"Boy, gue rasa PL itu ada hati deh, haha... gue perhatiin dia senangnya deket sama elu dibanding gue" celetuk Rama sesaat setelah Silvi berlalu.
"Ya jelaslah, Ram... Gue kan harum, ga kayak elu yang jarang mandi" Aku balas celetukkan Rama sekenanya"
Aku melanjutkan, "Gue udah punya bini, Cok! Lagian PL itu masih kalah jauh dengan bini Gue! Nah Elu kenapa ga sama dia aja, mau sampai kapan Elu membujang, Cok ?" Haha. Balasan yang langsung membuat mulut embernya mampet.
"Gue mungkin ga akan menikah, Boy. Elu tau kan Bokap dan Nyokap Gue bercerai dan saling menyakiti satu sama lain. Buat apa menikah kalo ujung-ujungnya bercerai, tapi yaa... Gue perhatiin Elu seperti kasih perhatian ke PL itu, kasih tip dan berkali-kali booking dia?"
"Oh itu anu... hm... Gue juga ga tau, mungkin karena Cuma dia, PL yang gue save nomornya. Elu jangan berpikir yang engga-engga deh!"
"Jangan-jangan Elu save kontaknya dengan nama cowok, ya?"
"Engga lah, ni baca sendiri. Gue kasih nama Silvi"
"Iya deh, yaudah kita bubar dulu yaa, sampai ketemu besok di kantor, Boy !"
...
Dasar Rama si mulut ember. Apapun ia komenitari. Sampai hal sepele pun tak luput dari mulut embernya. Tapi si Rama ini temen sejak kecil. Kita sudah tau sifat masing-masing, bahkan kisah orang tuanya yang berceraipun aku tahu dengan pasti. Orang ke-tiga lah penyebabnya. Itulah yang membuat aku tetap waras meski banyak berkomunikasi dengan perempuan lain. Mulai dari kolega bisnis, asisten di kantor, sekretaris bahkan sampai seorang pemandu lagu. Aku selalu meyakini bahwa perselingkuhan adalah penghianatan dan sebuah awal dari kehancuran.
Setiap hari melewati momen ini. Pagi-pagi sekali aku harus bergegas ke kantor. Tiba di kantor, dua perempuan muda dan cantik bersiap menyambutku. Yang satu memberitahukan agendaku di hari itu sambil mencuri-curi pandang ke arahku, dan yang satu lagi bersiap menerima tugas dariku juga sambil sesekali melirik ke arahku. Menjelang siang hingga sore ada beberapa meeting dengan tentu saja ada perempuannya. Terkadang di caf, di kantor miliki kolega, dan juga di hotel. Menjelang malam, aku sibuk menemani teman-teman dan kolega untuk bersenang-senang. Berpindah dari satu pub ke pub lain dan tempat karaoke satu ke tempat karaoke lain. Begitu terus hingga aku melupakan dua bidadariku di rumah. Ada apakah ?