Ah betapa lega nya mendengar kalimat ke-dua yang keluar dari anak gadisku, tak jauh dari tempat kami bercerita, istriku mendengarkan apa yang sedang kami bicarakan dari pembaringannya.
"Kemudian, Tante Silvi mengungkapkan perasaannya lebih jauh, hiks... Tante Silvi jatuh hati pada Papa." Berkaca-kaca, tak kuasa menahan tangis, hujan itu akhirnya turun juga.
"Waktu itu, aku ingin segera menangis sejadi-jadinya, namun aku tahan, karena pasti Tente Silvi menaruh curiga padaku. Kemudian aku bertanya kepada Tante Silvi... Apakah Tante tau siapa lelaki itu?"
Kemudian Tante Silvi menjawab, " Tidak tahu, memangnya kenapa Sya? Kamu mengenalnya kah?"Â
"Tante Silvi pasti berbohong. seperti sedang menutupi sesuatu. Aku bukan anak kecil lagi. Aku beranjak dewasa, dan sedikit tau permasalahan yang menimpa para orang dewasa." Itu bisik batinku, Pap.
"Kemudian aku menggelengkan kepala, pura-pura tidak tahu. Aku kemudian tersenyum kepadanya dan merasa tidak enak badan, hingga aku membatalkan les vokalku. Karena aku sangat pusing, akhirnya Tante Silvi mengantarkanku pulang. Di situlah momen pertemuan Mommy dan Tante Silvi.'
"Tak sengaja Mommy melihat Wallpaper di handphone Tante Silvi yang ia letakkan di atas meja. Jelas sekali Mommy melihat wajah Papa dengan tante Silvi di Hpnya. Mommy kemudian shock. Tante Silvi masih belum menyadari apa yang terjadi, ia bergegas membawa Mommy ke klinik." Anak gadisku menyudahi kalimatnya, dengan air mata yang belum mengering.
Hening sesaat untuk kemudian, aku berusaha menyusun kalimat sebaik mungkin.
"Benar nak, akhir-akhir ini Tante Silvi sering bertemu Papa dalam acara meeting dengan Kolega. Bos dan juga kolega Papa sangat menyukai karakter vokalnya Tante Silvi, hingga akhirnya, Papa selalu diminta untuk menghubunginya."
"Tetapi percayalah, di antara Papa dan Tanten Silvi tidak terjadi apa-apa, nak. Papa selalu ingat dengan Mommy dan kamu di manapun Papa berada. Tante Silvi pun tidak pernah bertingkah berlebihan. Satu-satunya momen dekat dengan Papa, ketika meminta foto bersama. Papa tidak bisa menolak waktu itu. Ya , mungkin ini mesti menjadi pelajaran buat Papa untuk tidak bersikap teralu baik kepada perempuan lain, karena pasti ada hati yang terluka. Engkau tahu nak, Papa mu ini juga bingung dengan apa yang terjadi."
"Mulai sekarang Papa janji akan memutus kontak dengan Tante Silvi. Sebelum semuanya terlanjur jauh. Papa yakin Tante Silvi layak mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Papa,"