Sebagaimana yang Allah dan Rasulullah ajarkan, bahwa setiap umat islam memiliki misi wajib yaitu berdakwah. Karena di dalam dakwah terdapat pesan positif dan nasihat untuk melakukan kebaikan, baik secara lisan, maupun tulisan.
Terlebih lagi di zaman yang sudah serba canggih seperti sekarang. Dimana teknologi berkembang pesat, internet bisa diakses kapan dan Dimana pun. Tak heran jika di zaman sekarang segala aktivitas manusia berkembang pula, menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Terhitung dari tahun 2018 pengguna media sosial di Indonesia mencapai angka 57,67%, dan pada januari 2024 persentase tersebut mencapai angka 78,32%, jika dihitung-hitung, pengguna media sosial di Indonesia dari tahun 2018 sampai 2024 mengalami kenaikan sekitar 20,65%. Ini menunjukkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia terus bertambah pertahunnya. Dengan penggunaan media sosial teratas ditempati oleh Whatsapp, dikuti oleh Instagram, Facebook, Tiktok, Telegram, X atau Twitter dan beberapa media sosial lainnya.
Ketika Pandemi Covid-19 melumpuhkan segala akktivitas di berbagai aspek pekerjaan sejak awal tahun 2020, aktivitas di media sosial pun meningkat pesat, terutama saat diberlakukannya sistem Work From Home (WFH). Tentu hal ini pun akan merubah gaya berkomunikasi masyarakat, dari berkomunikasi secara langsung atau tatap muka seperti belajar di kelas, meeting Perusahaan ataupun hal lainnya, termasuk cara dakwah.
Perkembangan zaman, menggiring cara berdakwah para tokoh ulama dan influencer-influencer muslim untuk mengikuti arus, yaitu berdakwah melalui media sosial. Salah satunya adalah Habib Ja'far.
Konten-konten kreatifnya yang diunggah melalui kanal youtube "Jeda Nulis", "Noice", "Cahaya Untuk Indonesia" dan kanal-kanal lainnya, menarik untuk dibahas terkait dengan pengaruh dakwah Habib Ja'far bagi semua kalangan.
Sebab, cara dakwah Habib Ja'far yang santun, santai dan pemaparan materi yang mudah dipahami menjadikan dakwahnya mudah diterima masyarakat. Selain itu, cara Habib ja'far dalam menarik perhatian pengguna Youtube memiliki ciri yang khas, yaitu "Mengagamakan canda, bukan mencandakan agama", sehingga orang awam sekalipun akan mudah memahami pesan dakwah yang disampaikannya.
Habib ja'far biasa mengunggah konten dakwahnya melalui kana Youtube, Instagram dan Tiktok, dan media sosial lainnya. Dengan menggunakan platform digital tersebut, Habib ja'far bisa memberikan dakwah sekaligus bisa menerima feedback dari pengguna sosial dengan cepat. Dan karena metode dakwah seperti ini pula, banyak sekali masyarakat yang bisa mendapatkan pengalaman dan tambahan pengetahuan terkait keagamaan dari konten Habib ja'far sendiri dan dari interaksinya Bersama seluruh pengguna media sosial tersebut.
Penyampaian dakwah dan kajian ilmu tentang agama islam yang disampaikan Habib ja'far begitu mudah diterima masyarakat pengguna media sosial, karena dikemas dengan sesuatu yang sedang trending sesuai dengan zamannya. Karena kemasan tersebutlah, pemahaman dari pengguna media sosial pun bertambah, karena merasa Related dengan apa yang disampaikan oleh Habib ja'far.
Contohnya Ketika Habib Ja'far menjelaskan masalah kenapa doa seorang hamba sulit dikabulkan, dalam kontennya Habib Ja'far menjelaskan bahwa hal itu bisa terjadi karena mulut yang seseorang gunakan untuk berdoa, digunakan juga untuk mencaci orang lain.
"Kadang ada yang nanya. 'Bib, kenapa ya, doa saya sulit terkabu?.' Bisa jadi, karena mulut yang kamu gunakan untuk berdoa, juga kamu gunakan untuk mencaci orang lain." Ujarnya dalam salah satu kontennya.