Mohon tunggu...
Rendi Ahmad Dhani
Rendi Ahmad Dhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor

Saat ini saya sedang membuat projek film pendek.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pengaruh konten Habib Ja'far terhadap Pemahaman Masyarakat Pengguna Media Sosial.

18 Januari 2025   15:23 Diperbarui: 18 Januari 2025   15:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebagaimana yang Allah dan Rasulullah ajarkan, bahwa setiap umat islam memiliki misi wajib yaitu berdakwah. Karena di dalam dakwah terdapat pesan positif dan nasihat untuk melakukan kebaikan, baik secara lisan, maupun tulisan.

Terlebih lagi di zaman yang sudah serba canggih seperti sekarang. Dimana teknologi berkembang pesat, internet bisa diakses kapan dan Dimana pun. Tak heran jika di zaman sekarang segala aktivitas manusia berkembang pula, menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Terhitung dari tahun 2018 pengguna media sosial di Indonesia mencapai angka 57,67%, dan pada januari 2024 persentase tersebut mencapai angka 78,32%, jika dihitung-hitung, pengguna media sosial di Indonesia dari tahun 2018 sampai 2024 mengalami kenaikan sekitar 20,65%. Ini menunjukkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia terus bertambah pertahunnya. Dengan penggunaan media sosial teratas ditempati oleh Whatsapp, dikuti oleh Instagram, Facebook, Tiktok, Telegram, X atau Twitter dan beberapa media sosial lainnya.

Ketika Pandemi Covid-19 melumpuhkan segala akktivitas di berbagai aspek pekerjaan sejak awal tahun 2020, aktivitas di media sosial pun meningkat pesat, terutama saat diberlakukannya sistem Work From Home (WFH). Tentu hal ini pun akan merubah gaya berkomunikasi masyarakat, dari berkomunikasi secara langsung atau tatap muka seperti belajar di kelas, meeting Perusahaan ataupun hal lainnya, termasuk cara dakwah.

Perkembangan zaman, menggiring cara berdakwah para tokoh ulama dan influencer-influencer muslim untuk mengikuti arus, yaitu berdakwah melalui media sosial. Salah satunya adalah Habib Ja'far.

Konten-konten kreatifnya yang diunggah melalui kanal youtube "Jeda Nulis", "Noice", "Cahaya Untuk Indonesia" dan kanal-kanal lainnya, menarik untuk dibahas terkait dengan pengaruh dakwah Habib Ja'far bagi semua kalangan.

Sebab, cara dakwah Habib Ja'far yang santun, santai dan pemaparan materi yang mudah dipahami menjadikan dakwahnya mudah diterima masyarakat. Selain itu, cara Habib ja'far dalam menarik perhatian pengguna Youtube memiliki ciri yang khas, yaitu "Mengagamakan canda, bukan mencandakan agama", sehingga orang awam sekalipun akan mudah memahami pesan dakwah yang disampaikannya.

Habib ja'far biasa mengunggah konten dakwahnya melalui kana Youtube, Instagram dan Tiktok, dan media sosial lainnya. Dengan menggunakan platform digital tersebut, Habib ja'far bisa memberikan dakwah sekaligus bisa menerima feedback dari pengguna sosial dengan cepat. Dan karena metode dakwah seperti ini pula, banyak sekali masyarakat yang bisa mendapatkan pengalaman dan tambahan pengetahuan terkait keagamaan dari konten Habib ja'far sendiri dan dari interaksinya Bersama seluruh pengguna media sosial tersebut.

Penyampaian dakwah dan kajian ilmu tentang agama islam yang disampaikan Habib ja'far begitu mudah diterima masyarakat pengguna media sosial, karena dikemas dengan sesuatu yang sedang trending sesuai dengan zamannya. Karena kemasan tersebutlah, pemahaman dari pengguna media sosial pun bertambah, karena merasa Related dengan apa yang disampaikan oleh Habib ja'far.

Contohnya Ketika Habib Ja'far menjelaskan masalah kenapa doa seorang hamba sulit dikabulkan, dalam kontennya Habib Ja'far menjelaskan bahwa hal itu bisa terjadi karena mulut yang seseorang gunakan untuk berdoa, digunakan juga untuk mencaci orang lain.

"Kadang ada yang nanya. 'Bib, kenapa ya, doa saya sulit terkabu?.' Bisa jadi, karena mulut yang kamu gunakan untuk berdoa, juga kamu gunakan untuk mencaci orang lain." Ujarnya dalam salah satu kontennya.

Setiap orang memiliki Tingkat emosi yang beragam, ada yang mampu menahan emosinya dengan baik, dan ada juga yang sangat rentan terpancing emosi, sehingga keluar dari mulutnya kata-kata kasar yang bisa menyakiti hati orang lain. Hal itu tentu akan berdampak pada kondisi hati orang yang dicaci, sehingga orang yang dicaci meresa tidak rela dikatai yang tidak baik. Ketidakrelaan tersebutlah, yang bisa menjadi hambatan doa seseorang sulit terkabul.

Salah satu hal yang menarik dari dakwah Habib Ja'far adalah pendekatannya yang mengutamakan kebijaksanaan dalam berbicara. Ia tidak hanya menyampaikan ajaran agama, tetapi juga mengajak umat untuk berpikir dan bertindak dengan hati yang tulus. Habib Ja'far sering kali mengingatkan pentingnya niat dalam setiap amal perbuatan dan menyarankan untuk menjadikan dakwah sebagai bagian dari keseharian, baik dalam perilaku maupun interaksi sosial.

Selain konten yang membahas tentang pengetahuan umum terkait islam, Habib Ja'far juga sering berkolaborasi dengan tokoh agama lain, seperti tokoh agama Kristen, Budha, Hindu dan yang lainnya, hal itu ia lakukan untuk menunjukkan bahwa agama Islam betul-betul menjunjung toleransi sebagai implementasi dari konsep "Rahmatan lil 'alamin", hal itu juga menunjukkan bahwa sebagai seorang muslim, haruslah menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh kasih saying dan cinta. Bukan hanya untuk umat yang sepemahaman, tapi juga untuk seluruh umat manusia.

Dengan semua upaya tersebut, pengaruh dakwah Habib Ja'far melalui media sosial tidak hanya terbatas pada mereka yang sudah aktif dalam kegiatan keagamaan, tetapi juga menjangkau masyarakat umum, termasuk mereka yang baru mulai mengenal Islam atau mereka yang tengah mencari pemahaman yang lebih baik tentang agama. Melalui pendekatan yang menyentuh hati dan mengedepankan kebajikan, Habib Ja'far berhasil membuktikan bahwa dakwah tidak harus dilakukan secara konvensional, melainkan bisa mengikuti perkembangan zaman, tanpa mengurangi substansi ajaran agama itu sendiri.

Dalam kesimpulannya, dakwah melalui media sosial seperti yang dilakukan oleh Habib Ja'far memberikan dampak yang sangat positif. Hal ini menunjukkan bahwa dakwah dapat dilakukan dengan cara yang kreatif dan inovatif, asalkan tetap berpegang pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang murni. Dakwah di era digital ini menjadi semakin efektif dan mudah diterima masyarakat, khususnya generasi muda, yang kini semakin banyak menghabiskan waktu di media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun