Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Membahas Uang Menurut Al-Quran

16 April 2023   11:35 Diperbarui: 16 April 2023   11:33 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Imam masjid tersenyum kepadanya dan berkata, "Anda salah dengar, para pemuda itu tertidur selama tiga ratus tahun..."

            "Apaaa!?" Ia pun berdiri dari tempatnya duduk karena tak percaya, seluruh mata orang-orang yang berada di masjid heran memandanginya. Ia pun segera sengaja terbatuk-batuk dan duduk kembali. Dengan malu ia berkata, "Maaf, saya jarang membaca Al-Quran apalagi membaca tafsirnya, jadi eh, saya kaget."

            Imam masjid tak berkata apa-apa sementara jamaah yang lain masih memandangi pria tua yang terkenal sebagai pekerja keras ini namun tak pernah terlihat di kajian masjid. Pria tua yang bernama Bahlul ini pun bercerita kepada Imam masjid tentang hal yang terjadi pada dirinya, bagaimana ia bekerja dengan sangat keras dan rajin menabung demi mendapatkan apa yang diimpi-impikannya. Imam masjid mendengarkan dengan seksama sementara penceramah kembali melanjutkan apa yang menjadi topik bahasan setelah sekejap teralihkan perhatiannya tadi.

            Tiga ratus tahun berlalu di zaman itu dan satu koin perak yang sempat disimpan para pemuda Al-Kahfi masih memiliki nilai yang dapat ditukarkan dengan makanan, sesuatu yang bisa mereka dapatkan pula tiga ratus tahun lalu sebelum tertidur. Sementara uang gaji Bahlul dan orang-orang yang senasib dengannya baik yang sudah tua maupun masih muda berkurang terus nilainya dari tahun ke tahun.

            Apa yang membedakan antara kedua macam uang itu?

            Sang penceramah melanjutkan hal yang tadi sempat terpotong, uang yang seharusnya digunakan dan dipakai umat manusia telah tertulis di Al-Quran dan riba telah menghancurkan sistem ekonomi dan keuangan yang telah dibuat oleh Allah SWT.

            Ada dua jenis mata uang yang selalu disebutkan oleh Al-Quran, satu adalah koin perak yang tadi muncul dari pembahasan surat Al-Kahfi kemudian satu lagi tentu saja adalah sesuatu yang tak asing bagi kita semua, yakni emas.

            Tahukah berapa harga kambing di zaman Rasulullah SAW? 1 dinar!

            1 dinar yang setara dengan 4,25 gram emas dengan kemurnnian sekitar 22 karat jika dikonversikan ke dalam rupiah menyentuh angka sekitar 4 juta rupiah. Nah, sekarang berapa rata-rata harga kambing? Sudah berapa lama semenjak zaman Rasulullah SAW berlalu? Masih sama kah harga 1 ekor kambing?

            Bahlul dan orang-orang yang senasib dengannya tentu terkejut mendengar penjelasan sang penceramah, yang demikian gamblang. Bahkan orang sepertinya yang tak pernah berpikir mengenai bagaiman seharusnya uang itu dapat paham dengan segera.

            Sesuatu yang dapat dijadikan uang harus memiliki tiga syarat. Pertama uang tersebut dapat digunakan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai hal, harga yang harus dibayar ketika potong rambut, ketika mengantar seseorang dengan kendaraan, atau ketika menerjemahkan sebuah tulisan kepada orang lain. Dapat juga untuk menentukan berapa harga satu kilogram tomat, daging ayam, atau sekedar sebuah permen yang kita beli di jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun