Mohon tunggu...
Renata Martatiana
Renata Martatiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogykarta Angkatan 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Begini Tanggapan Penonton Mengenai Film Kontroversial Dua Garis Biru (2019)

13 November 2022   16:36 Diperbarui: 13 November 2022   16:47 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tingginya antusias dari masyarakat Indonesia dalam menonton film, menyebabkan perkembangan di dalam dunia perfilman ini terus meningkat. Banyaknya production house yang memproduksi film dengan berbagai genre ini telah mewarnai dunia perfilman Indonesia. 

Sebagian besar dari film yang diproduksi merupakan bentuk dari representasi yang ada. Stuart Hall (2003) mengatakan bahwa sebuah proses pemaknaan diproduksi dengan menggunakan bahasa dan dipertukarkan dalam sebuah kebudayaan. 

Hal tersebut berkaitan dengan representasi di mana representasi merupakan sebuah penggabungan antara konsep dengan bahasa yang menghasilkan sebuah makna. 

Representasi dalam film ini diwujudkan dalam bentuk audio visual sebagai media menyalurkan sebuah pesan dalam rangkaian cerita yang tertulis (Astut, 2020, h. 63)

Kini, film menjadi media yang cukup efektif dalam menyalurkan sebuah pesan di lingkungan masyarakat. Representasi yang ada dalam sebuah film merupakan hal yang cukup sering bersinggungan dalam kehidupan sehingga dapat menggerakan opini publik terkait fenomena yang sedang dibahas dalam sebuah film.

Representasi sosial menjadi salah satu bentuk dari representasi yang sering dipakai dalam sebuah film. Dua Gari Biru yang release di Indonesia pada tahun 2019 lalu merupakan bentuk implementasi representasi sosial dalam film. 

Film tersebut menceritakan sepasang remaja bernama Bima dan Dara yang sedang menjalin sebuah hubungan di bangku SMA. Kedekatan dan keharmonisan keduanya membuat tumbuhnya rasa memiliki dan kenyamanan di antara Bima dan Dara. 

Kedekatan dan tingginya intensitas bertemu, ternyata menjerumuskan keduanya ke dalam tindakan yang salah. Dara yang ternyata telah hamil diluar nikah akibat perbuatannya dengan Bima harus menerima konsekuensi yang ada.

Teaser film Dua Garis Biru (2019) ternyata menuai pro dan kontra di masyarakat. Banyaknya kritikan dari film ini membuat film Dua Garis Biru (2019) termasuk kedalam nominasi film kontroversial di Indonesia. 

Kritikan tersebut berupa film ini tidak pantas tayang di publik karena terkesan mengajarkan hal yang tidak baik untuk kaum remaja. Sutradara dari film tersebut telah mengatakan bahwa film ini sebenarnya bertujuan baik untuk meminimalisir fenomena hamil di luar nikah. 

Banyaknya komentar masyarakat mengenai film tersebut akhirnya memunculkan sebuah petisi untuk memboikot film Dua Garis Biru (2019)  rilis di Indonesia. 

Petisi yang sempat menggemparkan dunia perfilman tersebut ternyata tak bertahan lama. Film Dua Garis Biru (2019) tetap ditayangkan di Indonesia pada bulan Juli tahun 2019 lalu. 

Penayangan film tersebut termasuk laku keras di kalangan masyarakat. Banyaknya penonton yang hadir dari berbagai usia dan latar belakang mewarnai review dari film ini.


Opini Penonton

Penulis menemukan beberapa penonton yang hadir dari berbagai latar belakang. 

Pendapat dari narasumber pertama merupakan pendapat dari seorang ayah yang telah memiliki anak satu, beliau mengatakan bahwa film Dua Garis Biru (2019) ini sempat menjadi film kontroversial pada masanya. 

Namun, film tersebut dapat memberi cerita yang sebenarnya sesuai dengan permasalahan di masyarakat baik jaman dahulu maupun sekarang. 

Menurut beliau, film Dua Garis Biru (2019) sukses mengangkat isu sosial masyarakat Indonesia dan sukses menyampaikan pesan moralnya. 

Makna yang dapat dipetik menurut beliau ialah pernikahan diluar nikah memanglah hal yang salah, namun bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan itu penting. 

Kemudian, sebagai seorang ayah juga harus tetap waspada mengenai fenomena tersebut dan terus mendampingi anak agar tidak terjerumus kedalam hal yang salah.

Narasumber kedua, merupakan mahasiswa perempuan yang sedang menjalani kuliahnya di tingkat akhir. 

Ia mengatakan bahwa film Dua Garis Biru (2019) merupakan film yang baik untuk dikonsumsi masyarakat karena film tersebut mengajarkan mengenai seks diluar nikah dan segala konsekuensinya. 

Makna yang dapat diambil menurutnya yaitu setiap perbuatan harus mau menjalani konsekuensi yang ada.

Yang terakhir, seorang wanita berusia 30 tahun yang menilai film ini sangat bagus dikarenakan edukasi yang tersirat dalam film tersebut.

 Menurutnya, film ini cocok untuk mengedukasi para generasi muda agar tetap membatasi diri dalam berinteraksi dengan lawan jenis.

Dengan adanya pendapat dari penonton film Dua Garis Biru (2019), dapat disimpulkan bahwa film yang terlihat atau dinilai kontroversial bahkan hingga ditolak penayangannya justru memiliki pesan moral yang sangat penting dan sesuai dengan isu sosial saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun