Pendidikan dan kebudayaan menjadi hal yang erat berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang hidup bersosial. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut di mana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern kondisi sistem pendidikan itu menjadi sanggat kompleks, artinya suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri.Â
Misalnya, masalah kualitas hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dipisahkan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat sekitar, dari mana asal siswa berasal, serta banyak faktor lain di luar sistem sekolah terkait dengan kualitas hasil pembelajaran ini.
Permasalahan aktual pendidikan dan kebudayaan saat ini yang dapat dilihat di sekitar kita berupa kesenjangan antara apa diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai oleh proses pendidikan saat ini kita harus segera mengatasinya.Masalah pendidikan yang sebenarnya antara lain:masalah integritas dalam mencapai tujuan, kurikulum, peran guru,pendidikan 12 tahun,dan penggunaan teknologi pendidikan.salah satu faktor permasalahan yang kerap dihadapi yaitu mengenai kurikulum pendidikan. Begitu banyak masalah mengenai pembelajaran yang dialami Indonesia.Masalah-masalah ini berkontribusi pada dampaknya pada pembelajaran.dan pendidikan Indonesia.Â
Masalah resume meliputi masalah konseptual dan masalah konten.penerapan.Akar masalahnya adalah bagaimana sistem pendidikan dapat melakukannya membekali siswa untuk memasuki dunia kerja (bagi yang tidak mau lanjut sekolah) dan memberikan landasan yang kokoh bagi perguruan tinggi (bagi siswa ingin melanjutkan pendidikan).Â
Dibandingkan dengan kurikulum pendidikan di negara maju, kurikulum yang diterapkan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berdampak tidak baik bagi guru maupun siswa. Siswa akan kewalahan dengan segudang materi untuk dikuasai. Oleh karena itu, siswa harus berusaha untuk memahami dan mengikuti materi yang telah dipelajari.Â
Kedua hasil ini akan menyebabkan siswa tidak memahami semua materi yang diajarkan. Siswa akan lebih suka mempelajari materi dengan memahami materi secara singkat saja. Selain berdampak pada siswa, guru juga akan berdampak. Tugas guru akan menumpuk dan tidak maksimal dalam penyampaian pengajaran. Guru akan kewalahan dengan pencapaian tujuan materi yang terlalu banyak, meskipun masih banyak siswa yang kesulitan, guru harus melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.Â
Apalagi, kurikulum sekolah di Indonesia sering berubah. Namun, perubahan ini hanyalah perubahan nama. Tanpa mengubah konsep kurikulum, jelas mengubah kurikulum pendidikan di Indonesia tidak akan berdampak positif. Mengubah nama kurikulum pendidikan tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dari segi ekonomi, akan lebih baik jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan yang memiliki potensi lebih besar untuk kemajuan pendidikan.
Serta kurangnya sumber-sumber untuk pengembangan kurikulum karena pengembangan kurikulum pendidikan tentunya bertumpu pada sumber asas, untuk menunjukkan dari mana asal muasal asas pengembangan kurikulum. Sumber utama pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah data empiris (pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektifitasnya), data eksperimen (hasil penelitian), cerita/legenda yang hidup di masyarakat,dan akal sehat. Namun, dalam kenyataan hidup,keberadaan data sangat terbatas. Banyak data yang tidak diperoleh dari hasil penelitian yang terbukti efektif bahkan dalam memecahkan masalah yang kompleks, termasuk adat istiadat yang hidup di masyarakat . Ini juga merupakan hasil dari pemikiran umum atau akal sehat.
Dan juga perkembangan IPTEK yang tentunya berpengaruh pada pendidikan dan kebudayaan menuntun guru sebagai bagian dari sistem pendidikan juga harus berubah. Dari sudut pandang untuk siswa, tidak mungkin guru menmberi ajaran dan pengarahan sendirian. Untuk membimbing proses belajar siswa, ia dibantu oleh staf lain seperti konsultan (guru BP), pustakawan, asisten laboratorium dan teknisi sumber belajar.Â
Seorang guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer), menunjukkan tujuan pembelajaran (direktur), mengatur kegiatan pembelajaran (koordinator), berkomunikasi dengan siswa dengan berbagai sumber belajar (komunikator), menyediakan dan menyediakan fasilitas belajar (fasilitator). ) dan memberikan rangsangan untuk belajar (stimulator).
Permasalahan lain mengenai pendidikan dan kebudayaan saat ini juga dapat dilihat pada masalah mengenai pemerataan pendidikan.Yang mana Masalah pemerataan dapat muncul karena kurangnya koordinasi yang terorganisir antara pemerintah pusat dan daerah, bahkan di daerah terpencil. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga pengendalian pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah tidak sampai ke pelosok. Dengan demikian, ini berarti mayoritas penduduk usia sekolah Indonesia tidak akan dapat menerima penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud.