"Bagaimana caranya, Pa?" Senyumnya sudah kembali, meski gurat air mata di pipinya masih terlihat.
"Papa mau coba jodohkan ia dengan Om Rama. Bukankah Om Rama masih membujang?"
"Setuju Pa!" Anak gadisku berteriak sambil kegirangan. Senyumnya sudah full 100%. Tidak ada lagi gurat kesedihan di wajahnya.
"Biar tidak menggoda Syaila juga, Pap. Masa Syaila harus pacaran dengan Om-Om sih Pap, Haha..."
Epilog :
Setelah peristiwa itu, akhirnya aku mengetahui gejolak batin yang menimpaku. Ternyata keberadaan perempuan lain, meski kuanggap biasa saja, sedikitnya membuat ketidaknyamanan di dalam rumah, cahaya rumah menjadi redup bahkan kalah dengan cahaya pub meskipun remang. Bagaimana fitrah kelaki-lakianku habis terbuang percuma bersama perempuan lain. Meskipun sekali lagi tidak terjadi hal-hal yang diluar batas susila maupun agama. Dua bidadariku kembali bersinar terang dalam rumah, setelah redup beberapa waktu. Maka kumbang mana yang tidak tertarik dengan cahaya ? I'm coming home, Syaimah, Syaila.
Tamat
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H