Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Melindungi Air Tanah dari Perubahan Iklim dan Pemborosan

2 November 2023   10:23 Diperbarui: 5 November 2023   09:36 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ancaman Perubahan Iklim

Dalam urusan kehidupan sehari-hari, seringkali kita mengambil kehadiran air tanah sebagai sesuatu yang begitu wajar, hampir tak terpikirkan. 

Kita memercayainya sebagai sumber air yang tak pernah habis, tersedia di bawah permukaan tanah, siap digunakan saat kita membuka keran air atau mengairi lahan pertanian. 

Namun, kita jarang menyadari betapa pentingnya air tanah dan bagaimana perubahan iklim dapat memberikan dampak serius pada sumber daya alam ini.

Air tanah, yang terletak di dalam formasi geologis yang dikenal sebagai akuifer, merupakan sumber air yang tidak hanya vital bagi kebutuhan air minum dan irigasi pertanian, tetapi juga memengaruhi ekosistem sungai, danau, serta mata air. 

Presipitasi seperti hujan dan salju meresap ke dalam tanah, menyusuri lapisan batuan atau pasir yang memiliki pori-pori dan menampung air sebagai air tanah. Akuifer, sebagaimana dijelaskan, merupakan sarana alami yang sangat penting untuk menyimpan dan membagikan air dalam ekosistem tanah.

Namun, perubahan iklim menggoyahkan dasar ini. Pola hujan yang berubah, terkadang menghadirkan kekeringan, terkadang banjir ekstrem, dapat mengurangi infiltrasi air ke dalam tanah, mengganggu pengisian akuifer. Air tanah bisa saja mulai terlihat tidak selalu tersedia ketika kita butuhkan. Ini adalah kekhawatiran yang perlu kita angkat.

Perubahan iklim juga memberikan dampak lain yang signifikan pada air tanah: peningkatan suhu. Suhu yang lebih tinggi meningkatkan pelarutan mineral dalam tanah, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas air tanah. 

Air yang kita andalkan untuk keperluan minum dan pertanian mungkin perlu lebih banyak pengolahan atau penyaringan untuk memenuhi standar kualitas yang aman.

Tidak hanya itu, perubahan iklim meningkatkan potensi erosi dan banjir, yang dapat membawa zat pencemar dan merusak kualitas air tanah. 

Kombinasi antara peningkatan suhu, pola hujan yang tidak stabil, dan cuaca ekstrem menghadirkan tantangan serius bagi air tanah dan, dengan demikian, bagi masyarakat yang mengandalkan sumber air ini.

Di sisi lain, intrusi air laut yang lebih besar ke dalam akuifer pesisir mengancam dengan merusak lebih lanjut kualitas air tanah. Kenaikan permukaan air laut yang dipercepat oleh perubahan iklim mengintai sebagai ancaman nyata yang dapat mempengaruhi kualitas air tanah di wilayah pesisir.

Pengaturan Penggunaan Air Tanah di Indonesia: Perlindungan Sumber Daya Air dalam Kekeringan

Kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Indonesia telah memunculkan perdebatan tentang kebijakan pemerintah terkait perizinan penggunaan air tanah. 

Aturan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mengharuskan warga meminta izin khusus jika ingin menggunakan air tanah menjadi sorotan utama. 

Namun, aturan ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air bawah tanah dan mencegah penurunan muka air. Sejumlah pakar dan pengamat pun mempertanyakan efektivitas dan dampak dari aturan ini.

Kementerian ESDM mengeluarkan kebijakan baru, yaitu Keputusan Menteri ESDM Nomor 291.K/GL.01/MEM.G/2023 tentang Standar Penyelenggaraan Persetujuan Penggunaan Air Tanah. 

Aturan ini mewajibkan individu, kelompok masyarakat, instansi pemerintah, badan hukum, atau lembaga sosial yang menggunakan air tanah minimal 100.000 liter per bulan untuk meminta izin penggunaan air tanah. 

Aturan ini mencakup penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari, pertanian di luar sistem irigasi yang sudah ada, penelitian, kesehatan, pendidikan, taman kota, rumah ibadah, fasilitas umum, serta instansi pemerintahan. Bahkan bantuan sumur bor/gali juga harus mendapatkan izin dari Kementerian ESDM.

Dilansir dari situs berita bbc Indonesia, pemohon harus mengajukan permohonan persetujuan penggunaan air tanah kepada Menteri ESDM melalui Kepala Badan Geologi ESDM dengan melampirkan delapan persyaratan, termasuk formulir permohonan, bukti kepemilikan tanah, surat pernyataan tentang ketidakadaan sengketa tanah, izin lingkungan, dan lain sebagainya. 

Setelah permohonan diajukan, Kepala Badan Geologi ESDM akan melakukan verifikasi dan evaluasi. Jika permohonan disetujui, izin diterbitkan, dan pemohon harus mematuhi berbagai ketentuan, termasuk pemakaian meter air dan pembangunan sumur resapan.

Sejumlah pengamat dan pakar merespons aturan ini dengan sejumlah pertanyaan kritis. Mereka mempertanyakan bagaimana Kementerian ESDM akan mengawasi penggunaan air tanah, terutama dalam hal penggunaan air bersih oleh masyarakat. 

Selain itu, solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mendorong masyarakat beralih dari air tanah ke Penyediaan Air Minum (PAM) juga menuai keraguan apakah PAM dapat menjamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air.

Kementerian ESDM menegaskan bahwa aturan ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air bawah tanah. Pengaturan penggunaan air tanah diperlukan untuk mencegah penurunan kualitas air tanah akibat pemompaan yang berlebihan. 

Meskipun air tanah merupakan sumber daya alam terbarukan, pemulihan kondisi air tanah memerlukan waktu yang lama, dan konservasi menjadi penting untuk mencegah dampak negatif.

Manajemen air yang berkelanjutan dan adaptasi yang bijaksana menjadi kunci dalam melindungi air tanah dan menjaga ketersediaan air untuk masa depan. 

Selain itu, meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sumber daya air ini dan mempromosikan praktik berkelanjutan dalam penggunaan air tanah adalah langkah yang tidak dapat diabaikan.

Pengaturan penggunaan air tanah di Indonesia mencerminkan upaya untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air dan mencegah penurunan muka air. Meskipun aturan ini memunculkan pertanyaan dan keraguan, pengaturan ketat penggunaan air tanah menjadi langkah penting untuk mengatasi masalah kekeringan dan perlindungan sumber daya air yang semakin kritis di Indonesia. 

Semoga aturan ini dapat diimplementasikan dengan baik dan memberikan manfaat yang nyata dalam menjaga ketersediaan air untuk keperluan masyarakat serta lingkungan.

Menghormati dan melindungi air tanah adalah tanggung jawab bersama kita. Perubahan iklim mungkin merupakan ancaman, tetapi kita memiliki kekuatan untuk bertindak, memitigasi dampak negatif, dan mengamankan masa depan air tanah yang kita perlukan untuk menjaga kehidupan yang berkelanjutan. Semoga kita mampu menjaga kekayaan alam ini demi kebaikan semua makhluk hidup di planet ini.

sumber: berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun