Kita sering mendengar dan juga mengamati, bahwa seiring dengan bertambahnya usia maka akan meningkat kejenuhan hubungan para suami-istri. Hubungan seks itu memang tidak lagi dilakukan dengan bersemangat. Malah menjadi hambatan dengan berbagai alasan. “Itulah sebabnya,” kata Pak Lurah melanjutkan sambutannya. “Perkawinan itu merupakan ladang amal. Dan amalnya bersifat jangka panjang yang tak ada habis-habisnya hingga usia tua kita. Karena selain kegiatan Sholat, maka aktivitas “hubungan suami-istri” akan terus menuai amal dalam jangka panjang hingga usia perkawinan tersebut berakhir, karena perceraian atau kematiaan, “ ujarnya. Jadi, belajarlah terus-menerus untuk memelihara hubungan yang selalu harmonis dengan pasangan, baik dalam hal lahir maupun batin, lanjutnya menutup kata sambutannya.
Wejangan ini disampaikan di depan orang ramai dengan pengeras suara dari atas panggung. Mungkin tujuannya juga agar diperhatikan oleeh semua tamu hadir. Karena sangat mungkin, beberapa di antara tamu undangan tersebut, mengalami berbagai permasalahan dalam perjalanan perkawinan masing-masing, baik pasangan tua maupun muda. Cukup banyak Bapak-bapak dan Ibu-Ibu (di Desa maupun di Kota), yang karena usia perkwaninannya sudah lebih dari 20 tahun, bahkan sudah mendapat status Perkawinan Perak. Dengan usia yang udah menginjak kepala 50, menganggap hubungan seks suami-istri tidak lagi penting. Fokus mereka kemudian habis untuk mengurus anak-anak dan mencari nafkah. Mungkin juga kondisi badan yang sudah mulai gendut dan menggelambir, jarang berolahraga dan sering sakit-sakitan, sehingga seks justru menjadi persoalan. Padahal, sebagaimana wejangan Pak Lurah yang cerdas dan berwawasan luas ini, “Hubungan seks suami istri itu adalah ladang Amal yang diberikan Allah dalam jangka waktu yang panjang yang tak habis-habisnya. Amal ini hanya berakhir jika salah satu pasangan dipisahkan oleh maut, atau bercerai..”
Saya kemudian termenung di kursi saya dari suatu sudut di barisan paling belakang. Ya, hari ini, siang ini saya seperti mendapat pencerahan dan “belajar sesuatu” dengan menghadiri acara akad nikah keponakan ini. Terutama, karena wejangan bermutu dan menarimdari seorang Lurah, dari pelosok sebuah kampung di Propinsi Lampung, yang cerdas, bermakna bagi banyak orang, dan menggugah.....
==========================================================================================================================================
(Ditulis oleh: Rendra Tris Surya, Selasa malam 28 Maret 2017 di tengah kamar rumah mertua di Desa Muaradua, Kecamatan Pulau Panggung, LAMPUNG, ...Dengan cahaya lampu yang agak redup..)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H