Aku iseng chat anak gadisku terlebih dahulu ketika waktu senja mendekati akhir.
"Nak, Papa pulang malam lagi, tadi pagi kamu bilang mau cerita sesuatu ya? Tentang apakah ?"
Telihat status WhatsApp anak gadisku sedang online, kemudian tak lama berselang terlihat ia sedang mengetik.
"Tentang Papa yang sudah ga betah tinggal di rumah, tentang Papa yang selalu sibuk di luar, dan tentang Tante Silvi yang membuat jantung Mommy kumat. Tadi siang Mommy ke Klinik untuk diperiksa, Pap"
"Apa??? Istriku kumat? Dari mana ia tahu tentang Silvi" Batinku bertanya-tanya sambil menghawatirkan keadaanya.
"Tapi Mommy baik-baik saja, kan?"
"Mommy udah di rumah, dokter memberi Mommy obat seperti biasa"
"Baiklah, Papa akan segera pulang" pesan terakhir dariku hanya dibacanya, read only.
...
"Silvi, malam ini cancel ya. Aku mendadak harus pulang." Pesan singktaku pada Silvi. Dan lagi-lagi tidak ada respons. Mungkin ia kecewa. Tetapi aku lebih kecewa jika ada yang mengatakan hal yang tidak-tidak tentang Aku dan Silvi.
Ku lihat istriku, Syaimah tengah terbaring lemas. Detak jantungnya belum stabil. Dan aku rasa tidak perlu membahas Silvi. Aku pegang tangannya, dingin. Matanya agak pucat. Namun Ia berusaha untuk tetap tersenyum menyambutku.