Obrolan kemudian berlanjut ngalor-ngidul ke berbagai topik, hingga akhirnya saya bertanya, “Apa betul pasar barang sekon Batam itu, barang-barangnya berasal dari Singapura?” Pasar barang seken Batam di sini yang bernama Pasar Aviari itu, memang cukup terkenal bagi tamu pengujung Batam. Ternyata jaraknya tidak sampai 15 menit jika menggunakan motor dari rumahnya.
Akhirnya, menjelang jam 21:00 malam, kami pun berempat ke sana. Setelah wara-wiri melihat-lihat berbagai barang yang dipajang yang memang banyak yang unik dan mahal. Akhirnya kami kembali ke penginapan. Jabatan tangan erat dari Bung Dedik Suryantara dan isterinya, mengiringi perisahan kami. Saya sungguh terkesan dengan keluarga ini. Yang, meskipun terlihat sederhana, namun tampak apa adanya, harmonis dan bahagia bersama seorang anak perempuan semata wayangnya tersebut. Di sini pun semua berjalan teratur menurut waktu dan sistem yang ada. “Maaf, saya tidak bisa menemani sampai larut malam nih. Besok saya sudah harus kerja rutin lagi di bagian produkssi pabrik perusahaan, seperti biasa,” kata isterinya. Kemudian setelah pamit, motor oranye pinjaman saya itu, melaju menyusuri malam. Menyusuri jalan mulus pinggiran kota Batam menuju ke kawasan Golden Land (Kawasan Industri Cammo) ditengah kota, sekitar 45 menit dari rumahnya, kembali ke tempat penginapan.
***
Di penginapan, sebelum tidur, saya kemudian membuka web-blog keroyokkan Kompasiana di laptop. Terbayang banyaknya jumlah komunitas ini, yang hingga kini beranggota lebih dari 315.000 orang yang menyebar ke seluruh Indonesia dan bahkan sampai ke berbagai negara. Tiba-tiba saya menyadari, website ini ternyata bukan hanya sekedar media untuk menampilkan puluhan artikel Kompasianer setiap hari untuk “ information sharing” kepenulisan dan komen (catatan: Kompasianer adalah istilah bagi penulis di Kompasiana). Kompasiana ternyata telah menjadi komunitas tersendiri dengan ciri khasnya, yaitu kecairan hubungan personal era ala “information age”. Komunitas penggemar kepenulisan ini, meskipun tidak dilengkapi dengan surat pernyataan atau dokumen kesepakatan apapun. Tampak mayoritas anggotanya seperti telah memiliki dan membentuk komitmen buat saling berkomunikasi dan ber-say hello. Dan bahkan saling membantu sesuai proporsinya masing-masing sebisa-bisanya. Karena sistem kompasiana memungkinkan komunitas ini membentuk “Trust Society” karena anggotanya harus mengajukan identitas yang jelas (verified) dan mengikuti aturan etika kepenulisan di Kompasiana. Terutama, bagi yang sudah sering ber-say hello di dunia maya sebelumnya, pasti sudah mulai membentuk Trust tersebut. Bung Dedik Suryantara, kompasianer yang soleh dan baik hati ini, seperti mengajarkan kepada kita semua, bagaimana nikmatnya bersilaturahmi dengan para kompasianer dari jauh, ketika membentuk “kopi darat”. Ada nuansa baru dan keasyikkan tersendiri yang terbentuk dari kegiatan ber-relasi dengan orang-orang jauh, yang bersikap jujur dan apa adanya itu. Pada akhirnya, persahabatan itu memang sering dimulai dari hal-hal yang sederhana, seperti kegiatan kopdar ini.
So, thanks, Bung Dedik...! Sampai jumpa lagi.... Kabari saya, bila suatu saat anda datang ke Bandung. Kita akan kopdar lagi, namun kali ini di rumah saya. Dan akan saya ajak pula anda berkeliling dengan motor kesayangan saya, ke berbagai sudut penjuru kota kembang.... (hehe2...). Ciao...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H