Mohon tunggu...
Rendra Trisyanto Surya
Rendra Trisyanto Surya Mohon Tunggu... Dosen - I am a Lecturer, IT Auditor and Trainer

(I am a Lecturer of IT Governance and IT Management. And IT AUDITOR and Trainer in CISA, CISM, CGEIT, CRISC, COBIT, ITIL-F, PMP, IT Help Desk, Project Management, Digital Forensic, E-commerce, Digita Marketing, CBAP, and also Applied Researcher) My other activity is a "Citizen Journalist" who likes to write any interest in my around with DIARY approached style. Several items that I was writing in here using different methods for my experimental, such as "freestyle", "feeling on my certain expression," "poetry," "short stories," "prose," "travel writing," and also some about popular science related to my field. I use this weblog (Kompasiana) as my experiment laboratory in writing exercise, Personal Branding and my Personal Diary... So, hopefully..these articles will give you beneficial or inspiration and motivation for other people like my readers...! ... Rendratris2013@Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Senja "Jatuh" di Pantai Jimbaran Bali

18 Mei 2013   21:47 Diperbarui: 3 September 2015   11:29 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Denpasar, Sabtu November 2011 bercuaca cerah. Teringat bisikan seorang teman seminggu sebelum ke Denpasar. “Ren, jangan lupa makan ikan bakar dan minum es kelapa muda di Pantai Jimbaran, sambil menikmati suasana matahari terbenam. Belum ke Bali namanya, kalau  belum ke sana…!” katanya meyakinkan. Kalimat itu teriang kembali ketika dr Zakaria Adam (teman semasa SMA di Lhokseumawe Aceh), sedang memanaskan mobil Alphard hitam kesayangannya yang akan membawa kami ke pantai Jimbaran. Aneh juga, bahwa teman dokter spesialis kandungan  yang terkenal di kota Denpasar ini, belum pernah ke Jimbaran meskipun sudah lebih dari sepuluh tahun bermukim di pulau Bali. “Ah, apa yang menarik dari kampung nelayan itu..?“ tanyanya bercanda.

***

Menuju Jimbaran

Memang benar, Jimbaran mulanya hanyalah sebuah desa nelayan miskin yang hampir terlupakan dari hiruk-pikuk dinamika kehidupan pariwisata di Bali. Meskipun jaraknya hanya sekitar 15 km saja dari kota Denpasar ibukota Propinsi.  Namun kecanggihan rekayasa pariwisata Bali telah mengubah kawasan ini menjadi buah bibir. Mungkin, karena apa pun yang dibuat dan dijual di Bali akan bergema dan bergaung luas ke mana-mana, termasuk ke manca negara.  Jimbaran merupakan salah satu kawasan wisata “baru” yang beruntung menjadi terkenal mendadak sejak tahun 2005, ketika Lady Diana (putri kerajaan Inggris yang menjadi tamu negara saat itu) berkunjung ke sini mencicipi ikan bakar yang memang digemarinya jika berpergian. Pada waktu itu, hanya terdapat beberapa warung ikan bakar sederhana saja di Jimbaran.

Namun saat ini, warung-warung ikan bakar sederhana Jimbaran itu sudah menjelma  menjadi sederetan restoran seafood terkenal bertaraf Internasional (artinya juga makanan yang disajikan bertarif menu dalam dollar). Jika dirupiahkan, harga minimal ikan di sana Rp 100.000/kg. Bahkan  ada yang sampai Rp 350.000/kg untuk jenis ikan-ikan khas tertentu, termasuk ikan Hiu bakar yang akhir-akhir ini mulai populer.  Hotel-hotel berbintang juga mulai marak bermunculan di sekitar kawasan ini.

Dengan rasa penasaran, kami meluncur  menerobos ke macetan lalu lintas kota Denpasar melewati daerah Renon, Tabanan lalu ke arah sisi kiri bandara Ngurah Rai menuju ke kawasan selatan pulau Bali. Setelah melewati pemandangan sawah-sawah pedesaan indah khas Bali tersebut, kami sampai di pantai Jimbaran pada pukul 16.15 sore.

Di pinggir restoran pantai tersebut terlihat perahu-perahu nelayan tradisional teronggok di sudut jauh, dan  para tukang parkir restoran yang terlihat berpakaian rapi dan necis sibuk mengatur deretan mobil yang semakin sore semakin banyak berdatangan.  Sejenak kami bingung memilih, restoran mana yang view-nya paling baik. Setelah memesan menu di salah satu restoran, kami duduk menunggu di meja tersisa (sebagian besarternyata  sudah full-booked/dipesan untuk hari Sabtu sore itu). Kami larut dalam keramaian pengunjung yang tertib di meja masing-masing menunggu Senja. Sekali-kali  terlihat pesawat dari kejauhan take-off hampir setiap 10 menit sekali dari Bandara Ngurah Rai, salah satu bandara tersibuk di Indonesia. Lokasi Jimbaran masih berada dalam satu kawasan yang merupakan bagian  luar dari bandara tersebut.

 

Senja pun “Jatuh

Setelah lebih dari 30 menit menunggu sambil ngobrol, tiba-tiba suasana alam pantai Jimbaran mulai berubah secara perlahan. Langit semakin ditutup oleh cahaya jingga  dan kemudian menjadi agak kegelapan seiring dengan perubahan waktu yang semakin sore. Sinar matahari yang cerah pada sore itu perlahan-lahan berubah menampilkan pertunjukkan prosesi alam yang selalu menarik hati banyak orang, yaitu “SUNSET” (senja). Warna jingga ke gelapan itu kemudian mengubah suasana menjadi romantis, bahkan terkesan melo dan magis. Sejenak semua pengunjung merasa seperti "mengawang" entah sedang berada di alam mana...

Terlihat pasangan muda tergesa-gesa menuju ke bibir pantai dengan mendekati tepi laut sambil berpegangan dan berpelukan erat, entah apa yang saling dibisikkan. Angin semilir laut semakin dingin menusuk kulit. Perlahan-lahan senja itu kemudian terlihat jatuh di kaki langit horizon pantai Jimbaran. Keramaian suara  obrolan dari kerumunan pengunjung tiba-tiba terhenti sejenak. Suasana kemudian sesaat menjadi senyap….! Pelayan restoran dengan cekatan menyalakan lilin-lilin di meja pengunjung sambil meletakkan menu santapan ikan bakar serta es kelapa muda yang dipesan. Pesawat dari Bandara Ngurah Rai seperti ikut merayakan prosesi alam indah ini dengan terus tak henti-hentinya tinggal landas dari kejauhan  menambah aksentuasi suasana …

 

(Keterangan Photo: Deretan meja restoran tampak berjejer mengikuti garis pantai. Di sini para pengunjung menunggu senja sambil mengobrol dan memilih pesanan kuliner khas Jimbaran yang diinginkan / photo by: Rendra Trisyanto Surya)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1368887570732277287
1368887570732277287
(Keterangan photo: Ketika dengan perlahan-lahan, sore cerah hari Sabtu itu berubah menjadi senja  yang akan jatuh di garis horison Pantai Jimbaran di kejauhan, tampak sejenak pengunjung tertegun menikmati prosesi alam ini. Penulis pun ikut "menangkap" senja yang akan jatuh tersebut  / Photo by: dok pribadi)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Warna jingga SENJA akhirnya mendominasi  langit pantai Jimbaran. Jepretan sinar bliz kamera pengunjung kemudian terlihat marak mengabadikan momen ini. Desir-desir ombak pun terdengar  sayup-sayup,  mengingatkan masa kecil saya yang akrab dengan aroma laut seperti ini di Aceh. Dan suasana yang mengingatkan juga dengan deretan restoran di kawasan perbukitan Dago Pakar di Bandung (Jawa Barat), yang juga sering digunakan untuk menikmati makan malam bersama jatuhnya senja. Sekali-kali di Dago tersebut, juga terlihat pesawat-pesawat take off dari Bandara Husein Sastranegara.

Hanya perbedaannya, di Jimbaran dalam nuansa pantai, sedangkan di kawasan Dago di kota Bandung bernuansa pegunungan. Kedua-keduanya sama, yaitu "menjual" sinopsis bergantian alam sore menjadi malam yang diselingi dengan senja jatuh di kaki langit“.  Suasana yang selalu oleh banyak orang di mana pun untuk sejenak mengusir kejenuhan dari berbagai kegiatan rutinitas tinggi ketika “bersembunyi” dalam tembok gedung-gedung perkantoran berbagai kota besar, dari pagi hingga malam. Mereka kemudian tidak lagi sempat menyaksikan fenomena Alam anugerah Tuhan yang indah ini. Lalu mencarinya, membelinya di Pantai Jimbaran ketika sedang mengunjungi Bali. Atau di kawasan Dago Pakar ketika sedang mengunjungi kota Bandung.

 

1368887989552311358
1368887989552311358
(Keterangan photo: (Pergantian sore menjadi senja di dominasi oleh warna langit Pantai Jimbaran yang menjadi kegelapan. Silhoute yang menerobos meja bermenu Ikan Bakar itu pun kemudian membangkitkan seleranya tersendiri di udara terbuka tersebut /Photo by: Rendra trisyanto Surya)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

****

 

 

Ketika Prosesi pun Usai

Hampir setengah jam prosesi Alam ini berlangsung dengan hikmat. Ketika semua akhirnya usai, maka satu persatu pengunjung meninggalkan tempat duduk masing-masing. Pantai Jimbaran yang terkenal ini pun lalu ditinggal pengunjung bersama dengan  jejak-jejak kaki di pasir putih yang berserakan. Restoran-restoran yang tadinya hiruk-pikuk itu, lalu perlahan kembali sunyi seperti semula, kembali bernuansa "kampung nelayan" sebagaimana aslinya.

 

13688877561697893305
13688877561697893305
(Keterangan photo: Ketika malam datang, pengamen berpenampilan rapih dengan tingkat ketrampilan memainkan gitar di atas rata-rata tersebut, tetap bersemangat menghibur penonton yang tersisa dengan berbagai lagu-lagu ceria untuk mengembalikan suasana semula /Photo by: Rendra Trisyanto Surya)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sekelompok pengamen mendatangi beberapa meja pengunjung yang tersisa, menghiburnya dengan menyanyikan beberapa lagu ceria. Syair lagu  “La Paloma” yang ber-irama Latin itu, sayup-sayup terdengar mengakhiri prosesi Alam SENJA di Jimbaran ini..…

 

 

Cuando sal de la habana,

ilgame dios Nadie me ha visto salir sino fu

yo Y una linda guachinanga como una flor Se vino detr¡s dem,

que si seor

……………..

 

****

 

Ya, betapa akhirnya SENJA begitu mudah menyentuh hati banyak orang. Terlebih-lebih, jika suasana senja itu "jatuh" di kaki langit pantai Jimbaran-Bali yang terkenal. Senja yang  setiap hari tak jemu-jemunya mencumbu batas horison lautan nan luas itu. Suasana yang kemudian membangkitkan romantisme tersembunyi di dalam relung-relung hati sanubari pengunjung.

Angin laut dan angin semilir dari arah pantai berhembus sepoi-sepoi menyebarkan aroma ikan khas Jimbaran bersama suara deru-deru ombak. Menjadi momen kenangan tak terlupakan bagi setiap orang yang telah mengunjunginya. Karena di sini, mentari sore Pulau Bali menjadi senja yang "jatuh" di kaki langit Pantai JIMBARAN, serta direlung hati para pengunjung…….

 

 

1368887830823646500
1368887830823646500

(Keterangan photo:  Ketika SENJA itu usai mempertontonkan keindahannya, maka yang kemudian tertinggal di Pantai Jimbaran adalah perahu-perahu nelayan tradisional , yang esok subuh siap melanjutkan aktivitas rutinnya )
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Penulis: Rendra Trisyanto Surya, dosen dan penggemar Travelling, tinggal di Bandung. Tulisan ini pernah ditulis dan di-upload di account Kompasiana saya yang lama di www.kompasiana.com/www.Rendratrisblog.Blogspot.com, yang kemudian sekarang ditulis ulang, dimodifikasi  dan dipindahkan ke Account ini, karena account yg lama tersebut sudah tidak diaktifkan kembali)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun