Dari angka ini, penyakit jantung iskemik dan strok mendominasi dengan pembiayaan terbesar sekitar Rp 15,37 triliun. Angka ini bukanlah angka yang bisa diremehkan, karena selain merenggut nyawa, penyakit ini juga merenggut anggaran kesehatan yang berharga.
Namun, mungkin yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa hanya tiga dari sepuluh penderita penyakit tidak menular yang terdeteksi. Dalam konteks penyakit jantung dan kardiovaskular, yang sering disebut sebagai penyakit tidak menular, ini adalah kenyataan yang mengejutkan.
Penyakit ini seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas sampai terlambat, atau bahkan mungkin tidak terdeteksi sama sekali. Jadi, saat kita berbicara tentang "pembunuh senyap," penyakit jantung adalah contoh terbaiknya.
Menghadapi realitas yang kompleks ini, peringatan Hari Jantung Sedunia menjadi sangat penting. Kementerian Kesehatan telah merancang sejumlah strategi untuk meminimalisir angka kematian akibat penyakit jantung dan kardiovaskular.Â
Ini melibatkan berbagai aspek, mulai dari edukasi dan promosi kesehatan, deteksi dini, penanganan kasus, hingga rehabilitasi yang melibatkan lintas program dan sektor.
Kampanye "CERDIK"
Salah satu strategi yang patut diapresiasi adalah kampanye "CERDIK." Singkatan ini mencakup langkah-langkah yang dapat diambil oleh individu untuk meminimalisasi risiko penyakit tidak menular.Â
Pertama, adalah "C" yang berarti "Cek kesehatan secara rutin untuk menemukan faktor risiko dan penyakit tidak menular yang dimiliki." Ini adalah langkah pertama yang penting, karena deteksi dini dapat menyelamatkan nyawa.Â
Kemudian, "E" adalah untuk "Enyahkan asap rokok." Merokok adalah faktor risiko utama yang dapat diubah, dan berhenti merokok adalah langkah besar dalam menjaga kesehatan jantung. Selanjutnya, "R" adalah untuk "Rajin aktivitas fisik."
Aktivitas fisik yang teratur membantu menjaga kesehatan jantung dan tubuh secara keseluruhan. "D" adalah untuk "Diet gizi seimbang." Pola makan yang sehat adalah salah satu kunci kesehatan jantung.Â