Mohon tunggu...
Rendryana Aulia
Rendryana Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

masih belajar dan terus belajar. sangat menantikan kritik dan saran yang membangun

Selanjutnya

Tutup

Money

Strategi Menaikkan Angka Pola Pangan Harapan di Masa Pandemi Covid-19

18 Juni 2020   13:42 Diperbarui: 18 Juni 2020   13:38 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

PENDAHULUAN

                Indonesia tidak luput menghadapi pandemi COVID-19, berbagai sektor terancam mengalami kemunduran akibat pandemi yang merebak dan berbagai roda kehidupan tidak berjalan semestinya. Salah satu sektor yang terdampak paling besar di tengah pandemi ini ialah sektor perekonomian. Sektor tersebut yang semula memiliki pertumbuhan PDB sebesar 4,97% pada triwulan ke-4 tahun 2019, menurun menjadi 2,97% pada triwulan pertama tahun 2020 (BPS, 2020). Jika seperti ini terus hingga dua trwiulan ke depan, Indonesia akan mengalami krisis ekonomi.

                Sektor pertanian adalah lapangan usaha yang paling stabil dan berperan sangat besar di era pandemi seperti ini. Dibuktikan pada kontribusi PDB pada triwulan pertama tahun 2020 meningkat sebanyak 0,12% daripada sebelumnya. Sektor pertanian pun masuk dalam lima sektor penyumbang terbesar pada pertumbuhan PDB agar perekonomian Indonesia tetap berjalan. Namun, tetap saja sektor pertanian yang berupa produk pangan dan nonpangan juga terdampak pandemi COVID-19 sehingga tidak dapat dijadikan sektor penahan perekonomian di tengah pandemi ini.

                Selain sebagai penyumbang perekonomian, sektor pertanian juga merupakan sektor utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan rakyat. Saat ini sektor pertanian sedang bekerja keras untuk menjaga ketahanan pangan nasional yang sedang kritis terdampak COVID-19. Pembatasan sosial dan skema penguncian (lockdown) menjadikan petani sulit untuk beraktivitas seperti biasanya, tentunya hal ini menyebabkan angka pola pangan harapan di masa pandemi akan turun daripada sebelumnya.

PEMBAHASAN

                Menurut Hanafie (2010), pola pangan harapan adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi tiap kelompok pangan dari suatu pola ketersediaan dan konsumsi pangan. Pola pangan harapan ini dapat dipahami sebagai komposisi keseimbangan pangan dan kecukupan gizi yang dijadikan sebuah angka penilaian sebuah daya serap komponen-komponen makanan di suatu wilayah sudah mencukupi atau belum. Pola pangan harapan ini harus memenuhi dalam segi kuantitas, kualitas, keragamannya serta memperhatikan aspek sosial budaya, daya terima masyarakat, ekonomi, agama, citarasa, daya cerna, kecukupan gizi dan keseimbangan gizi. Untuk penilaian konsumsi pangan utama diberikan skor maksimum yang relatif besar sebanyak 33,3% bagi setiap kelompok pangan utama, kelompok pangan utama itu terdiri dari pangan sumber karbohidrat dan energi (kontribusi energi sebesar 75%), sumber protein atau lauk-lauk (kontribusi energi sebesar 17%), sumber vitamin dan mineral (kontribusi energi sebesar 5%), serta pangan lainnya ( kontribusi energi sebesar 3%). Kegunaan dari pola pangan harapan ini agar menilai situasi konsumsi atau ketersediaan pangan, baik jumlah dan komposisi pangan serta perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan.

                Alih-alih memikirkan komposisi serta anjuran kebutuhan konsumsi yang tepat untuk masyarakat melalui daya serap konsumsi pangan dari pasaran, kebanyakan orang hanya berpikir mengenai kebutuhan dasarnya untuk mengenyangkan perut di tengah pandemi COVID-19 seperti ini. Padahal, hal seperti itu sangatlah tidak benar dan malah akan memperburuk angka kekurangan gizi atau gizi buruk di Indonesia. Bagaimanapun kebutuhan akan kecukupan gizi serta pemenuhannya harus diperhitungakan daya serapnya di masyarakat, tanpanya, produktivitas yang terjadi tidak akan maksimal dan pengonsumsian produk pangan tidaklah cukup efektif. Strategi agar nilai pola pangan harapan di suatu daerah dapat mengalami kenaikan di tengah pandemi seperti ini ialah:

  • Kemudahan konsumen mengakses pangan yang tersedia

Sayangnya pembatasan sosial dan skema penutupan (lockdown) seringkali menjadi hambatan tersendiri bagi petani. Petani kesulitan menjual hasil produksi dan konsumen pun sulit mendapatkan kebutuhannya. Kalau pun tersedia secara lengkap di pasar, seringkali terjadi resiko penularan virus yang amat tinggi, sekali pun sudah ada pembatasan jarak, tetap saja, terkadang para penjual yang terpapar nekat masih berjualan karena tidak ketatnya pasar untuk memeriksa orang yang keluar masuk di pasar. Jika saja masyarakat sangat tertib, otomatis pandemi ini akan segera berakhir dan laju perekonomian dapat segera berjalan dan beradatapsi, selain itu nantinya persediaan pangan akan mudah diakses untuk kembali menaikkan nilai pola pangan harapan yang jatuh akibat pandemi ini.

  • Pangan yang akan dikonsumsi (jumlah dan keragamannya sesuai anjuran) tersedia oleh produsen

Lantaran pembatasan sosial, tidak semua produsen berhasil menjualkan produknya karena tidak boleh ada kerumunan. Hal ini menurunkan keuntungan produksi mereka dan menjadikan para produsen merugi. Tidak ada pilihan lain selain untuk membuat jumlah sedikit atau tidak membuatnya sama sekali. Dalam upaya menjaga angka pola pangan harapan suatu daerah, produsen harus menerapkan cara alternatif untuk menjual produknya. Baik yang umum seperti menjualnya di pasar, menjual di depan rumah, atau pun yang tidak terlalu umum seperti penjualan secara daring, maupun di jual di tempat-tempat tertentu dan tidak biasanya yang mana tetap menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

  • Kebijakan ekonomi makro yang kondusif

Kebijakan ekonomi makro ini terkait dengan nilai tukar, suku bunga, tarif, upah serta kebijakan harga. Pada masa pandemi seringkali karena kelangkaan bahan produksi tertentu, sebuah produk menjadi memiliki harga jual yang tinggi. Pemerintah untuk memastikan harga tetap stabil, melakukan impor produk pangan agar masyarakat masih dapat memenuhi kebutuhannya. Hal itu justru mempersulit produsen lokal. Seharusnya, kebijakan ekonomi makro berusaha bersama membangkitkan ekonomi masyarakat serta produsen, tidak dengan merugikan produsen seperti ini. Sebenarnya tidak masalah dengan mengimpor produk hanya saja kebijakannya saja yang perlu diperbaiki dan pemberian subsidi bantuan baik pupuk atau modal atau apa pun itu akan sangat membantu produsen agar produsen tidak memilih memutuskan untuk menaikkan harga.

  • Kerjasama sinergis antarpihak terkait

Dalam keadaan pandemi saat ini, kerjasama yang berkelanjutan atau sinergis dari berbagai pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung terkait dalam aktivitas pangan masyarakat dan perekenomian agar dapat melalui pandemi ini dengan baik dan terhindar dari krisis ekonomi yang dapat menghantui Indonesia di beberapa bulan ke depan. Kerjasama sinergis ini dapat berupa berbagai hal seperti memberikan subsidi bantuan antar instansi kepada masyarakat atau pun lainnya, serta masyarakat yang bekerjasama dengan melakukan tertib pada peraturan yang ada seperti tidak keluar rumah untuk hal yang tidak penting adalah kunci utama dalam mengatasi pandemi ini.

KESIMPULAN

                Indonesia sebagai salah satu negara yang terdampak pandemi COVID-19 beresiko mengalami krisis ekonomi, di tengah itu masyarakat juga akan mengalami kekurangan gizi yang cukup tinggi yang bila terus-terusan berlanjut akan mempengaruhi produktifitas yang tentunya juga mempengaruhi perekonomian. Angka pola pangan harapan adalah angka yang digunakan untuk menilai situasi konsumsi suatu daearah, perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan. Strategi yang dapat dilakukan untuk menaikkan nilai pola pangan harapan yang mengalami penurunan karena COVID-19 dapat dilakukan dengan cara melakukan upaya memudahkan konsumen mengakses pangan yang tersedia, pangan yang akan dikonsumsi (jumlah dan keragamannya sesuai anjuran) tersedia oleh produsen dengan berbagai cara alternatif, kebijakan ekonomi makro yang kondusif dan memperhatikan berbagai pihak, kerjasama sinergis antarpihak terkait menghadapi pandemi bersama.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2020 Mei 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan 1-2020. Berita Resmi Statistik 2020: No. 39/05/Th. XXIII.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi.

#EkonomiPertanian #FakultasPertanianUniversitasJember #TraditionOfExcellence

Oleh: Rendryana Aulia (191510501093)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun