Mohon tunggu...
Rendi Septian
Rendi Septian Mohon Tunggu... Guru - Founder Bimbel The Simbi

Seorang pengajar yang ingin berbagi ilmu, kisah dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah

3 Juli 2022   13:58 Diperbarui: 3 Juli 2022   14:01 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah yang dikatakan dokter, Say ?" Aku mencoba bertanya tentang diagnosis penyakitnya dari dokter.

"Aku hanya sedang terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini, Mas." Jawabnya singkat.

"Maafkan aku yang selalu sibuk, hingga melupakan kesehatanmu."

"No, you don't have to ask forgiveness from me, asking for forgiveness to your daughter, Mas"

Benar, aku telah membuat dua bidadariku kecewa. Janji-janji tinggal janji. Aku selalu punya alasan untuk membatalkan apapun kesepakatan dengan anak gadisku. Oh jangan-jangan...

Aku mulai teringat sesuatu. Hari di mana anak gadisku meminta untuk ditemani belanja keperluan sekolahnya dan aku menyanggupinya. Akan tetapi, tak lama berselang, Rama memberitahuku jika malam nanti, bos besar mengajak kami hangout, dan meminta aku untuk menghubungi Silvi. Aku paling tidak bisa menolak ajakan bos. Hingga akhirnya aku memilih hangout daripada menemani anak gadisku belanja.

Aku khilaf, temanku meminjam HP ku untuk berfoto. Dia memoto seluruh kegiatan pada malam itu. Diantara puluhan momen yang berhasil diabadikan dan tersimpan dalam galeri HP ku adalah momen di mana aku terlihat dekat dengan SIlvi. Mungkinkah ia melihat tak sengaja "Tante Silvi itu" dalam galeri HP ku?

"Papa, mungkin papa bingung bagaimana Mommy tau tentang Tante Silvi." Anak gadisku memulai percakapan. Wajahnya menunduk dengan intonasi suara yang berat, seperti sedang akan meluapkan segala beban dalam hatinya.

"Tante Silvi itu guru les vokalku, Pap. Pada suatu hari tak sengaja ia menunjukan foto saat bersama Papa. Aku waktu itu pura-pura tidak mengenal Papa, agar aku bisa mengetahui lebih jauh siapa Papa dari versi Tante Silvi."

Aku menelan ludah. Seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan anak gadisku. Semua terasa seperti kebetulan. "Ah kalimat apakah yang akan keluar dari bibir merah anak gadisku ini ?"

"Papa berhasil membuat Tante Silvi berubah. Ia tak lagi buruk menilai laki-laki. Karena menurutnya, diantara ratusan laki-laki yang pernah tante Silvi kenal, Papa lah yang paling sopan, bersikap wajar dan baik kepadanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun