Hari Jantung Sedunia
Setiap tanggal 29 September, dunia merayakan Hari Jantung Sedunia. Sebuah peringatan yang mengingatkan kita pada "pembunuh senyap" yang mungkin bersembunyi dalam tubuh kita, si penyakit kardiovaskular atau lebih dikenal sebagai penyakit jantung.Â
Penyakit ini bukanlah sekadar permasalahan kesehatan biasa. Ini adalah masalah serius yang mengintai, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
Mengutip laman web dinkes, menurut Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, penyakit kardiovaskular, termasuk strok dan serangan jantung, adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia.Â
Data statistik yang cukup mengkhawatirkan menunjukkan bahwa penyakit strok memiliki angka kematian sebesar 19,42 persen, sementara serangan jantung menghantui dengan angka kematian sebesar 14,38 persen. Ini adalah angka yang tidak boleh diabaikan dan menjadi peringatan nyata bagi kita semua.
Namun, yang lebih mendalam lagi adalah kesadaran bahwa masalah ini bukanlah milik Indonesia saja. Penyakit jantung iskemik, yang biasa dikenal sebagai serangan jantung, menyebabkan 16,17 persen kematian di seluruh dunia.Â
Sementara itu, strok, meskipun sering kali dianggap entitas yang kurang diperhatikan, menempati porsi yang cukup besar dengan 11,59 persen kematian di seluruh dunia. Inilah tantangan global yang perlu kita hadapi bersama-sama.
Lalu, pertanyaan mendasar yang muncul adalah apa yang menyebabkan maraknya penyakit jantung dan kardiovaskular di Indonesia dan di seluruh dunia?Â
Ada beberapa faktor risiko yang berkaitan erat dengan penyakit ini, dan ironisnya, sebagian besar dapat dihindari. Faktor risiko ini termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, merokok, dan obesitas.Â
Dalam konteks Indonesia, faktor-faktor ini adalah "lima besar" penyebab utama beban penyakit di negara ini. Bahkan, pada tahun 2022, pembiayaan penyakit kardiovaskular mencapai angka yang cukup mengkhawatirkan, yaitu sekitar Rp 24,06 triliun.Â
Dari angka ini, penyakit jantung iskemik dan strok mendominasi dengan pembiayaan terbesar sekitar Rp 15,37 triliun. Angka ini bukanlah angka yang bisa diremehkan, karena selain merenggut nyawa, penyakit ini juga merenggut anggaran kesehatan yang berharga.
Namun, mungkin yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa hanya tiga dari sepuluh penderita penyakit tidak menular yang terdeteksi. Dalam konteks penyakit jantung dan kardiovaskular, yang sering disebut sebagai penyakit tidak menular, ini adalah kenyataan yang mengejutkan.
Penyakit ini seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas sampai terlambat, atau bahkan mungkin tidak terdeteksi sama sekali. Jadi, saat kita berbicara tentang "pembunuh senyap," penyakit jantung adalah contoh terbaiknya.
Menghadapi realitas yang kompleks ini, peringatan Hari Jantung Sedunia menjadi sangat penting. Kementerian Kesehatan telah merancang sejumlah strategi untuk meminimalisir angka kematian akibat penyakit jantung dan kardiovaskular.Â
Ini melibatkan berbagai aspek, mulai dari edukasi dan promosi kesehatan, deteksi dini, penanganan kasus, hingga rehabilitasi yang melibatkan lintas program dan sektor.
Kampanye "CERDIK"
Salah satu strategi yang patut diapresiasi adalah kampanye "CERDIK." Singkatan ini mencakup langkah-langkah yang dapat diambil oleh individu untuk meminimalisasi risiko penyakit tidak menular.Â
Pertama, adalah "C" yang berarti "Cek kesehatan secara rutin untuk menemukan faktor risiko dan penyakit tidak menular yang dimiliki." Ini adalah langkah pertama yang penting, karena deteksi dini dapat menyelamatkan nyawa.Â
Kemudian, "E" adalah untuk "Enyahkan asap rokok." Merokok adalah faktor risiko utama yang dapat diubah, dan berhenti merokok adalah langkah besar dalam menjaga kesehatan jantung. Selanjutnya, "R" adalah untuk "Rajin aktivitas fisik."
Aktivitas fisik yang teratur membantu menjaga kesehatan jantung dan tubuh secara keseluruhan. "D" adalah untuk "Diet gizi seimbang." Pola makan yang sehat adalah salah satu kunci kesehatan jantung.Â
Kemudian, "I" adalah untuk "Istirahat cukup." Tidur yang berkualitas adalah bagian penting dari menjaga kesehatan jantung. Terakhir, "K" adalah untuk "Kelola stres." Manajemen stres yang baik dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung.
Tema peringatan Hari Jantung Sedunia tahun ini, "Use Heart, Know Heart," mengajak kita untuk menggunakan hati kita untuk lebih peduli terhadap kesehatan jantung kita sendiri.Â
Ini adalah panggilan untuk lebih mengenal dan menyayangi jantung kita. Sebab, pada akhirnya, jantung yang sehat adalah kunci untuk menjalani hidup yang berkualitas dan panjang.
Namun, langkah-langkah pencegahan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab individu. Masyarakat, pemerintah, dan sektor kesehatan juga memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan penyakit jantung dan kardiovaskular.Â
Keberhasilan edukasi, promosi kesehatan, deteksi dini, penanganan kasus, dan rehabilitasi program pencegahan dan pengendalian penyakit jantung harus dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan melalui kerja sama lintas program, lintas sektor, pihak swasta, organisasi profesi, civitas akademika, serta unsur lain yang terkait.
Dalam peringatan Hari Jantung Sedunia tahun ini, mari bersatu untuk melawan "pembunuh senyap" bernama penyakit jantung. Ini bukanlah perjuangan yang mudah, tetapi bersama-sama, kita dapat mencapai Jantung Sehat Indonesia Kuat. Kita dapat melawan realitas yang mengintai dan menjalani hidup yang lebih panjang dan berkualitas.
Semoga peringatan Hari Jantung Sedunia tahun ini menginspirasi kita semua untuk bertindak demi kesehatan jantung yang lebih baik. Mari bersama-sama menjaga jantung kita dan menyayangi hidup ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H