Tampaknya, aktivitas kawasan Cihampelas yang tahun 2006 terlihat sempat lesu itu, kini terllihat lebih semarak. Bukan tidak mungkin, saat nanti Indonesia masuk ke era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), maka kawasan Cihampelas ini pun berubah menjadi “Legian from Bandung”. Penuh dengan berbagai pernik kegiatan hiruk-pikuk anak-anak muda dari berbagai etnik dan bangsa yang berkolaborasi di sini, baik secara positif maupun negatif. Kemudian semakin memacetkan jalan Cihampelas yang menjadi salah satu poros jalan utama di kota Bandung. Kota Bandung pun mungkin berubah status, dari kota pelajar mahasiswa menjadi kota wisata internasional, dengan segala “hiruk-pikuk” kehudpan dugemnya. Cihampelas, yang pada mulanya merupakan kawasan kost-kostan mahasiswa (golden slumps) itu pun, mungkin akan berubah menjadi “enclave” masyarakay urban kaum muda. Yang jika tidak hati-hati, mempengaruhi tradisi dan budaya masyarakat Sunda di kawasan ini, menjadi bagain dari apa yang dinamakan “Western Tourism Culture” sebagaimana sering kali kita temukan dan rasakan di Legian, Bali. Dimana hampir semua hal kemudian di halalkan dan menjadi terlihat "tidak Indonesia" lagi juga tidak apa-apa. Lalu hukum lokal pun (demi devisa), seperti enggan mencampuri kegiatan dan aktivitas anak-anak muda di Legian sana. Apapun itu yaang dilalukan mereka!
[caption caption="(Keterangan Photo: Yang menarik dari mall Cihampelas Walk/CIWALK adalah konsep ruang terbuka yang membelah mall oleh hiasan lampu-lampu malam bernuansa romantis. Membuat para pasangan melewati merasa betah berlama-lama sambil duduk dan berjalan-jalan menikmati kuliner serta hawa dingin Bandung yang masih terasa sejuk menyelimuti di waktu malam... / Text by: Rendra Tris dan photo: Klikhotel.com)"]
***
Hari pertama saya mengajar training di ruang Frankrut di Hotel Sensa ini, terasa seperti berjalan begitu cepat. Ketika waktu menunjukkan pukul 12:00, saya dan para peserta kemudian “Lunch Break” menuju ke restoran hotel yang berada di lantai 3. Restoran ini terletak di pinggir kolam renang. Tampak dalam keramaian restoran tersebut berbagai peserta training dari berbagai perusahaan lain ternyata sudah terlebih dahulu berkumpul sibuk memilih makanan mewah yang disediakan. Mungkin hotel Sensa menjadi salah satu hotel favorit kegiatan meeting dan training yang diadakan di Bandung. “Karena lokasinya yang dekat ke mana-mana,” kata seorang peserta training. “Jadi, pulang training, sore hingga malam hari, kami masih bisa hangout nih di Ciwalk. Menimati dinginnya kota Bandung dengan menjerumput Starbuck, tanpa harus capek-capek ke mana-mana,” jelasnya saat ngobrol.
Di kolam renang, tampak beberapa anak muda bule sedang asyik berenang dengan santai dan cuek. Tak peduli, puluhan mata memandangnya berenang berbikini. Entah mengapa, selalu restoran dan kolam berenang dirancang sedemikian rupa agar selalu berada dalam lokasi berdekatan. Mungkin, agar dapat menambah selera makan pengunjung, kali ya? (hehe2..).
Saya kemudian mengambil makanan khas hotel ini, dan memilih duduk di luar ruang restoran di sisi samping kiri gedung menghadap ke arah Jembatan Pasopati. Jembatan ini terlihat cantik dari kejauhan. Dulu katanya dibangun dengan dana ratusan milyar rupiah hadiah dari salah satu negara Arab untuk masyarakat muslim kota Bandung. Meskipun jembatan ini hampir setiap hari saya lewati dari rumah menuju ke tempat kerja. Namun, belum pernah saya memandangnya dalam waktu cukup lama dari kejauhan begini, dan di ketinggian seperti ini.
Ada nuansa lain yang kemudian saya rasakan....
Memandangnya dari kejauhan, seakan-akan melupakan kemacetan yang sebenarnya tak henti-hentinya terjadi di jalan yang menuju ke arah Dago tersebut. Sekali-kali, tampak pesawat yang hendak mendarat ke Bandara Husein, Bandung, seperti hendak menyentuh ujung tiang tinggi jembatan tersebut. Tiba-tiba, mata saya tertuju ke pemandangan konstras sekeliling jembatan Pasopati ini: sederetan atap-atap rumah kawasan kumuh padat penduduk, yang dikenal dengan nama PLESIRAN. Kawasan perumahan sederhana ini sangat saya kenal. Penduduknya menjalankan kehidupan demikian sederhana bersama dengan para mahasiswa yang tinggal di sana. Mereka kebanyakan mendiami tanah yang sebenarnya masih bersertifikat tanah hak milik Pemda Kota Bandung, sehingga sewaktu-waktu dapat saja di gusur. Mayoritas mata pencaharian penduduk di sini sejak puluhan tahun lalu, adalah menyediakan kamar kost-kostan murah buat mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Mungkin karena berlokasi strategis dekat dengan kampus.
[caption caption="(Keterangan photo: Pada waktu-waktu tertentu, mall Ciwalk yang mewah ini pun bisa berubah menjadi tempat ajang anak-anak muda dan mahasiswa Bandung dari berbagai kalangan berkumpul. Di antaranya, ketika akan menonton konser mini grup musik favorit mereka. Atau acara gathering tertentu gaya anak Bandung/ Text By: Rendra Tris Surya dan photo: bandung.panduan.wisata.id)"]