Gempa dengan kekuatan 7,8 skala richter mengguncang bagian tenggara Turki yang juga berbatasan dengan bagian utara Syiria pada Senin 6 Februari 2023 pukul 4:17 pagi waktu setempat.Â
Gempa susulan terjadi sembilan jam kemudian dengan kekuatan hampir setara yakni 7,5 skala richter sedikit di sebelah utara pusat gempa pertama.Â
Setidaknya dilaporkan dari berbagai sumber berita bahwa di turki sendiri 5.894 orang telah meninggal dan 1.932 orang tewas di utara syiria, yang berarti total kematian mencapai 7.826 orang saat artikel ini ditulis.Â
Hitungan ini belum mencakup kerugian yang ditimbulkan akibat rusaknya berbagai fasilitas umum, bangunan, gedung-gedung, dan perumahan. Lalu mengapa dampak gempa terasa begitu besar?
Sama halnya dengan di Indonesia yang dilalui oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik (lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik), Turki juga berada di persimpangan persis tiga lempeng tektonik pula, yakni lempeng Anatolia, Arab, dan Afrika.Â
Ketiga lempeng ini utamanya bertemu di patahan Anatolia bagian timur, tempat terjadinya gempa dahsyat pada senin lalu, tepatnya di sebelah timur kota Nurdargi, provinsi Gaziantep, Turki.
Bergeraknya lempeng Afrika dan lempeng Arab ke arah lempeng Anatolia di sebelah utara menyebabkan tabrakan yang cukup hebat. Meskipun episentrum gempa berada di Turki sebelah selatan namun dampak yang dirasakan juga terjadi hingga ke utara Syiria karena memang pusat gempa yang dekat dengan batas kedua negara. Hal ini juga bisa berarti lempeng Arab yang lebih aktif bergerak mendorong lempeng Anatolia.
Skala intensitas gempa bumi di atas 7 dalam kejadian gempa turki kemarin juga berarti kerusakan dan dampak yang cukup besar, apalagi di wilayah perkotaan terdekat yang pastinya padat penduduk.Â
Jika menilik rata-rata efek gempa yang ditimbulkan pada kekuatan 7 hingga 7,9 skala richter, maka gempa di Turki ini dapat menyebabkan kerusakan pada sebagian besar bangunan, sebagian runtuh atau menerima kerusakan parah.Â
Struktur yang dirancang dengan baik pun cenderung menerima kerusakan. Getaran terasa melintasi jarak yang sangat jauh dengan kerusakan sebagian besar terbatas pada luasan 250 km dari pusat gempa.
Tak heran jika korban jiwa begitu banyak berjatuhan, angka di bagian awal tulisan tadi belum ditambah dengan mereka yang terluka atau hilang karena terjebak diantara reruntuhan bangunan.
Pada dasarnya memang lempeng tektonik itu terus bergerak dengan lambat dimana gerakannya bergantung pada konveksi material di dalam mantel bumi. Gerakan lempeng tektonik ini bisa saling berlawanan atau menabrak sehingga melepaskan energi yang besar ke permukaan.
Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi.Â
Turki dalam hal ini mirip sekali dengan Indonesia, gunung-gunung berapi yang aktif di sana serta pertemuan tiga lempeng tektonik menjadikan wilayah negara ini mengalami gempa rutin beberapa kali setiap tahunnya. Hal yang juga terjadi di negeri kita, dimana gempa-gempa kecil hingga sedang acap terjadi tiap tahunnya.
Namun demikian kekuatan gempa mencapai 7,8 skala richter seperti senin lalu sudah tidak terjadi di Turki setidaknya selama delapan puluh tahun terakhir.
Pada 26 Desember 1939 adalah waktu terakhir kali Turki merasakan dampak dari bencana dahsyat ini. Menurut catatan sejarah 33.000 orang dilaporkan meninggal kala itu, menyebabkan kerusakan ekstrem di Dataran Erzincan dan Lembah Sungai Kelkit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H