhu rata-rata bulan November 2023 adalah yang tertinggi sepanjang periode pengamatan sejak tahun 1981. 

Selain itu, data menunjukkan bahwa secara umum di wilayah Indonesia, nilai anomali suhu udara rata-rata per-stasiun pada bulan November 2023 menunjukkan kecenderungan nilai positif atau lebih tinggi dari rata-rata klimatologisnya.

Anomali suhu maksimum tercatat di Stasiun Meteorologi Kertajati - Majalengka sebesar 1,9 C, sementara anomali minimum tercatat di Stasiun Meteorologi Karel Sadsuitubun - Maluku Tenggara sebesar -0,3 C.

Perbedaan suhu udara rata-rata bulan November 2023 terhadap bulan sebelumnya (Oktober 2023) dari 161 stasiun pengamatan BMKG di Indonesia secara umum menunjukkan peningkatan suhu (nilai positif). Peningkatan suhu terbesar tercatat di Stasiun Meteorologi Komodo - NTT sebesar 1,6 C, sementara penurunan suhu terbesar tercatat di Stasiun Meteorologi Dabo - Dabo sebesar -1,3 C.

Data ini memberikan gambaran tentang tren suhu udara yang cenderung meningkat pada bulan November 2023, dan peningkatan suhu ini perlu mendapat perhatian khusus dalam konteks perubahan iklim global dan dampaknya terhadap cuaca regional.

Dalam bulan November 2023, sejumlah lokasi di Indonesia mengalami anomali suhu yang signifikan, melebihi satu derajat Celsius dari nilai normalnya sejak pengamatan dimulai pada tahun 1981. 

Anomali suhu ini dapat memberikan gambaran tentang kondisi cuaca yang ekstrem dan potensial dampaknya terhadap lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa lokasi dan nilai anomali suhu bulan November 2023:

  • Palembang: 1,0 derajat Celsius
  • Bengkulu: 1,0 derajat Celsius
  • Manado, Sulut: 1,0 derajat Celsius
  • Makassar: 1,0 derajat Celsius
  • Kapuas Hulu, Kalbar: 1,0 derajat Celsius
  • Kotawaringin, Kalbar: 1,0 derajat Celsius
  • Priok, Jakut: 1,1 derajat Celsius
  • Barito Utara, Kalteng: 1,1 derajat Celsius
  • Budiarto, Banten: 1,1 derajat Celsius
  • Jakarta Pusat: 1,1 derajat Celsius
  • Kota Tangerang: 1,0 derajat Celsius
  • Malang: 1,0 derajat Celsius
  • Citeko, Bogor: 1,1 derajat Celsius
  • Majene, Sulbar: 1,1 derajat Celsius
  • Kepulauan Bangka Belitung: 1,2 derajat Celsius
  • Lampung Selatan: 1,2 derajat Celsius
  • Luwu Utara, Sulsel: 1,1 derajat Celsius
  • Bima, NTB: 1,1 derajat Celsius
  • Ternate: 1,1 derajat Celsius
  • Bawean, Gresik: 1,2 derajat Celsius
  • Surabaya: 1,2 derajat Celsius
  • Toli-Toli, Sulteng: 1,2 derajat Celsius
  • Palu, Sulteng: 1,2 derajat Celsius
  • Luwuk Selatan, Sulteng: 1,2 derajat Celsius
  • Pesawaran, Lampung: 1,3 derajat Celsius
  • Minahasa Utara, Sulut: 1,3 derajat Celsius
  • Halmahera Selatan: 1,3 derajat Celsius
  • Ketapang, Kalbar: 1,3 derajat Celsius
  • Bandung: 1,3 derajat Celsius
  • Krajan, Malang: 1,3 derajat Celsius
  • Biak, Papua: 1,3 derajat Celsius
  • Kepulauan Sula, Malut: 1,3 derajat Celsius
  • Pondok Betung, Tangerang: 1,4 derajat Celsius
  • Tanah Tinggi, Tangerang: 1,4 derajat Celsius
  • Pasuruan: 1,3 derajat Celsius
  • Tegal, Jateng: 1,4 derajat Celsius
  • Semarang Barat: 1,4 derajat Celsius
  • Sako, Palembang: 1,6 derajat Celsius
  • Kecamatan Siliwangi, Semarang: 1,6 derajat Celsius
  • Kepulauan Sangihe, Sulut: 1,4 derajat Celsius
  • Sumbawa, Sulut: 1,4 derajat Celsius
  • Kota Semarang: 1,5 derajat Celsius
  • Madura, Jatim: 1,6 derajat Celsius
  • Jayapura, Papua: 1,6 derajat Celsius
  • Kota Alam, Lampung Utara: 1,7 derajat Celsius
  • Kotabaru, Kalsel: 1,7 derajat Celsius
  • Sidoarjo, Jatim: 1,7 derajat Celsius
  • Nganjuk, Jatim: 1,7 derajat Celsius
  • Mapenget, Manado, Sulut: 1,7 derajat Celsius
  • Majalengka, Jawa Barat: 1,9 derajat Celsius

Data ini mencerminkan bahwa sejumlah besar wilayah di Indonesia mengalami peningkatan suhu yang cukup besar pada bulan November 2023. 

Peningkatan suhu seperti ini dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pertanian, ketersediaan air bersih, dan kesehatan masyarakat. 

Untungnya musim hujan sudah mulai di beberapa wilayah di Indonesia. Namun demikian pemantauan dan mitigasi yang cermat perlu dilakukan untuk menghadapi konsekuensi perubahan suhu ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun