Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyusun Kembali Kepingan Hati

22 Juni 2023   12:22 Diperbarui: 22 Juni 2023   12:22 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyusun kembali kepingan hati. Ilustrasi: freepik.com

Andi dan Bima telah menjadi sahabat sejak masa sekolah menengah. Mereka berdua memiliki kesamaan dalam banyak hal, termasuk minat pada bidang studi yang sama di perguruan tinggi. Saat mereka mulai kuliah, tak seorang pun dari mereka berpikir bahwa persahabatan mereka akan diuji oleh kehadiran seorang gadis bernama Dara.

Dara adalah seorang mahasiswi baru di jurusan yang sama. Kecantikannya dengan cepat menarik perhatian banyak orang, termasuk Andi dan Bima. Keduanya merasakan getaran yang sama di dalam hati mereka ketika melihat Dara. Persaingan tanpa sadar pun dimulai.

Andi dan Bima saling berusaha untuk mendapatkan perhatian Dara. Mereka mengikuti langkah-langkahnya di kampus, berlomba-lomba untuk membantunya, dan berusaha menarik perhatiannya dengan candaan dan lelucon. Namun, Dara tetap netral dan tidak menunjukkan pilihan yang jelas antara keduanya.

Baca juga: Rumah Kosong

Suatu hari, ketika mereka bertiga sedang duduk di taman kampus, Dara memberitahu mereka bahwa dia harus pindah ke luar kota karena urusan keluarga yang mendesak. Andi dan Bima merasakan kekecewaan mendalam. Mereka tahu bahwa kesempatan mereka untuk bersama Dara akan semakin terbatas.

Setelah mendengar kabar tersebut, Andi berpikir bahwa dia mungkin memiliki kesempatan lebih besar jika Bima tidak ada di sisi Dara. Maka, tanpa berpikir panjang, dia memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya pada Dara saat itu juga. Dia ingin memberitahunya betapa besar cintanya padanya.

"Dara, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," ujar Andi dengan berdebar-debar.

Dara mengangkat alisnya, menunjukkan rasa penasarannya. "Apa itu, Andi?"

Baca juga: Rumah Kebahagiaan

"Andi, aku harus memberitahumu sesuatu," kata Andi dengan suara bergetar. "Aku mencintaimu. Aku sudah merasakan hal ini sejak pertama kali aku melihatmu di kampus. Kamu adalah sosok yang indah dan menawan, dan aku ingin menjadi orang yang berada di sampingmu."

Baca juga: Maafkan Aku Ibu

Dara terdiam sejenak, dan wajahnya tampak memperlihatkan raut kebingungan. Dia menatap Andi dengan penuh perasaan. "Andi, aku merasa terhormat karena perasaanmu itu. Tapi, aku harus jujur padamu. Aku juga merasa ada perasaan khusus terhadap Bima."

Andi merasa seperti ada yang mencabik-cabik hatinya mendengar kata-kata itu. Namun, dia menyadari bahwa dia tidak bisa mengharapkan Dara untuk memilih di antara mereka. Dia mencoba menyembunyikan kekecewaannya dan tersenyum pahit.

"Aku mengerti, Dara. Aku hanya ingin kamu bahagia, baik dengan aku atau dengan Bima," ujar Andi dengan suara yang gemetar.

Dara menatap Andi dengan pandangan penuh haru. "Terima kasih, Andi. Persahabatan kita sangat berarti bagiku, dan aku tidak ingin kehilanganmu karena pilihan sulit ini."

Andi tersenyum tipis, mencoba menenangkan hatinya yang sedang hancur. Dia tahu bahwa persahabatan mereka berdua lebih berharga daripada cinta yang mungkin tidak akan pernah terwujud.

Hari yang ditakdirkan pun tiba ketika Dara harus meninggalkan kota tersebut. Andi dan Bima mengantar Dara ke stasiun kereta api. Hatinya terasa berat ketika melihat gadis yang dia cintai pergi, tetapi dia berusaha menunjukkan senyum yang tulus.

"Selamat tinggal, Dara. Semoga urusan keluargamu berjalan dengan baik," kata Andi dengan suara yang gemetar.

Dara tersenyum lembut, dan Andi bisa melihat kehangatan dalam matanya. "Terima kasih, Andi. Aku akan merindukanmu dan Bima. Kalian berdua adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki."

Andi merasa hatinya semakin hancur mendengar kata-kata itu. Namun, dia tahu bahwa keputusan yang dia ambil adalah yang terbaik bagi persahabatan mereka. Dia tidak ingin memaksakan dirinya pada Dara dan merusak hubungan mereka yang telah terjalin begitu baik selama ini.

Setelah kepergian Dara, Andi merasa sepi dan hampa. Dia mencoba menyalurkan perasaannya ke dalam studinya, tetapi kenangan tentang Dara terus menghantuinya. Dia memikirkan apa yang bisa terjadi jika dia memberi tahu Dara sejak awal tentang perasaannya, atau jika dia tidak membiarkan Bima menjalin hubungan dengannya.

Waktu berlalu, dan Andi terus menjaga hubungannya dengan Bima. Mereka menghabiskan waktu bersama, mendiskusikan tugas kuliah, dan mengobrol tentang berbagai hal seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Namun, Andi tidak bisa menutupi rasa sakit di hatinya setiap kali dia melihat Bima dan membayangkan bahwa dia adalah orang yang bersanding dengan Dara.

Tiga tahun berlalu sejak Dara pergi. Suatu hari, Andi dan Bima bertemu di kampus seperti biasa. Mereka berbicara tentang kehidupan mereka dan apa yang terjadi sejak kepergian Dara. Bima tiba-tiba terlihat gugup dan tidak bisa menahan kebahagiaannya.

"Andi, aku harus memberitahumu sesuatu," kata Bima dengan senyuman yang tidak bisa ia sembunyikan.

Andi tersenyum pahit, mengetahui apa yang akan Bima katakan. "Aku mendengarkan, Bima."

"Bertahun-tahun aku merasa takut untuk mengatakan ini padamu, tapi sekarang aku tahu bahwa kamu harus tahu," ujar Bima dengan penuh kelegaan. "Aku dan Dara mulai menjalin hubungan setelah dia pindah. Dan kami telah menjalani hubungan yang indah selama ini."

Andi merasa hatinya berdegup lebih cepat mendengar kabar tersebut. Dia berusaha untuk menyembunyikan perasaannya yang campur aduk di hadapan Bima. Dia mengucapkan selamat kepada Bima dengan senyuman yang terpaksa.

"Selamat, Bima. Aku sangat bahagia untukmu," kata Andi dengan suara yang sedikit bergetar.

Bima mengangguk, dan di matanya terlihat kelegaan dan kebahagiaan yang jelas. "Terima kasih, Andi. Aku ingin kamu tahu betapa berharganya persahabatan kita, dan aku berharap kita selalu bisa bersama."

Andi merasa perasaan yang rumit melanda hatinya. Dia merasa sedih karena harus merelakan cintanya pada Dara, tetapi sekaligus juga merasa lega karena persahabatan mereka bertahan. Dia menyadari bahwa kebahagiaan Bima adalah hal yang penting, dan dia tidak ingin merusak hubungan mereka karena perasaan pribadinya.

Hari itu, Andi mengucapkan selamat kepada Bima dengan penuh kejujuran dan kehangatan. Dia merasa sedih, tapi juga merasa lega karena mengetahui bahwa persahabatan mereka bertiga masih kuat meski cinta telah memecahnya.

Andi melangkah pulang dengan perasaan campur aduk. Air matanya menetes, dia memikirkan tentang cinta yang dia kubur dalam-dalam untuk Dara, dan tentang persahabatan yang telah bertahan melewati rintangan. Dia belajar bahwa terkadang kebahagiaan seseorang yang kita cintai adalah melihat mereka bahagia dengan orang lain, dan bahwa persahabatan yang tulus bisa melewati segala rintangan.

Andi juga belajar tentang pentingnya menerima keadaan dan menghargai persahabatan yang ada. Dia tahu bahwa meski hatinya masih terasa sakit, dia akan selalu ada untuk Bima dan Dara sebagai sahabat yang setia.

Dalam keheningan langkahnya pulang, Andi berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan mimpi yang terkubur. Dia melangkah maju dengan harapan baru dan siap membuka lembaran baru dalam hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun