Namun, perubahan suhu di daratan tidak berdiri sendiri. Suhu permukaan laut di sekitar Indonesia juga terus meningkat. Hasil analisis menunjukkan bahwa suhu permukaan laut di Indonesia mengalami peningkatan, dengan laju yang lebih kuat setelah tahun 1960-an, mencapai 0,2 derajat Celsius per dekade. Ini adalah berita yang sangat penting karena suhu laut yang lebih tinggi memiliki dampak serius pada kehidupan laut, termasuk terumbu karang dan sumber daya perikanan.
Perubahan iklim tidak mengenal batasan geografis, dan dampaknya akan meluas hingga ke wilayah urban. Dalam konteks ini, tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menghadapi perubahan iklim menjadi lebih mendesak daripada sebelumnya.
Udara Semakin KotorÂ
Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu negara dengan lingkungan yang bersih, kini harus menghadapi fakta pahit bahwa kualitas udara di beberapa kota semakin memburuk.Â
Data yang tersedia mengungkapkan perubahan dramatis dalam kurun waktu dua dekade terakhir. Indonesia yang dulunya dikenal sebagai salah satu negara dengan lingkungan terbersih di dunia, kini masuk dalam daftar dua puluh negara paling terpolusi antara tahun 1998 dan 2016. Ini adalah alarm bagi kita semua.
Masalah polusi udara menjadi semakin parah terutama di wilayah perkotaan. Sekitar 80% dari polusi udara berasal dari sektor transportasi, diikuti oleh emisi dari industri, kebakaran hutan, dan aktivitas rumah tangga.Â
Kepadatan kendaraan di jalan raya tanpa infrastruktur yang memadai menjadi salah satu penyebab kemacetan yang parah, terutama di kawasan perkotaan.Â
Dampak dari kemacetan bukan hanya mengenai hilangnya produktivitas waktu perjalanan, tetapi juga tingginya tingkat polusi udara, yang berdampak merugikan bagi kesehatan masyarakat, serta kuantitas dan kualitas tanaman, hutan, bangunan, dan air permukaan.
Tidak hanya masalah kesehatan, ternyata kotornya udara dapat mempengaruhi tubuh, otak, dan perilaku manusia.Â
Dilansir dari laman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes (Kementrian Kesehatan) yang dipublikasikan pada 7 Agustus 2019, penelitian menunjukkan bahwa polusi udara dapat merusak kemampuan kognitif manusia, mempengaruhi prestasi sekolah, dan yang lebih mengkhawatirkan, berkontribusi pada peningkatan tindak kejahatan.Â
Bahkan, polusi udara, termasuk PM2.5 yang membawa partikel mikroskopis berdiameter kurang dari 2,5 mikron, dapat merusak kesehatan jiwa, meningkatkan risiko gangguan psikotik pada remaja, dan berdampak buruk pada perilaku buruk pada populasi yang lebih luas.