Menurut penelitian yang dipublikasikan Kamis (18/6/2020) ini, mereka yang menggunakan platform sosial media Facebook dan YouTube biasanya mendapatkan informasi yang menyesatkan, dan cenderung lebih percaya pada teori konspirasi mengenai virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 ini.
Dalam sebuah  survei yang dilakukan pada bulan Mei, sebanyak 30% warga Inggris berpikir bahwa virus corona kemungkinan dibuat di laboratorium. Angka ini naik 25% pada April. Sebanyak 8% warga percaya bahwa COVID-19 hadir akibat radiasi jaringan seluler 5G, sedangkan 7% warga percaya bahwa tidak ada bukti kuat bahwa COVID-19 ada.
Mahasiswa akhir di Universitas Negeri Manado ini juga, menegaskan untuk setiap orang yang percaya atau penganut teori Konspirasi atau isu-isu semacamnya untuk lebih kritis dalam melihat suatu berita dan isu yang ada.
"Percaya teori konspirasi Corona enggak apa-apa, tapi jangan mengabaikan fakta yang ada di lapangan juga." Katanya.
Ia juga menegaskan bahwa ia tidak anti Teori Konspirasi, namun lebih kepada Possibillity atau Kemungkinan yang terjadi. Â
Kini sudah ada 8.408.883 kasus terjangkit COVID-19 di seluruh dunia, dengan 451.472 kasus kematian, dan 4.418.788 pasien berhasil sembuh per Kamis (18/6/2020), menurut Worldometers.
AS menduduki posisi pertama dengan kasus terjangkit terbanyak, yakni 2.234.475 kasus positif, 119.941 kasus kematian, dan 918.796 kasus sembuh. Sedangkan Inggris menduduki posisi kelima dengan 299.251 kasus positif, dan 42.153 orang meninggal.