Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghadapi Kekerasan Tersembunyi: Pekerja Anak Dalam Kehidupan Modern

12 Juni 2023   08:16 Diperbarui: 12 Juni 2023   08:26 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menjadi sorotan dengan tingkat pekerja anak yang tertinggi. Namun, jangan salah sangka, pekerja anak bukanlah masalah yang terbatas pada tiga provinsi tersebut. Pekerja anak merayap di seluruh pelosok negeri, menghancurkan masa depan anak-anak yang seharusnya penuh dengan harapan dan peluang.

Dalam dunia yang semakin maju ini, perlindungan anak harus menjadi prioritas utama. Namun, realitas yang kita hadapi adalah anak-anak ini terpaksa mengorbankan pendidikan mereka. Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, pada tahun 2019, sekitar 600.000 anak usia 7-18 tahun yang terlibat dalam pekerjaan tak dapat mengenyam pendidikan atau terpaksa putus sekolah. Bagaimana masa depan mereka dapat berkembang tanpa bekal pendidikan yang memadai?

Kondisi kerja yang berbahaya juga menjadi ancaman serius bagi anak-anak pekerja. Mereka terpapar bahan kimia berbahaya, melakukan pekerjaan fisik yang melelahkan, dan berada dalam lingkungan yang tidak sehat. Mereka masih terlalu muda untuk menghadapi resiko ini, namun terjebak dalam lingkaran pekerjaan yang tak berpihak pada hak-hak mereka.
Indonesia sebenarnya telah memiliki undang-undang yang melarang pekerja anak di bawah usia 15 tahun. Namun, penegakan hukum yang efektif dan kesadaran akan hak-hak anak masih menjadi tantangan besar.

Perang melawan pekerja anak tidak dapat dilakukan oleh pemerintah atau organisasi internasional saja. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam melawan praktik ini. Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang hak-hak anak, bahaya pekerja anak, serta upaya untuk mengakhiri praktik ini sangat penting. Kita sebagai individu juga dapat berkontribusi dengan membeli produk yang diproduksi tidak oleh para produsen yang memperkerjakan anak-anak di bawah umur dan memastikan bahwa kita tidak mendukung praktik pekerja anak dengan membeli produk-peroduk yang salah.


Anak-anak adalah masa depan kita, dan mereka berhak untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman, mendapatkan pendidikan yang layak, dan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih impian mereka. Mereka tidak boleh menjadi korban dari kejahatan dan ketidakadilan sosial. Bersama-sama, mari kita menciptakan dunia di mana setiap anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sepenuh potensinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun