Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Panggilan Darurat Bagi Bumi: Era Pendidihan Global dan Krisis Iklim di Masa Depan

19 Oktober 2023   13:21 Diperbarui: 19 Oktober 2023   18:16 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pencapaian rekor suhu laut ini terjadi di awal peristiwa El Nio yang diharapkan akan menyebabkan kenaikan suhu yang lebih tinggi, lebih banyak gelombang panas laut, dan pemutihan terumbu karang. Diperkirakan dampak suhu El Nio yang paling signifikan akan dirasakan pada tahun 2024.

Samantha Burgess, Wakil Direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S), mengungkapkan, "Kita baru saja menyaksikan suhu udara global dan suhu permukaan laut global mencetak rekor tertinggi baru pada bulan Juli. Rekor ini memiliki konsekuensi serius bagi manusia dan planet yang semakin sering terpapar oleh peristiwa ekstrem yang semakin sering dan intens."

Chris Hewitt, Direktur Layanan Iklim WMO, menambahkan, "Berita tentang bulan terpanas dalam sejarah mungkin tidak seharusnya mengejutkan. Tahun 2015 hingga 2022 merupakan delapan tahun terpanas dalam catatan sejarah, dan ini terjadi setelah dekade pemanasan yang jelas terlihat dari waktu ke waktu. Saat kita terus melihat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, pemanasan jangka panjang ini akan terus berlanjut dan rekor suhu akan terus terpecahkan."

Tutupan Es Laut Semakin Berkurang

Juli 2023 mencatat rekor luas tutupan es laut global terendah untuk bulan Juli sepanjang sejarah. Secara global, luas es laut pada Juli 2023 sekitar 1,2 juta kilometer persegi lebih sedikit dari rekor terendah sebelumnya pada Juli 2019, menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional AS.

Tutupan es laut Antartika mencapai rekor terendah untuk bulan ketiga berturut-turut, lebih rendah sekitar 1 juta mil persegi (2,59 juta km2) dari rata-rata tahun 1991--2020. Hal ini 580.000 mil persegi (1,5 juta km2) lebih rendah dari rekor terendah sebelumnya pada Juli 2022.

Walt Meier, seorang ilmuwan es laut di NSIDC (National Snow and Ice Data Center), mengatakan, "Apa yang kita saksikan tahun ini adalah wilayah tak terjamah dalam catatan satelit." Ini adalah kelanjutan dari tren menurunnya tutupan es laut Antartika yang dimulai setelah mencapai rekor tertinggi pada tahun 2014. Sebelum tahun 2014, tutupan es di sekitar benua ini sedikit meningkat dalam jangka panjang (sekitar 1 persen per dekade).

Namun, sejak saat itu, tutupan es telah mengalami penurunan tajam, mencapai rekor terendah pada tahun 2017, 2022, dan sekarang 2023. Penyebab perubahan ini belum jelas bagi para ilmuwan.

Tutupan es laut Arktik untuk Juli 2023 menempati peringkat ke-12 terkecil dalam catatan satelit.

Panggilan Tindakan Darurat

Perubahan iklim yang semakin meresahkan ini harus menjadi panggilan tindakan mendesak bagi semua pihak. Kita harus bersatu untuk mengatasi perubahan iklim ini dan mencegah Bumi kita terperangkap dalam pusaran panas yang semakin mengancam. Era pemanasan global telah usai, dan sekarang kita memasuki era pendidihan global, di mana tindakan kolektif adalah kunci untuk melindungi masa depan planet ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun