Seiring berjalannya waktu dunia ini terus berputar, manusia dan teknologi saat ini seperti sepasang hidup yang tidak dapat dipisahkan. Teknologi sudah banyak memudahkan kehidupan manusia saat ini, Â juga menjadi bagian hidup manusia di setiap bidangnya mau itu dalam bidang pekerjaan, sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Tidak hanya sampai situ, teknologi yang dibuat manusia tentunya akan semakin terus dikembangkan juga melakukan inovasi dalam sains dan teknologi yang sangat luar biasa, seperti contoh peningkatan dramatis dalam daya komputasi. Hal ini membuat kontribusi yang signifikan pada bisnis maupun masyarakat.Â
Dalam beberapa waktu dekat ini, pemerintah negeri sakura (Jepang) telah mencetuskan perkembangan kehidupan masyarakat terhadap penggunaan kemajuan teknologi. Pemerintah Jepang mencetuskan sebuah inovasi dengan menyebutnya "Society 5.0" atau "Masyarakat 5.0". Sebagaimana yang dikenalkan pada World Economic Forum (WEF) tepat diselenggarakan di Davos, Swiss pada 23 Januari 2019 lalu, Society 5.0 merupakan sebuah revolusi industri yang dipresentasikan oleh pemerintah jepang di bawah Perdana Menteri Shinz Abe. Bahwa menjelaskan, Society 5.0 ini akan menjadi sebuah solusi dari Revolusi Industri 4.0 yang menyebabkan penekanan jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga manusia, Society 5.0 diharapkan bisa menciptakan sebuah nilai baru melalui perkembangan teknologi canggih juga dapat mengurangi adanya sebuah kesenjangan antara manusia dengan permasalahan ekonomi kedepannya.
Pada Society 5.0 ini, pada dasarnya memiliki konsep masyarakat yang berpusat pada manusia itu sendiri atau human centered yang berbasis teknologi (technology based). Di Society 5.0 inilah, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan melakukan transformasi sebuah big data yang dikumpulkan melalui basis internet pada segala bidang kehidupan atau bisa kita sebut Internet of Things (IoT) Â menjadi suatu kearifan baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan sebuah kemampuan manusia dalam membuka peluang-peluang secara keseluruhan. Dan juga, perubahan ini akan membantu manusia sepenuhnya untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna kedepannya karena manusia yang unggul tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi juga untuk menciptakan sebuah kenyamanan baru dalam kehidupan sosial yang baik.
Maka dari itu, demi mewujudkan Indonesia yang jauh lebih baik dan bersaing di kemudian hari mampukah Indonesia menghadapi dan menyiapkan era Society 5.0 kedepannya?
Disaat yang sama dalam dua tahun terakhir ini sejak 2020 awal terjadinya wabah virus corona (covid-19) atau penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Dengan secara paksa atau mau tidak mau segala kegiatan maupun aktivitas dilakukan pembatasan sosial secara ketat demi menanggulangi dan mengurangi potensi penyebaran virus. Dengan demikianlah, seluruh masyarakat dunia khususnya Indonesia hanya bergantung pada teknologi yang merupakan jawaban yang tepat dan satu-satunya solusi manusia untuk tetap bisa berinteraksi melakukan berbagai aktivitas.
Tentu dari sini kita bisa melihat sebuah perubahan yang sangat signifikan, dimana terdapat sebuah ketidakseimbangan antara masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan maupun pelosok, yaitu mengalami problem "Digital Divide" yang dimana ini merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan pertumbuhan teknologi dan informasi di suatu wilayah dikarenakan faktor masyarakat kota sudah terbiasa diri untuk menggunakan teknologi sedangkan masyarakat desa maupun pelosok masih jarang terjangkau ataupun belum merata. Peristiwa di Indonesia saat inilah yang wajib patut dipahami bahwa masih kurangnya pemahaman ilmu teknologi yang seakan dapat memicu sebuah kesenjangan digital (Digital Divide). Tidak dapat dipungkiri juga, bahwa masih juga ada beberapa masyarakat kota sebagiannya yang mengalami ini dan belum paham betul apa itu arti dan kegunaan teknologi digital maupun informasi.
Pada tahun 2021 menurut Global Competitive Index sebagai negara terbesar ke-4 dalam penggunaan internet, Indonesia masih mengalami adanya sebuah kesenjangan digital (Digital Divide) hal tersebut dapat dipastikan bahwa informasi wilayah di Indonesia yang masih terdapat belum terjangkaunya akses internet dan terpapar bahwa indeks daya saing masih belum mencapai dari indeks yang seharusnya.
Hal-hal inilah yang sepatutnya kita bicarakan dan memberi pemahaman, karena tentu kita semua harus siap terhadap Society 5.0 dan waktu berjalan begitu cepat. Kesenjangan digital (Digital Divide) ini dapat melemahkan sebuah negara dan berdampak ke negara untuk ikut bersaing secara global, jika kita tak acuh dan membiarkan penampakan ini terjadi begitu saja.
Tentu saja, kita sebagai generasi muda tidak dapat membiarkan situasi ini begitu saja bukan?Â
Bahkan disituasi ini juga, kita sebagai generasi muda yang berpendidikan baik dan rasa simpati ke negeri tentu memiliki peran penting untuk memberi sebuah bantuan jawaban dan solusinya.
Lalu, solusi apa yang bisa kita berikan untuk menjawab permasalahan ini semua?
Patut kita ketahui sebelumnya bahwa, Mira Tayyiba selaku Sekretaris Jenderal Kominfo Indonesia menjelaskan "kesenjangan digital (Digital Divide) akan terus melebar dihantam gelombang disrupsi teknologi, jika tidak segera dicari solusi untuk mengatasinya".Â
Dan pernyataan tersebut dibawa untuk presidensi G20 Indonesia nanti bertujuan dalam pemulihan yang tangguh melalui pembahasan isu digital dalam Digital Economy Working Group (DEWG).
Bukankah permasalahan diatas tidak bisa dianggap sepele?
Bahkan masalah ini serius dibawa dalam kegiatan G20 Indonesia nanti, disamping itu juga Indonesia yang masih ketimpangan masalah tersebut yang bisa mempengaruhi kesiapan Indonesia terhadap Society 5.0.
Sebelum menyelesaikan masalah tersebut, perlu kita ketahui beberapa faktor kesenjangan digital (Digital Divide) yang harus kita benahi bersama yaitu:
1. Infrastruktur yang tidak merata
Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dapat memberikan dampak sebuah kesenjangan digital yang dirasakan sampai saat ini dikarenakan infrastruktur yang tidak merata. Dengan penduduk lebih dari 277,7 juta jiwa, penggunaan internet di negeri ini sudah menembus 204,7 juta jiwa per Januari 2022. Atau 73,7 persen dari total populasi Indonesia yang mencapai 277,7 juta jiwa. Dari data ini masih tersisa bahwa penduduk desa maupun pelosok masih belum terjangkau internet dan listrik sehingga membuat arus informasi digital bermasalah dan terhambat, apalagi kami dihadapkan era Society 5.0 beberapa tahun kedepan.
2. Permasalahan finansial
Memang penyebab besar munculnya kesenjangan digital (Digital Divide) salah satu faktornya adalah masalah finansial ekonomi yang masih banyak dialami bahkan penampakan ini masih sering kita hampiri. Kemampuan finansial individu setiap masyarakat memanglah berbeda-beda yang memicu mereka tidak bisa mengakses teknologi seperti apa yang diharapkan, dikarenakan lebih mementingkan kecukupan kebutuhan utama mereka sehari-hari dibandingkan untuk mengeluarkan biaya yang lebih, yang bagi mereka dapat merugikan ekonomi mereka sendiri.
3. Rendahnya pemahaman ilmu teknologi dan etika penggunaan
Rendahnya pemahaman teknologi lebih banyak kita lihat di masyarakat desa maupun pelosok, mungkin masih bisa dikatakan wajar karena akses mereka yang masih belum terjamah dengan merata. Akan tetapi, yang perlu patut kita waspadai yaitu, masih rendahnya liiterasi digital dan pemahaman etika berteknologi masih kurang tersampaikan dengan baik, mau warga perkotaan maupun pedesaan. Karena apa, karena banyak fenomena yang sering kita hadapi terhadap pengetahuan dan kecakapan dalam menggunakan media digital yang masih jauh dari kata harapan yang dimana penggunaan tidak seharusnya disalahgunakan terhadap beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab, lalu kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua dalam mengkomunikasikan anak dibawah umur terhadap penggunaan teknologi digital yang ada batasannya. Bahkan tidak sedikit orang dewasa sendiri pun masih melampaui etika dalam berteknologi.Â
Tentu berdasarkan faktor diatas kita masih bisa dikatakan masih cukup panjang perjalanan dalam mengatasi masalah digital divide demi menyongsong dan mempersiapkan society 5.0 kedepan. Dalam mengatasi permasalahan tersebut tentunya diperlukan perubahan atau reformasi seperti, pemerataan infrastruktur teknologi dan sistem pendidikan yang bertujuan sebagai penopang seluruh masyarakat dalam mempersiapkan sinergi yang maksimal kedepannya. Disamping itu rata-rata penduduk Indonesia memiliki total kependudukan yang sangat besar membuat sumber daya manusia sebagai  jawaban yang tepat dan momentum perubahan.
Setelah proses perubahan telah dilakukan, maka perlunya dibentuk evaluasi secara optimal agar dalam permasalahan sosial seperti akademisi, industri, masyarakat maupun pemerintah dapat berkolaborasi demi menjalin sebuah hubungan yang baik nan positif demi membangun society 5.0. Lalu, disisi lain pemerintah membantu dalam kebijakan untuk mengawasi suatu perubahan yang terjadi dan selalu mengkomunikasikan kepada ruang publik. Hal ini didorong untuk memastikan kepada setiap masyarakat percaya bahwa perubahan akan diposisikan secara adil.Â
Sungguh ini semua bisa kita capai bersama jika kita semua sudah memenuhi faktor-faktor evaluasi yang kita gerakkan bersama. Tidak ada yang tidak mungkin dan Indonesia tentunya tidak bisa lepas dari perubahan fenomena yang dipicu di era society 5.0 ini dan apalagi harapan keniscayaan itu semakin besar karena dukungan faktor terbesar kita ada di peningkatan sumber daya manusia yang mampu membawa kita di era society 5.0.
Perlu kita pahami bersama bahwa, kita semua bisa melaluinya dan menyelesaikannya bersama dengan mengubah pola pikir negatif. Karena perubahan digital akan terus berkembang dengan pesat dan tidak akan ada yang mampu menghentikannya, maka dari itu kita sebagai bangsa harus terus belajar dan mau maju bersama mengikuti perkembangan zaman atau kita akan larut dalam diam dan tertinggal yang membuat kita akan menyesalinya dikemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H