Adanya kejadian ini membuat para orang tua meragukan kapasitas kualitas Pondok Pesantren yang belakangan ini memiliki permasalahan. Mulai dari guru pesantren yang melakukan tindakan rudapaksa terhadap 12 santrinya hingga hamil dan melahirkan 9 anak. Selanjutnya kasus pencabulan di dua pondok pesantren Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren. Semua permasalahan tersebut membuat persona pondok pesantren rusak.
Banyak yang berlindung dibalik "agama" hanya untuk kepentingan pribadi belaka. Semua dibungkus dengan rapih layaknya sebuah parsel. Berkedok sekolah keagamaan yang didalamnya orang tua tidak tahu apa yang sedang diajarkan atau doktrin kepada santri-santri (anak-anaknya). Entah mengapa sesuatu yang dibungkus keagamaan pasti selalu memakan korban, terlebih hanya untuk kepentingan pribadi yang tidak berperikemanusiaan terhadap sesame manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H