Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Hari Susu Tumbuhan Sedunia: Sumber Gizi Berkelanjutan

22 Agustus 2023   09:52 Diperbarui: 22 Agustus 2023   10:16 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: freepik.com

Pada 22 Agustus ini, dunia merayakan Hari Susu Tumbuhan Sedunia. Mari kita jadikan ini sebagai saat untuk mempertanyakan kebiasaan makan kita, mengenal jenis susu nabati nabati, dan mungkin menemukan bahwa kita dapat menghidupkan kembali tradisi yang lebih hijau, lebih sehat, dan lebih ramah lingkungan. Di tengah penggunaan pestisida dan GMO (Genetically Modified Organism), produk-produk susu nabati dari bahan lokal yang lebih baik kualitasnya akan sangat bermanfaat bagi kita.

Hari Susu Tumbuhan Sedunia dihidupkan oleh Robbie Lockie, salah satu pendiri Plant Based News. Lebih dari sekadar sebuah tradisi, peringatan ini telah menjadi kampanye global yang memperjuangkan transisi dari susu hewani ke susu nabati. Dengan fokus pada kesehatan, lingkungan, dan inovasi kuliner, peringatan ini tidak hanya merayakan alternatif nabati, tetapi juga mendorong kita untuk mempertimbangkan pilihan makanan kita dengan bijak.

Bukanlah rahasia lagi bahwa profesional kesehatan, ahli lingkungan, dan pakar industri mendorong penuh semangat peringatan Hari Susu Tumbuhan Sedunia ini. Ini bukanlah sekadar pengganti susu hewani, tetapi juga untuk lebih memahami potensi dan manfaat dari susu nabati. Kita diajak untuk menelusuri kembali akar tradisi berbasis tumbuhan untuk memenuhi gizi kita.

Dalam susu sapi, terkandung residu hormon, antibiotik, dioksi dan polychlorinated biphenyls (PCBs). Zat-zat tersebut bisa berdampak negatif bagi kesehatan tubuh manusia. Terutama akan memperburuk sistem saraf, sistem reproduksi dan sistem kekebalan tubuh. Parahnya, hal ini juga berpotensi meningkatkan resiko jenis kanker tertentu. Bahaya alergi dari susu sapi terhadap tubuh kita erat kaitannya dengan kandungan protein yang ada di dalamnya. Dalam satu gelas susu sapi (244mL) mengandung sekitar 8 gram protein tergantung jenisnya (susu murni 7,9g; susu rendah lemak 8,2g; susu skim 8,3g). Berbahayanya, alergi susu sapi bisa menyebabkan gejala penyakit asma, sesak napas, diare, gangguan pencernaan, hingga muntah-muntah. Parahnya, alergi susu sapi juga bisa menyebabkan anafilaksis yang mengancam nyawa. Anafilaksis merupakan kondisi dimana sistem imun tubuh menurun secara drastis karena alergi yang berat.

Penggunaan pakan yang tidak alami dan tidak sehat menjadi penyebab utama, selain obat-obatan yang dipakai untuk membuat sapi menjadi lebih gemuk tanpa memandang resiko kesehatan yang dapat ditimbulkan. Orientasi laba dan ekonomi membutakan segala daya upaya yang menjadi jalan agar susu sapi dapat tersedia di rumah-ruamh kita. Hal yang sangat disayangkan.

Pentingnya peringatan ini jelas tercermin dalam pergeseran global menuju pola makan yang lebih berkelanjutan. Dengan mengeksplorasi dunia susu nabati, kita menemukan keragaman pilihan yang mencakup almond, kedelai, oat, dan lebih banyak lagi. Para ahli industri telah bekerja keras untuk menghadirkan alternatif yang tidak hanya lezat, tetapi juga sejalan dengan tujuan menjaga bumi kita tetap hijau.

Ada beberapa jenis susu nabati atau susu yang berasal dari tumbuhan. Berikut adalah beberapa contoh populer:

Susu Almond: Dibuat dari almond yang dicampur dengan air dan kemudian disaring. Susu almond memiliki rasa lembut dan nutrisi yang baik, terutama vitamin E dan magnesium.

Susu Kedelai: Dibuat dari kedelai yang direndam, direbus, dan kemudian dihaluskan. Susu kedelai kaya protein dan serat, serta rendah lemak jenuh.

Susu Oat: Terbuat dari oat yang direndam dan dihaluskan. Susu oat memiliki rasa yang krimi dan lembut, serta serat yang baik untuk pencernaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun