Dengan cekatan Lusi membuka pintu dan menuruni tangga, sesekali langakah kakinya melambat sembari menajamkan telinga mendengar asal suara yang kini menghilang tiba-tiba.
Pandangannya hati-hati ke arah dapur, melihat dan mencari ibunya, siapa tahu sudah berdiri di situ, mengambil minum atau sekedar duduk di kursi dekat meja makan. Namun ia tak menemukan apa-apa. Lusi kemudian melanjutkan langkahnya ke arah ruang tidur bawah tempat ibunya tidur.
Pintu dibukanya perlahan, supaya tak membangunkan ibunya jikalau memang masih tidur. Benar saja, setelah pintu dibuka ia melihat siluet punggung perempuan tua dengan rambut putih tidur menghadap ke samping sebelah jendela di seberang.
Sepertinya ibu masih tertidur nyenyak...
Lusi pun memutuskan untuk menutup pintunya kembali dan perlahan menaiki tangga, matanya sempat mengerling sebentar bayangan yang bergerak dari arah dapur. Namun tak ada apa-apa karena mungkin hanya pantulan cahaya lampu yang temaram.
Dengan bunyi derit yang tertahan, ia melangkahkan kaki menaiki tangga satu persatu, kembali ke kamar tidurnya. Pintu kamarnya masih terbuka, tak ada bekas-bekas jejak tikus maupun kucing yang kemungkinan masuk atau keluar.Â
 Baru saja Lusi hendak masuk ke dalam kamarnya, suara-suara itu muncul kembali.
'Nak, nak, kemarilah'
Lusi menajamkan telinganya kembali.
Mungkinkah itu Ibu?
Ia kembali berlari menuruni tangga dan segera menuju kamar ibunya, ada seberkas bayangan kembali dari arah dapur tapi ia seperti halnya tadi, mengabaikannya.