Mobil travel ini pun kemudian menembus kemacetan jalan di malam hari itu menuju tol Pasteur Bandung dan melaju ke arah Jakarta. Udara dingin AC membuat tidur saya pun semakin lelap. Sekali-kali saya terbangun oleh goncangan kecil, dan melihat-lihat kecepatan laju mobil di dashboard Pak Supir yang tampak stabil dikisaran kecepatan 70 km sampai 80 Km.
Sekali-kali tampak supir memotong mobil yang ada di depan. Kadang dari kiri dan lebih sering dari kanan. Sempat juga saya melihat mobil ini agak oleng dan berjalan agak zigzag. “Ah, supir kayaknya agak mengantuk nih..” pikir saya dalam hati. Tapi saya tetap percaya sebagaimana biasanya, bahwa supir mobil travel ini pasti sudah berpengalaman, karena tiap hari telah melalui jalur ini. Pasti dia punya cara tersendiri mengatasi kantuknya itu sambil membawa mobil, pikir saya. “Biasanya di tempat pol kontrol di Km 105, supir disuguhkan kopi untuk menghilang rasa kantuk,” kata staf perusahaan mobil travel tersebut pada suatu hari.
Tapi, begitulah, seperti kata pepatah “sepandai-pandaainya tupai melompat, suatu saat akan jatuh juga....” Inilah yang terjadi! Tiba-tiba, terdengar suara yang sangat keras yang disebabkan adanya benturan. Dan saya terbangun sesaat dari tidur pulas tersebut. Mobil yang saya tumpangi ini kemudian tampak tergoncang dan oleng ke-kiri kanan dengan dahsyat, sepertinya hampir terguling.
Sayup-sayup, di tengah oleng mobil yang hampir terguling di kecepatan 80 Km itu, supir spontan berteriak kaget, memaki mobil Truk yang melaju terus di depan setelah senggolan terjadi. “Mobil kita menabrak belakang kanan truk di depan..” kata isteri saya yang tidak tidur, kemudian menjelaskan setelah kejadian ini sehari berikutnya. Kaca mobil depan tampak pecah berantakan menjadi bulir-bulir kecil dan terlihat bolong.
Antara sadar dan tertidur itu, saya merasa kepala saya terbentur keras beberapa kali ke depan kursi dan ke samping kanan. Bulir-bulir kaca dari depan mobil berhamburan ke arah dalam dan sebagian mengenai wajah. Kaca mata kiri saya pun hancur luluh serta bengkok. Kemudian saya tersungkur pingsan hampir 15 menit di kursi, dengan wajah yang dipenuhi oleh darah.
Ketika saya tersadar, semua tampak senyap..! Terdengar suara penumpang yang duduk di baris paling depan merintih “Mas..mas...tolong saya...,” Tampak kakinya terjepit mobil yang sudah ringsek bagian depannya tersebut. Lalu saya lihat semua penumpang turun tergesa-gesa, sambil terlihat panik dan mengucapkan takbir dan salawat. Tampaknya saya dan penumpang di depan ditinggal sendiri di mobil. Mungkin itu reflek dari keadaan darurat orang yang panik. Mereka keluar secara spontan, takut mobil terbakar oleh bensin yang ada di dalam mobil, sebagaimana suatu kecelakaan bila terjadi.
Akhirnya, saya lihat Istri saya kembali masuk ke mobil dan menuntun saya keluar dari mobil dengan darah yang semakin memenuhi wajah. Tak jelas di bagian wajah mana yang luka. Lalu saya lihat penumpang banyak yang menangis panik dan duduk di pinggir jalan tol di Km 53 tersebut. Selama beberapa menit semua kelihatan terdiam, tidak tahu harus berbuat apa.
Supir mobil travel ini kemudian menelpon kantornya “Mobil saya tabrakkan. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Mata saya seperti ada yang menutupi saat menyupir,” begitu terdengar suara gugupnya dengan nada panik. Beberapa penumpang lain kemudian menelpon entah kemana. Setelah sepuluh menit hening, beberapa penumpang yang tidak terluka, kemudian menolong korban-korban dengan memberi tisu pembersih dan lain-lain. “Ini pak, pakai tisu ini,” kata seorang penumpang menghampiri saya. “Terima kasih!” Hanya itu yang bisa saya katakan kepadanya dalam suasana yang serba shock dan mengagetkan tersebut. Saya kemudian berdiri di depan mobil travel yang terparkir di sisi kiri jalan, tapi sudah dalam keadaan ringsek.
Tidak terbayang, apa yang bakalan terjadi jika supir tadi mengerem dan melepas mobil yang melaju dengan kencang ini, sesaat setelah benturan terjadi. Pasti mobi kotak ini akan terguling ke jalan. Dan kemudian mobil-mobil yang berkecapatan tinggi dari belakang akan menabrak mobil terguling ini.
“Meskipun supir terlihat lalai karena mengantuk. Tapi saya acungkan jempol kepadanya karena mampu mengendalikan mobil oleng dengan baik. Lalu meminggirkannya di kiri bahu jalan tol,” jawab saya beberapa hari kemudian ke staf perusahaan mobil travel ini yang menanyai saya. Dia secara tidak langsung telah menyelamati 12 orang penumpang di dalam meobil itu. Walaupun saya dengar supir itu kemudian dipecat.