Menjelang akhir tahun 2020, ada dua kasus korupsi besar yang bikin geger negara. Dua-duanya dilakukan oleh orang yang seharusnya menggawangi pemerintahan Indonesia.Â
Ya, menteri. Aduh, kalau melihat besarnya potongan pajak penghasilan di slip gaji, enggak rela deh duit gue dipakai buat korupsi mereka.Â
Sebagai wajib pajak, niat saya membayar pajak tentu untuk kepentingan negara, bukan kepentingan foya-foya satu atau dua orang kaya di Indonesia tanpa sepengetahuan saya.
Iseng nih, setelah saya lihat biodata para menteri yang korupsi, saya kaget. Mereka berdua adalah orang pintar. Lulusan S2, bergelar master, bahkan dari universitas luar negeri.Â
What? Saya yang susah payah mendapatkan beasiswa untuk gelar master sempat iri dengan mereka. Kenapa ya ada orang-orang dengan kedudukan tinggi, dengan ilmu yang mumpuni, dan gaji yang wah tapi nekat korupsi?Â
Kalau dipikir-pikir cicilan yang mereka punya mungkin enggak sebanyak cicilan saya yang hanya karyawati kantoran biasa.
Setelah merenung cukup lama sore ini, saya menarik beberapa poin penting dan mereka-reka alasan kenapa orang-orang pintar di jajaran pemerintahan justru lebih pintar korupsi duit rakyat dibanding orang biasa.
1. Karena mereka orang pintar
Ya, kalau enggak pintar mereka enggak punya banyak trik buat korupsi. Ilmu yang mereka dapat dipakai untuk membodohi bukan mengembangkan orang lain. Sayang sekali. Kilaunya emas dunia dan bau wangi duit ternyata mengikis niat untuk mengabdi ke negara.
2. Karena desakan utang
Mungkin saja ya. Seperti yang saya bilang di atas, bisa jadi cicilan yang mereka punya lebih sedikit dari saya tapi jangan-jangan nominalnya justru enggak tanggung-tanggung.Â
Ada yang puluhan juta, ratusan bahkan miliaran. Bisa jadi mereka harus bayar cicilan beli pulau atau beli yacht seribu biji. Jalan keluarnya, karena duit di depan mata ya mau gak mau korupsi.
3. Mumpung enggak ada yang tahu
Lupa Tuhan, lupa agama, tapi ingat duit. Di saat negara dan rakyatnya kalang kabut karena pandemi COVID-19, para koruptor lantas memanfaatkan situasi ini untuk nilep sana-sini.Â
Mumpung punya banyak akses, mumpung enggak ada yang tahu, mumpung pandemi masih merajai Indonesia. Sayangnya, mereka enggak sadar bahwa bangkai yang disimpan terlalu lama akhirnya tercium juga.
4. Punya akses ke banyak jaringan
Para menteri diibaratkan sebagai orang-orang terpilih, alat gerak presiden untuk menjalankan visi dan misi negara. Otomatis, mereka memiliki banyak sekali jaringan ke berbagai data dan sumber daya. Sayangnya kepercayaan ini latas dimainkan seenaknya untuk kepentingan pribadi.
---
Itulah hasil renungan saya sore ini sambil meresapi bunyi air hujan yang sedari pagi tidak mau beranjak dari bumi.Â
Yang pasti mereka semua keblinger dan rakus. Lupa akan masa depan. Mungkin ada pembaca yang punya kejenuhan dan kemuakan yang sama dengan para menteri korup di Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H