Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Dari Mahabaratha hingga Hiroshima, lalu Oppenheimer dan Baghavad Gita

6 Agustus 2023   19:40 Diperbarui: 6 Agustus 2023   19:52 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gurkha, menerbangkan vimana yang cepat dan kuat, lalu melontarkan satu proyektil yang diisi dengan kekuatan alam semesta. Sebuah kolom pijar asap dan api, seterang sepuluh ribu matahari, naik dengan segala kemegahannya. Itu adalah senjata yang tidak dikenal, sebuah petir besi, pembawa pesan kematian raksasa, yang mereduksi seluruh ras Vrishnis dan Andhaka menjadi abu. Mayat-mayat itu terbakar hingga tidak dapat dikenali. Rambut dan kuku rontok; tembikar pecah tanpa sebab yang jelas, dan burung-burung memutih. ... Setelah beberapa jam, semua bahan makanan terinfeksi... ... Untuk menyelamatkan diri dari kebakaran ini, para prajurit menceburkan diri ke sungai untuk mencuci diri dan peralatan mereka." - Mahabharata.

Kutipan di atas diambil dari kisah Mahabharata yang terkenal di dalam Baghavad Gita. Lalu Oppenheimer, yang memang mempelajari bahasa sansekerta dan menyukai literatur-literatur Hindu kuno, mengucapkan kata-katanya yang selalu dikenang, "Sekarang aku menjadi kematian, penghancur dunia."

Wah, lebih seru sebenarnya jika kita membahas hal ini setelah para pembaca sekalian mempelajari lebih jauh tentang peradaban sebelum banjir besar. Bukankah di Al-Quran telah tercatat pertanyaan malaikat yang terkenal, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." SQ. Al-Baqarah: 30.

Nabi Adam Alaihissalam diturunkan ke bumi, sebagai raksasa, menurut penduduknya kala itu. Menjadi Khalifah Allah SWT di tengah-tengah manusia yang sebelumnya berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Hanya ada satu penjelasan dari 'berbuat kerusakan dan menumpahkan darah', yakni perang. Perang dunia pertama dan kedua memberikan kita gambaran betapa dahsyatnya kerusakan yang bisa disebabkan oleh manusia. Setidaknya 8,5 juta tentara dan 13 juta warga sipil tewas selama Perang Dunia 1. Lalu perang dunia kedua yang pada bagian akhirnya ditandai dengan hancurnya dua kota di Jepang, yakni Hiroshima dan Nagasaki oleh ledakan nuklir. Hal yang tertulis, tidak secara kebetulan, di dalam kisah perang besar, Maha-baratha (besar-perang) di atas. Bahkan, dampak radiasinya pun dijelaskan secara detail, rambut dan kuku rontok, makanan terinfeksi, dan burung-burung memutih akibat panas yang luar biasa.

Ikuti dulu kisah berikut tentang hasil temuan para arkeolog dan ilmuwan yang menemukan kejanggalan dan bekas-bekas penggunaan nuklit di masa lalu.

Sekitar tahun 1900, arkeolog di daerah penggalian Mohenjo-daro India (kini termasuk wilayah Pakistan) menemukan sebuah situs kota kuno India berusia ribuan tahun. Di dalam kota kuno itu, para penduduknya hidup di dalam sebuah masyarakat dengan peradaban tinggi. Namun, kota kecil nan makmur ini, lenyap dalam satu malam, semua penduduknya juga tewas dalam sekejap.

Para arkeolog mencoba memberi penjelasan dengan cara bagaimana kota kuno itu musnah? Jika kota tersebut pernah dilanda banjir bandang, gempa bumi, dan bencana lainnya, maka akan ditemukan jazad makhluk hidup dalam jumlah besar, akan tetapi hal itu tidak dijumpai. Bersamaan itu, mereka juga tidak menemukan bekas pemusnahan lewat genosida ataupun perang. Yang lebih menakjubkan lagi ialah, di dalam kota pada ribuan tahun silam itu, pernah mengalami semacam ledakan super hebat. Selain itu, ledakan itu sepertinya berlangsung singkat dengan kekuatan luar biasa yang telah mengakibatkan kota dan sebagian besar penduduk berubah menjadi abu.

Menurut laporan, ilmuwan D. Port dan Vincent T., beranggapan: "Kota ini dimusnahkan dengan sekali ledakan nuklir." Karena di dalam lapisan tanah telah ditemukan kandungan tanah liat dan kristal hijau, mereka memperkirakan hal itu merupakan bukti sisa endapan yang telah mengalami pemanasan tinggi. Sedangkan para arkeolog lainnya juga menemukan, bukti sisa kerangka yang ditinggalkan di kota kuno India berusia ribuan tahun itu, pada saat itu, sebagian bangunan kota meleleh oleh suhu yang teramat tinggi, dan suhu tersebut tidak lebih rendah daripada 1.500C. Di pusat suhu tinggi tersebut mereka juga menemukan, seluruh bangunan telah meleleh dan rata dengan tanah. Namun, kerusakan yang dialami pinggiran kota relatif lebih kecil. Bersamaan itu juga ditemukan, di dalam sisa puluhan kerangka manusia dan hewan satu-satunya yang ditemukan di kota tersebut, radiasi telah melewati 50 kali lipat standar pada umumnya.

Bagaiamana? Sudah bisa memberikan gambaran mengenai dahsyatnya zaman Nabi Nuh, sebelum banjir besar?

Tepat saat tulisan ini dibuat yakni tanggal 6 Agustus, dunia kembali diingatkan akan momen kelam dalam sejarah perang dunia. Hari yang mengubah segalanya dan membawa dampak mendalam bagi umat manusia. Pada tahun 1945, Amerika Serikat mengguncang bumi dengan aksi yang kontroversial dan mengerikan: pengeboman atom di kota Hiroshima, Jepang. Pesawat B-29 Enola Gay adalah dalang di balik aksi ini, yang sejak saat itu menyandang beban berat di hati banyak orang.

Bom atom yang digunakan oleh Amerika Serikat diberi nama 'Little Boy,' yang memang ironis karena dampaknya begitu besar dan mengerikan. Tragedi berikutnya terjadi tiga hari kemudian, pada 9 Agustus, saat kota Nagasaki juga menjadi target pengeboman atom dengan menggunakan bom 'Fatman.' Dalam hitungan detik, ribuan nyawa berlalu begitu saja, dan luka-luka fisik dan psikologis membayangi para korban selamat.

Lebih dari 140.000 jiwa menjadi korban tewas dalam dua pengeboman tersebut. Angka ini seakan tak mampu mencerminkan betapa dahsyatnya ledakan dan betapa mengerikannya penyiksaan yang dialami oleh warga Hiroshima dan Nagasaki. Mereka yang selamat dari bencana ini dikenal sebagai 'hibakusha,' sebutan bagi para saksi hidup yang harus menghadapi setiap harinya dengan trauma dan kenangan yang tidak pernah hilang.

Hibakusha telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri neraka dunia. Mereka harus berjuang melawan penderitaan fisik akibat radiasi, sementara luka-luka emosional mereka sembuh perlahan. Selama bertahun-tahun, mereka hidup dalam kecemasan akan dampak jangka panjang yang diakibatkan oleh paparan radiasi. Kisah hidup mereka adalah bukti nyata akan keserakahan manusia yang tak kenal batas, serta ingatan mengenai bahaya senjata pemusnah massal.

Pertanyaan moral yang seringkali ditimbulkan adalah apakah pengeboman atom tersebut benar-benar diperlukan untuk mengakhiri perang. Banyak ahli sejarah dan pakar strategi militer yang masih berselisih pandangan hingga saat ini. Namun, satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa tragedi Hiroshima dan Nagasaki telah meninggalkan bekas yang mendalam dalam sejarah peradaban manusia.

Mengenang peristiwa tersebut adalah pengingat bagi kita semua untuk selalu berusaha mencegah perang dan konflik bersenjata. Kita harus menghargai perdamaian dan saling memahami antarbangsa, agar masa lalu kelam seperti itu tidak pernah terulang kembali.

Di sisi lain, tragedi ini juga menjadi panggilan bagi manusia untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bijaksana. Penggunaan energi nuklir seharusnya tidak dipakai untuk merusak, tetapi untuk kepentingan kemanusiaan. Kita harus berkomitmen untuk mendorong perdamaian dunia, menghormati hak asasi manusia, dan memastikan masa depan generasi mendatang tidak dipenuhi oleh ketakutan dan pengorbanan.

Terakhir, penting untuk mempelajari sejarah, terutama di zaman sebelum banjir besar, karena sejarah pasti akan berulang kembali. Konflik Russia-Ukraina bukan tidak mustahil menjadi episode pembuka Perang Dunia ketiga yang pasti menggunakan Nuklir. Dan yang terpenting, kita juga harus menghayati, untuk alasan apa dan kenapa pada akhirnya seluruh peradaban hebat yang sebelumnya ada itu akhirnya musnah tenggelam. Ingatlah jikalau Tuhan tetap mengawasi seluruh tingkah laku manusia di bumi ini karena Dialah Sang Pencipta segalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun