Mohon tunggu...
Rendra Manaba
Rendra Manaba Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat Kreatifitas

bermain dengan rasa yang sama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kota Kendari, Dalam Sebulan 2 Kali Banjir Dahsyat

1 Juni 2017   16:05 Diperbarui: 5 Juni 2017   02:37 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Mei 2017 menjadi bulan bencana bagi kota Kendari, selama sebulan ini Kendari dua kali mengalami kebanjiran, seluruh kawasan se-kota Kendari dari Kecamatan Kendari sampai Kecamatan Lapulu dikepung banjir. Kawasan parah terdampak banjir adalah wilayah ditengah kota yaitu Andounohu, Puwatu, Mandonga, Wua-Wua, Bende, Kadia, Lepo-Lepo, Kemaraya, Sanua, Kampung Salo.

Yang paling menyedihkan korban banjir di daerah sekitar aliran sunggai Wanggu - Konaweha. Ketinggian banjir hingga tiga meter lebih, atap rumah warga sudah menyerupai perahu dan kapal terbalik. Bencana banjir tahun ini juga telah menelan korban jiwa gadis belia berusia 16 tahun akibat tanah longsor dijalan Lasolo Kel. Sanua Kec. Kendari Barat Kota Kendari.

Cuaca saat ini sangat tidak bersahabat, curah hujan yang tinggi dan turunnya berkepanjangan hingga seharian bahkan selama dua sampai tiga hari penuh hujan tak henti-hentinya menguyur sebagian besar Kota dan Kabupaten se-Sultra (Sulawesi Tenggara). Kendari yang menjadi ibukota provinsi, menjadi daerah percontohan di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Jika kota Kendari mengalami kebanjiran, secara otomatis di daerah daratan bahkan kepulauan Sultra juga ikut kebanjiran. Inilah realitas yang terjadi, apakah memang secara kebetulan ataukah hanya karena curah hujan yang bersamaan melanda sebagian besar Kota dan Kabupaten di Sultra. Apakah pemerintah daerah sempat menganalisa hal itu?

Ingat kembali peristiwa empat tahun lalu (tahun 2013). Dimana kota Kendari dan Kabupaten daratan Sultra mengalami kebanjiran dahsyat, itu menjadi catatan sejarah kelam dan untuk pertama kalinya bencana banjir terbesar terjadi di celebes bagian tenggara yang menenggelamkan bumi Anoa, serta menghancurkan beberapa infrastruktur dan menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat Sultra, baik yang ada diperkotaan maupun dipedesaan.

Semoga peristiwa tahun 2013 itu tidak terjadi kembali ditahun ini. Tentunya hal demikian menjadi harapan bagi seluruh warga masyarakat. Namun melihat kejadian hari ini, bisa jadi harapan kita semua akan sirna jika pemerintah daerah (Provinsi dan Kota) tidak menyikapi serta melakukan tindakan antisipasi nyata secara seksama dan menyeluruh.

Menurut data (kutip: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Kendari ) Keadaan Iklim sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai musim pancaroba atau peralihan antara musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup dari arah timur berasal dari benua Australia yang kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah hujan di daerah ini, sehingga terjadi musim kemarau.

Pada bulan November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup banyak mengandung uap air yang berasal dari benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim hujan. Menurut data yang ada, memberikan indikasi bahwa di Kota Kendari rata-rata setiap tahun terjadi 205 hari hujan dengan curah hujan 2.850 mm [data tahun 2005].

Dari data tersebut sebenarnya bulan ini adalah musim kemarau bukannya musim hujan. Tapi realitas yang terjadi mengaburkan data yang harusnya pasti, jangan sampai hal itu menjadi sebuah kebohongan publik. Kita menyadari bahwa data diatas merupakan data lama tahun 2005.

Semestinya pemerintah daerah baik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara maupun  Pemerintah Kota Kendari mengupdate data sesuai dengan kondisi terkini. Selama 12 tahun data tersebut dibiarkan begitu saja tanpa adanya inisiatif untuk mengupdate serta adanya tindakan untuk tidak membiarkan lembaga/instansi apapun untuk mempublisnya.

Zaman milenium ini teknologi informasi menjadi tumpuan utama bagi setiap daerah, bahkan seluruh negara memanfaatkannya dengan baik dan benar sebagai alat pembangunan, promosi, pemasaran, perdagangan bahkan transaksi efektif dan menjadi parameter kemajuan suatu daerah/negara.

Teknologi Sistem Informasi (TSI) dengan segala kecanggihannya yang terus berinovasi, telah menjadi properti dan perangkat terpenting bagi negara/daerah yang mutlak digunakan, serta menjadi konsumsi harian bagi masyarakat umum.

Zaman sekarang siapapun bisa langsung berkomunikasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lain, bahkan berkelompok hingga ribuan sampai jutaan orang diseluruh dunia tidak menjadi sebuah kenistaan.

Kini dunia ada digenggaman tangan dan bisa dimainkan hanya dengan satu jari. Inovasi teknologi informasi dan elektronik melahirkan dunia digital yang membuat hidup lebih praktis dan efektif. Sangat disayangkan jikalau para pemangku kebijakan dengan segala kekuasaan perangkat dan anggaran yang dimiliki, tertinggal bahkan dipecundangi oleh inisiatif yang dibangun oleh komunitas masyarakatnya sendiri.

Kembali ke Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Kedua kepala daerahnya yaitu Gubernur dan Walikota adalah pemimpin petahana yang sudah 2 periode menjabat sangat berkuasa. Dimana Gubernur Sultra awal kepemimpinannya pada tahun 2008 incunbent ditahun 2013-2018 dan Walikota Kendari awal kepemimpinannya pada tahun 2007 incunbent ditahun 2012-2017.

Jika melihat masa kepemimpinan kedua kepala daerah tersebut, harusnya data geografis tahun 2005 sudah terupdate diseluruh media dan lembaga/institusi yang bisa diakses secara gamblang oleh publik. Seharusnya pemerintah daerah merespon serius setiap data yang diterbitkan oleh BMKG dan LSM Lingkungan. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi para visitor (domestik dan mancanegara) yang akan berkunjung dikota Kendari - Sultra.

Para tamu luar baik yang tujuannya untuk berdagang/berbisnis, berinvestasi, berwisata (mice), meriset maupun kunjungan kerja sangat memperhatikan data tersebut, karena sebelum berkunjung ke suatu daerah mereka akan browsing dan mencari tahu segala informasi tentang daerah tersebut hanya dengan smart phone yang ada digenggaman.

Persoalan banjir merupakan masalah musiman yang mudah diprediksi jika serius dikaji oleh para pemangku kepentingan. Mempersiapkan kondisi rawan banjir dari sistem antisipasi hingga penanganan cepat tanggap semestinya sdh konkrit terakomodir, dengan melihat sejarah dan pengalaman peristiwa atas cuaca serta tanda alam yang telah terjadi sebelumnya.

Lain halnya dengan daerah yang memang belum pernah mengalami bencana banjir, begitupun force majeure yg menjadi kuasa Tuhan Yang Maha Esa atas bencana alam. Sistem peringatan atau aplikasi bencana alam mudah dibuat oleh warga masyarakat, bahkan kecerdasan lokal dan potensi warga Kendari sudah sangat mempuni, beberapa pakar lingkungan yang memiliki formula pencegahan banjir yang menjadi solusi perkotaan hanya dipandang sebelah mata.

Dengan 2 periode kepemimpinan kepala daerah telah melewati beberapa bencana banjir ditahun-tahun lalu, sungguh telah menyia-nyiakan kecerdasan lokal dan dapat disimpulkan, kurangnya ruang bagi warga potensial untuk berkontribusi masuk secara profesional mendukung perangkat daerah. Apalagi soal apresiasi pemerintah daerah terhadap karya lokal yang sangat minim. Mungkin political will belum tertuju pada sektor lingkungan dan bencana alam.

Melihat kondisi kota Kendari dan beberapa daerah sekitarnya, dapat disimpulkan bahwa penyebab bencana banjir Kendari adalah sebagai berikut:

1. Kondisi alam yang rusak akibat proses eksplorasi penambangan, dan adanya pembukaan lahan baru yang merusak hutan yang menjadi daya resapan air. Hal ini harusnya segera dihentikan oleh kebijakan yang benar.

2. Adanya reklamasi diteluk Kendari yang menimbun full kawasan perairan (laut) teluk hingga puluhan hektar, sehingga mengurangi daya tampung air hujan yang mengalir ke hilir.

3. Pembangunan infrastruktur yang mengesampingkan ekosistem dan lingkungan hidup (amdal yang dimanipulasi).

4. Perilaku warga Kendari yang tidak sadar lingkungan dengan membuang sampah bukan pada tempat yang semestinya. Dan terlebih lagi di aliran air; sungai, kanal, kali, got, gorong-gorong dan laut (teluk). Hal ini hanya diperlukan edukasi dan sosialisasi berkelanjutan langsung ke lingkungan masyarakat.

5. Saling menyalahkan antar para pemimpin daerah, tanpa menyadari keputusan atas klaim pembangunan yang mereka banggakan sendiri. Diperlukan intropeksi diri dengan tepat terhadap keputusan yang selama ini hanya berorientasi pada proyek, bukan pada program pemberdayaan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Pemerintah daerah selalu pragmatis dan transaksional dalam setiap hal, begitupun menyikapi persoalan banjir Kendari. Banjir adalah masalah bersama, bukan hanya masalah pemerintah daerah saja. Tapi jika bencana banjir dieksplotasi untuk dijadikan obyek utama untuk meraih anggaran pusat itu namanya naif. 

Penyebab bencana alam karena perbuatan tangan manusia sendiri yang merusak alamnya (Ar-Rum: 41-42). Itulah penyebab utama yang menimbulkan bencana banjir dahsyat. Apakah kita telah menyadari akan tindakan, perbuatan, kelakuan, keputusan dan kebijakan kita selama ini telah merusak alam dan lingkungan kita sendiri.

Bijaklah dalam memutuskan sesuatu, apalagi itu berhubungan dengan khalayak dan kepentingan umum serta stabilitas. Kebijakan yang salah didasari oleh kemunafikkan, kebijakan yang tepat muaranya adalah kemaslahatan.

Bersyukur kota Kendari memiliki penduduk yang kuat, solid, kompak dan peka terhadap persoalan sosial.

Pelajaran terpenting dari bencana banjir Kendari ini adalah toleransi umat beragama dan tali silaturahmi semakin erat, adanya solidaritas, partisipatif dan kepekaan sosial, kembalinya semangat gotong royong, serta adanya sinergi dan kolaborasi antara warga sipil dengan birokrasi penyelenggara pemerintahan dalam menghadapi dan menangani masalah bersama.

Pupuklah pelajaran tersebut, garaplah hingga tumbuh subur menjadi ladang kemaslahatan dalam memimpin dan merakyat.

Info relawan banjir yang dengan sukarela atas niat luhur dan nilai kemanusiaan membantu meringankan beban para korban banjir Kendari. Salah satu lembaga yang intens dan aktif dalam kehidupan sosial adalah Kendari Kreatif (KK). Donasi untuk korban #BanjirKendari Bank Sultra, No. Rekening 235.02.01.000330.3 an. Kendari Kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun