Andi tersenyum pahit, mengetahui apa yang akan Bima katakan. "Aku mendengarkan, Bima."
"Bertahun-tahun aku merasa takut untuk mengatakan ini padamu, tapi sekarang aku tahu bahwa kamu harus tahu," ujar Bima dengan penuh kelegaan. "Aku dan Dara mulai menjalin hubungan setelah dia pindah. Dan kami telah menjalani hubungan yang indah selama ini."
Andi merasa hatinya berdegup lebih cepat mendengar kabar tersebut. Dia berusaha untuk menyembunyikan perasaannya yang campur aduk di hadapan Bima. Dia mengucapkan selamat kepada Bima dengan senyuman yang terpaksa.
"Selamat, Bima. Aku sangat bahagia untukmu," kata Andi dengan suara yang sedikit bergetar.
Bima mengangguk, dan di matanya terlihat kelegaan dan kebahagiaan yang jelas. "Terima kasih, Andi. Aku ingin kamu tahu betapa berharganya persahabatan kita, dan aku berharap kita selalu bisa bersama."
Andi merasa perasaan yang rumit melanda hatinya. Dia merasa sedih karena harus merelakan cintanya pada Dara, tetapi sekaligus juga merasa lega karena persahabatan mereka bertahan. Dia menyadari bahwa kebahagiaan Bima adalah hal yang penting, dan dia tidak ingin merusak hubungan mereka karena perasaan pribadinya.
Hari itu, Andi mengucapkan selamat kepada Bima dengan penuh kejujuran dan kehangatan. Dia merasa sedih, tapi juga merasa lega karena mengetahui bahwa persahabatan mereka bertiga masih kuat meski cinta telah memecahnya.
Andi melangkah pulang dengan perasaan campur aduk. Air matanya menetes, dia memikirkan tentang cinta yang dia kubur dalam-dalam untuk Dara, dan tentang persahabatan yang telah bertahan melewati rintangan. Dia belajar bahwa terkadang kebahagiaan seseorang yang kita cintai adalah melihat mereka bahagia dengan orang lain, dan bahwa persahabatan yang tulus bisa melewati segala rintangan.
Andi juga belajar tentang pentingnya menerima keadaan dan menghargai persahabatan yang ada. Dia tahu bahwa meski hatinya masih terasa sakit, dia akan selalu ada untuk Bima dan Dara sebagai sahabat yang setia.
Dalam keheningan langkahnya pulang, Andi berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan mimpi yang terkubur. Dia melangkah maju dengan harapan baru dan siap membuka lembaran baru dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H