Fintech telah hilang, jika bukan Gen Z yang dilibatkan.
Gen Z adalah suatu entitas yang dikelompokan berdasarkan usia atau tahun lahir yaitu dari usia 8 - 23 tahun atau seseorang yang lahir dari tahun 1997-2012. Gen Z dan Milenial merupakan generasi dengan rentang usia yang berbeda, dan hal tersebut membuktikan bahwa kita tidak dapat menyebutkan apa yang menarik bagi satu kelompok, akan menarik juga bagi kelompok lain.
Fintech yang menarik bagi Gen Z ternyata tidak semenarik dari pandangan para generasi milenial. Apa buktinya?
Sebagian besar pasar FinTech (Financial Technology) saat ini ialah Gen Z. Karena itu, FinTech kian berkembang dan mengoptimalkan kesempatan lebih banyak lagi dalam menciptakan pembaruan teknologi.  96,5% Gen Z menggunakan layanan bank untuk memesan makanan (Pratiwi, et al., 2022)
Di era yang semakin berkembang ini, hal yang paling dicari oleh khalayak adalah kemudahan dalam mengakses sesuatu, bagaimana sesuatu dapat ditunaikan secara efektif dan efisien tanpa perlu hambatan yang berkepanjangan. Nah, layanan seperti bank digital dan aplikasi dompet digital hadir menjadi solusi ditengah - tengah masyarakat per orangan atau bahkan UMKM untuk memudahkan proses pembayaran tanpa perlu sulit mencari kembalian ataupun uang tunai. Uniknya lagi pembayaran tidak hanya dapat dilakukan oleh antar sistem, namun pembayaran dapat diproses saat berbelanja di toko offline. Hal tersebut sering kita jumpai pada outlet atau bahkan transportasi umum khususnya commuter line yang sudah mengadopsi layanan FinTech.
Aplikasi yang mengadopsi FinTech sebagai alat pembayaran berbasis dompet digital antara lain seperti Shopee yang memiliki ShopeePay, Dana yang langsung terhubung dengan nominal uang yang dimiliki pengguna serta layanan pembayaran lainnya, Ovo dengan berbagai kegunaan sebagai alternatif transaksi yang bekerja sama dengan berbagai merchant, dan masih banyak lagi aplikasi lain yang menyediakan pembayaran berbasis dompet digital sebagai penerapan FinTech dengan tujuan memudahkan berbagai kalangan dalam perilaku bisnis, autentikasi, dan lain – lain.
Contoh layanan FinTech lain yang menghubungkan akses dengan layanan transportasi adalah Gojek yang memiliki fitur GoRide, GoCar hingga GoTransit. Dengan GoTransit, pengguna dapat melakukan perjalanan jarak jauh menggunakan trabsportasi Kereta Commuter Line, dimana pembayaran tersebut dilakukan dengan memilih stasiun awal dan stasiun tujuan >> kemudian melakukan autentikasi pembayaran menggunakan GoPay yang juga sudah terhubung langsung dengan aplikasi Gojek, lalu pengguna mendapatkan barcode untuk discan pada mesin Tap-in Tap-Out yang sudah tersedia pada tiap stasiun.
Kemudahan tersebut dapat dirasakan bagi pengguna yang lupa membawa kartu saat bepergian dengan transportasi umum seperti KRL atau pengguna yang tidak memegang uang cash.
Selain aplikasi – aplikasi layanan yang mengadopsi Fintech dan terhubung juga dengan E-Commerce, jauh sebelum e-commerce itu lahir Bank di Indonesia lebih dulu mengadopsi FinTech pada awal tahun 2000 an. Beberapa produknya yakni seperti M-BCA, BRImo, Livin By Mandiri, dan masih banyak lagi bank lain dengan layanan internet banking tanpa harus datang langsung ke ATM.
FinTech berhasil mengubah kebiasaan perilaku konsumen yang berevolusi secara digital. Dan kunci dari perubahan ini sebagian besar dipesat kembangkan oleh Gen Z. Ini juga membuktikan betapa kuatnya kelompok Gen Z dalam memaksimalkan teknologi digital yang lahir saat mereka tumbuh. Gen Z Pengguna aktif aplikasi keuangan (Novianta, et al., 2023)
Namun dalam perkembangan secara global dengan segala dampak positifnya, Indonesia juga perlu mempersiapkan solusi bagi tantangan – tantangan yang datang dari pengaruh budaya negara lain yang terkadang tidak diserap dengan baik oleh penduduk Indonesia bahkan dari kalangan Gen Z itu sendiri, salah satunya dari segmen keuangan. Teknologi keuangan menyediakan produk literasi keuangan digital atau bisa disebut Market Agregator yang berisi tips keuangan, informasi, perbandingan layanan produk keuangan, investasi dan kartu kredit, itu bisa di akses oleh seluruh kalangan sebagai alat pembelajaran sebelum menggunakan layanan FinTech yang lebih dalam. Dengan pengetahuan yang dimiliki maka dampak buruk akibat penyalahgunaan layanan FinTech dapat berkurang atau terminimalisir. Solusi dari kurangnya pengetahuan tersebut dapat diakses melalui cekaja.com atau lifepal.