Mohon tunggu...
Rendra Trisyanto Surya
Rendra Trisyanto Surya Mohon Tunggu... Dosen - I am a Lecturer, IT Auditor and Trainer

(I am a Lecturer of IT Governance and IT Management. And IT AUDITOR and Trainer in CISA, CISM, CGEIT, CRISC, COBIT, ITIL-F, PMP, IT Help Desk, Project Management, Digital Forensic, E-commerce, Digita Marketing, CBAP, and also Applied Researcher) My other activity is a "Citizen Journalist" who likes to write any interest in my around with DIARY approached style. Several items that I was writing in here using different methods for my experimental, such as "freestyle", "feeling on my certain expression," "poetry," "short stories," "prose," "travel writing," and also some about popular science related to my field. I use this weblog (Kompasiana) as my experiment laboratory in writing exercise, Personal Branding and my Personal Diary... So, hopefully..these articles will give you beneficial or inspiration and motivation for other people like my readers...! ... Rendratris2013@Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Suatu Hari "Ber-Backpacker" di Jalan Asia Afrika - Bandung

1 Maret 2019   21:15 Diperbarui: 1 Maret 2019   22:25 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Keterangan Photo: Penulis berpose di baliho di depan kantor pusat Harian Umum /dokpri

             Sebenarnya sudah menjadi marfum oleh banyak orang di pinggir bahwa acapkali di hari-hari "long week-end" seperti  ini, orang agak enggan keluar rumah ke Bandung. Karena pasti akan terjadi kemacetan "berat" hampir di setiap sudut Kota Kembang ini. Namun, karena beberapa hari sebelumnya, sebuah pesan WA  masuk , "Mas Ren, apa kabar....? Saya Said Ridwan dari kota Meulaboh, Aceh. Masih ingat? Sedang liburan ke Bandung ...."

            Saya lalu segera mencari waktu buat menemui sobat lama semasa SMP ini.  Dia  mengingatkan kembali era tahun 1976-1978, ketika saya masih kelas III SMP dan tinggal di kota kecil berpenduduk kurang dari 200.000 jiwa, bernama Meulaboh (Ibu kota Kabupaten Aceh Barat). "Hi friend..Peu Haba..Apa kabar?" jawab saya di WA. "Ok, saya akan ke sana besok. Nginap di hotel apa ..?" tanya saya kepada sobat yang sudah 40 tahun tidak pernah bertemu lagi itu.

            Lalu esoknya, dengan sigap, sebuah motor tua Kharisma dipanaskan. Saya mengajak si putri bungsu,  Dhinda Ayu Amelia menemani jalan-jalan  ke Bandung ini, yang berjarak sekitar 45 menit berkendaraan dari kota Cimahi, tempat tinggal kami. Wow! Tapi apa yang terjadi? 

Sejak motor berjalan merayap memasuki kawasan Jalan Pasteur di Bandung, kemacetan menjelang libur panjang Natal dan Tahun Baru ini, mulai semakin terasa tidak biasa. Mobil-mobil berderet macet seperti tak bergerak. Bahkan, setelah melewati Jembatan Layang Pasopati, saya  pun menemui kemacetan yang semakin  parah.  

Akhirnya, saya putar-akal buat berbelok  menuju arah ke Lapangan Gasibu, dengan maksud bisa lebih cepat menuju ke Hotel Preanger di Jalan Asia Afrika. Mdeskipun akhirnya terlambat sampai tidak sebagaimana jam yang saya janjikan. Rencana mencari jalan mutar menghindari kemacetan total ini, eh, malah terjebak oleh kemacetan lain di sekitar Gedung Sate dan Jalan Riau.

  Akhirnya janji mau ketemu Said Ridwan jam 10:00,  molor menjadi  jam 11:30.  "Maaf Mas Ren, kami sudah keburu 'check out' dari Hotel nih dan melanjutkan perjalanan. Sekarang kami sudah di jalan tol menuju Jakarta, mau langsung pulang. Tadi saya sudah tunggu lho...hampir satu jam.." kata sobat kecil saya ini di WA. "Maklum, kami ikut rombongan tour dan travel selama di Bandung. Jadi jadwal acara banyak dan padat... Maaf ya..!" 

                "Oh my God..!"

           Saya sama si bungsu kemudian termenung sejenak lemas, di tempat parkir Hotel Preanger ini. Preanger merupakan hotel tua yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1920, berlokasi di Jalan Asia Afrika. "Wah, sudah jauh-jauh kita datang ke sini, malah ditinggal..." kata saya terasa  kesal juga. 

"Tapi ya sudahlah. Khan kita juga datangnya terlambat!  "kata si Bungsu yang  selalu menghibur kala saya ada masalah,.  Dan seperti biasa. Saya pun tiap kali pergi jauh, selalu menyiapkan alternatif (Plan-B). Dan bahkan Plan-C.  "Hm, kalau begitu sekarang kita ber-backpacker saja di sekitar Kawasan AA ini. Menyusuri Jalan Asia Afrika yang penuh sejarah berada di depan hotel. Pasti asyik! Khan ini kawasan Kota Tua Bandung. Pasti banyak hal yang menarik," ajak saya ke si Bungsu.

Memang benar!

(Keterangan Photo: Dhinda Ayu Amelia , putri bungsu saya yang selalu menemani ber-backpacking, istirahat sejenak di kursi di pinggir di pinggir Jalan Asia Afrika Bandung, yang hari itu tampak macet / Photo by: Rendra Trisyanto Surya)
(Keterangan Photo: Dhinda Ayu Amelia , putri bungsu saya yang selalu menemani ber-backpacking, istirahat sejenak di kursi di pinggir di pinggir Jalan Asia Afrika Bandung, yang hari itu tampak macet / Photo by: Rendra Trisyanto Surya)
            Begitu kami keluar dari hotel berbintang lima ini, jalan Asia Afrika itu sudah penuh dengan kendaraan yang juga bergerak lambat merayap. Udara Bandung yang biasanya sejuk dan berhujan, kali ini  justru terasa panas terik. Banyak terlihat anak muda yang sedang ber-backpacker juga jalan berkeliaran dengan ransel bawaannya. 

Mereka  tidak terlalu menghiraukan cuaca yang kurang bersahabat ini. Lalu, kami menyusuri jalan bersejarah ini, dengan melewati kantor pusat harian koran utama "urang Bandung", yaitu "Pikiran Rakyat".  "Pa..kita ber-photo di baliho itu. kayaknya unik...", kata si bungsu. Memang unik juga ternyata...! Tersedia di sana baliho buat orang-orang lewat yang ingin berpohoto dengan latar bingkai koran besar. 

            Lalu, kami melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba mata saya memandang sebuah poster besar bertuliskan "Korean Culture Day" di sisi lain  jalan Asia Afrika ini. "Pa..kita lihat acara ini yuuk..Kayaknya menarik !" ajak si Bungsu. Si bungsu yang sudah menjadi Sarjana Teknik Sipil ini, dan baru di wisuda dari sebuah  PTN di Bandung , rupanya masih suka juga dengan hal-hal yang berkaitan dengan K-Pop. 

K-Pop memang akhir-akhir ini  telah menyebar cepat "bak virus budaya" luar yang  menjalar merasuk ke seantero hati anak-anak muda dunia, termasuk  anak muda di Bandung. "Ok...kita cari tahu dimana kegiatan itu diadakan.." Setelah makan siang dengan menu khas masakan Sunda  di sekitar Jalan Braga, kami kemudian menyusuri kembali perjalanan menuju ke arah Jalan Asia Afrika ke arah utara. Banyak terlihat anak-anak muda dan turis lokal sekeluarga mengunjungi tempat ini juga. Braga merupakan salah satu objek wisata yang menjadi bagian dari Kawasan Kota Tua Bandung.  

            Kami melewati Gedung Majestic yang hari itu tampak ramai karena sedang mengadakan kompetisi "K-Pop Dance" buat kalangan anak muda se-kota Bandung. "Acara ini diadakan oleh Dinas Pariwisata Pemda Kota Bandung, untuk mendukung acara Korean Culture Day, " kata panitia yang saya jumpai di depan pintu masuk. Ada 11 grup yang ikut kompetisi kali ini. 

Selama di dalam Gedung bioskop,  yang telah dialihfungsikan menjadi Gedung pertunjukkan Budaya ini. Di sini saya menyaksikan semangat luar biasa (euphoria) dari berbagai kalangan anak-anak remaja Bandung yang menjadi peserta kompetisi dan bahkan yang menjadi penontonnya. Tampaknya mereka lebih paham Budaya Pop Korea (K-Pop) dibandingkan budaya asli mereka sendiri. 

Setiap peserta selesai manggung, sambil menunggu persiapan grup berikutnya, pembawa acara (MC) kemudian melemparkan kuis-kuis beragam pertanyaan ke penonton  yang berkaitan dengan Korea Selatan, dan  diimingi hadiah menarik yang menjadi rebutan. Anak-anak remaja dan para mahasiswa yang hadir sebagai penonton ini pun  tampak begitu antusias. Mereka dapat menjawab dengan cepat hal-hal detail tentang Korea seperti Nama Presidennya, lagu kebangsaan Korea, nama lima kota industri di Korea Selatan..dan seterusnya.

            "Mereka yang tampil berkompetisi itu, harus berdansa sesuai dengan Lagu K-Pop yang mereka pilih. Dan mereka harus menirukan gerakan tarian seusai dengan artis Korea asli yang membawakan lagu itu. Mana yang paling tepat gerakannya, itu yang dapat nilai bagus," kata si Bungsu Dhinda Ayu Amelia, menjelaskan ke saya proses penilaian kompetisi ini. 

Dia juga penggemar Budaya Korea Pop, khususnya musik. Tapi uniknya, ada beberapa grup peserta yang tidak mau meniru K-Pop Korea ini mentah-mentah begitu saja di dalam penampilannya. Mereka menyisipkan juga unsur tarian dan musik Sunda untuk dikolaborasikan dengan musik dan tarian Korea tersebut.  Ada yang membuat intro dengan mengawali penampilannya dengan gerakan Pencak Silat Jawa Barat, sebelum  akhirnya masuk ke tarian K-Pop. 

Wow..! It is Amazing... ! Cukup kreatif...!

(Keterangan Photo: Salah satu perfroma kelompok peserta kompetisi
(Keterangan Photo: Salah satu perfroma kelompok peserta kompetisi
               Usai menonton pertunjukkan ini, kami kemudian melanjutkan kembali Jalan Asia Afrika ke arah lain yang terlihat lebih ramai. Tampak berbagai tenda bazar makanan dan jualan baju dan  pernik konsumsi anak-anak muda berjejer. 

Anak-anak muda yang mendominasi Kawasan ini di hari Minggu itu, tampak asyik berphoto ria dengan beberapa orang yang berdandan ala zombie, meski harus rela membayar Rp 5.000 untuk membuat photo bersama mereka ini. Setelah puas wara wiri...kami kemudian berjalan kembali  pulang ke arah Hotel Preanger.

 Di tengah jalan, kami melihat Gedung Konferensi Asia Afrika yang terkenal itu, sudah dibuka saat jam menunjukkan pukul 14 siang. Kami lalu masuk ke dalam dan terasa nikmatnya sejuknya udara AC di tengah udara yang panas tersebut . Meskipun saya sudah 48 tahun tinggal di Bandung, baru kali ini masuk ke Gedung bersejarah ini. 

Di dalam ruang pameran tersebut,  tampak berbagai photo yang  ditata apik menggunakan kaidah manajemen museum modern. Koleksinya yang cukup lengkap itu dibuat sekuensial, agar memudahkan pengunjung mengenang kembali peristiwa bersejarah di tahun 1955 itu dari awal hingga akhir.  Ada photo besar tokoh AA yang menarik untuk dibuat latar belakang selfie. Udara AC yang dingin dan sejuk, lampu ruang yang cukup terang, serta photo yang dipajang dengan menarik, membuat saya juga betah berlama-lama di sini.   

             Beberapa sudut pajangan tampak ditata mengikuti trend spot untuk ber-photo selfie, sebagaimana trend di setiap objek wisata di era Medsos ini. Tampaknya pengelola museum menyadari faktor daya tarik ini. Ada beberapa spot photo yang memang bagus dan unik yang akhirnya bisa pula mengekspresikan hobi Photography. Sayangnya, panitia melarang pengunjung membawa tripod untuk berphoto di Muesum ini . Entah apa alasannya....!

            Saat keluar dari ruang museum, saya terhenti sejenak dan  berdialog dengan seorang petugas museum. "Kang, coba jelaskan..Apa masih relevankah  kejadian Konferensi Asia Afrika yang terjadi 50 tahun lebih ini dengan kondisi  jaman sekarang?" tanya saya.

 "Bukankah sekarang dunia sudah banyak berubah, termasuk peta  kekuatan politik. Para penggagas dan pemimpin negara Asia Afrika tersebut juga sudah tidak ada. Negara Asia Afrika juga berubah strategi dan haluan politiknya. Bahkan, negara Asia Afrika itu sendiri, banyak yang  saling bertengkar, ber-konflik, bahkan berperang...Merebut pengaruh politik dan sumber ekonomi buat kepentingan rakyatnya masing-masing.. Mereka seperti lupa tuh dengan solidaritas yang dulu dicanangkan di AA ini, sebagai sesama Bangsa Asia dan Afrika. .." komentar saya namun sambil tersenyum iseng. Maksud saya, pertanyaan saya kalau enggan dijawab , ya ng apa-apa juga.  

(Keterangan Photo: Berpose di ruang museum Konferensi AA Bandung, dengan latar belakang para Pengagas Dasa Sila Bandung yang terkenal itu / Photo by: Dhinda Ayu Amelia)
(Keterangan Photo: Berpose di ruang museum Konferensi AA Bandung, dengan latar belakang para Pengagas Dasa Sila Bandung yang terkenal itu / Photo by: Dhinda Ayu Amelia)
              "Justru itu, Pak..! Nilai-nilai Konferensi Asia Afrika ini yang dirumuskan dalam apa yang dikenal dengan  DASA SILA BANDUNG itu, semakin relevan sampai sekarang. Malah harus kita pelihara sampai kapan pun. Di antaranya dengan adanya museum ini. Jadi, museum ini bukan sekedar peringatan sejarah suatu peristiwa yang lalu saja. Akan tetapi, merupakan sumber daya buat mengingatkan tentang "Values" yang harus ada melekat pada seluruh bangsa di Asia Afrika. Dengan adanya Museum  ini, paling tidak diingatkan kembali bahwa kita dulu pernah punya ikrar/janji. Janji  yang bisa mengurangi konflik di antara kita para bangsa Asia Afrika ini. " jawabnya dengan lancar. 

Wow..jawaban yang cerdas..! 

            "Yang menjadi permasalahan kita sekarang, justru kita seperti kehilangan pemimpin besar yang kharismatik di Asia Afrika sebagaimana dulu ditunjukkan oleh Ali Sastroamidjojo (Indonesia), Muhammad Ali Bogra (Pakistan), Jawaharlal Nehru (India), John Kotelawala (Srilakngka), U Nu (Burma) bakan Soekarno. . Mereka bukan saja penggagas Konferensi Asia Afrika, namun juga merupakan Tokoh dan Pemimpin  yang mampu menjadi perekat bangsa Asia Afrika. Kalau saja, sekarang muncul tokoh sekaliber mereka, mungkin perang dan konflik di kalangan sesama bangsa Asia Afrika ini akan berkurang. " katanya mengakhiri obrolan kami.

Dalam perjalanan kembali kami ke Hotel Preanger, saya mencoba mengingat-ingat kembali isi Dasa Sila Bandung yang disebut oleh petugas Museum tadi, yaitu:  

1. Menghormati Hak-Hak Dasar Manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB

2. Menghormati Kedaulatan dan Integritas Teritorial semua bangsa

3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil

4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain

5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB

6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain

7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara

8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama

10. Menghormati hukum dan kewajiban--kewajiban internasional

(Keterangan Photo: Si Bungsu: Dhinda Ayu Amelia bergaya meneriakkan yel
(Keterangan Photo: Si Bungsu: Dhinda Ayu Amelia bergaya meneriakkan yel
                 Hm, rupanya hari ini saya tidak saja sedang ber-backpacker bersama si Putri Bungsu di tengah udara panas Kota Bandung, dan macetnya  Jalan Asia Afrika. Akan tetapi juga, belajar suatu yang meskipun singkat tapi bermanfaat. Mengenai pentingnya Ilmu Hubungan Internasional praktis buat masyarakat. Khususnya, dalam kaitannya dengan relevansi  nilai-nilai (values) yang muncul dan lestari dari peristiwa besar seperti Konferesi Asia Afrika. Ya,akhirnya..  memang kita semua jadi  "rindu" dengan  negarawan-negarawan besar  sekaliber Soekarno,  Joseph Broz Tito (Yugoslavia) , Gamel Abdul Nasser (Mesir), serta  para penganggas Konferensi Asia Afrika. Mereka tampak begitu cerdas, visioner dan kharismatik sehingga mampu menjadi perekat (kuat) bangsa.....

              Mungkin karena itu, jalan di depan Hotel Preanger ini, yang bernama Jalan Asia Afrika ini lalu menjadi selalu relevan di kenang. Jalan ini tidak hanya sebagai jalan yang hari ini menjadi sumber salah satu kemacetan di Kota Bandung.  Lebih dari itu, merupakan  catatan sejarah yang tak pernah mati dan lekang oleh panasnya  terik siang. Dan tak pernah luntur oleh perjalanan sang waktu.......

(Keterangan Photo: Seorang penjual minuman Air Nira
(Keterangan Photo: Seorang penjual minuman Air Nira
======================================================================================================

(Ditulis oleh: Rendra Trisyanto Surya / di hari Minggu, 30 Desember 2018  menjelang tahun Baru 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun