Sejak lama Tana Toraja yang luar biasa ini  masuk dalam daftar tempat yang ingin saya datangi. Terlintas dalam hati dan pikiran setiap kali saya singgah di Makassar. Akhirnya saya  kesampaian  menjejakkan kaki disana dalam perjalanan setelah turun dari Gunung Latimojong,  Enrekang, Sulawesi Selatan. Melewati pemandangan alam di sekitar pinggir jalan Enrekang yang mengagumkan.
Toraja terkenal dengan warisan adat istiadat dan budaya yang unik. Tradisi memakamkan jenazah yang diwariskan turun temurun hingga saat ini. Pemakaman dengan meletakkan jenazah di dalam goa alami, meletakkan peti di tempat terbuka di sekitar goa makam, Â dimasukkan ke dalam lubang di tebing, Â atau dimasukkan dalam peti kayu kemudian diletakkan di dinding tebing dengan menggunakan penyanggah.Â
Pengunjungi yang datang ke Toraja sudah terbiasa dengan "wisata makam". Areal pemakaman di Londa, malah jelas ditulis sebagai objek wisata. Keunikan tradisi inilah yang menjadi alasan dan daya tarik banyak wisatawan domestic dan mancanegara. Â
Saat  jiwa  keluar meninggalkan raga dan menjadi jenazah, dimana manusia membutuhkan manusia lain untuk melakukan  hal  yang tidak lagi bisa dilakukan. Tradisi Toraja dan warisan sosial memberikan "jaminan" bagi kerabat yang telah meninggal. Walaupun jaman dan teknologi  terus maju dan "kekinian", budaya tetap dilestarikan.
Adat istiadat masyarakat Toraja  memperhatikan dan mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan kematian. Perlakuan dan  penghormatan terhadap  jenazah sampai daging tersisa tulang.  Doa dalam ritual pemakaman mengantarkan jiwa.
WISATA MAKAM Â : DESA ADAT KETE KESU DI RANTEPAO
Melewati pasar seni, terdapat bangunan makam berbentuk  rumah adat dari kayu yang disebut Patane. Delapan pilar kayu bangunan memagari  peti berbentuk tabung. Patane besar yang ada di desa adat ini adalah makam keluarga. Ada delapan foto yang dipasang di bagian atasmenunjukkan jumlah yang telah dimakamkan disini. Peti dibuka bila ada yang akan dimakamkan atau di hari tertentu dengan upacara adat. Disamping Patane besar terdapat bangunan makam yang berbeda bentuk dan ukuran.
Pasar seni di desa wisata Kete Kesu  menjual berbagai kerajinan khas Tana Toraja; kain tenun, tas dan dompet berbagai bentuk bercorak Toraja,  ikat kepala tenun, patung,  aksesoris dan souvenir lainnya. Katanya harga disini  masih lebih murah dibanding tempat wisata lain, beberapa toko malah masih bisa menawar.
Area pemakaman lain yang kami kunjungi adalah Londa. Keunikan area makam ini adalah berbentuk goa alami yang mempunya dua mulut goa  untuk masuk dan didalamnya saling menyambung. Namun untuk menembus di dalam harus merayap di bagian goa yang menyempit.Â
KITA SEBAGAI PENGUNJUNG
Memang makam-makam ini telah menjadi objek wisata. Namun, menurut saya sebagai pengunjung kita tetap harus mengingat beberapa hal saat berada di tempat wisata makam ini;
- Bersikap hormat = karena masyarakat Toraja sebagai "tuan rumah" sangat menghormati yang telah meninggal, demikian kita juga harus ikut menghormatinya. Â
- Bukan sekedar objek wisata = karena tengkorak, tulang, jenazah di tempat ini adalah sungguhan, maka kita tidak jangan memperlakukan seenaknya. Jangan menyentuh, memindahkan atau mengambil tanpa ijin.
- Tetap berdoa = karena roh tidak terlihat, dunia kita yang  hidup berbeda dengan yang telah meninggal tidak ada salahnya bila tetap berdoa perlindungan  masing-masing dan sekitar kita. Baik  adanya juga  mendoakan  kedamaian jiwa mereka yang telah meninggal dunia.
Patung Yesus yang diletakkan di puncak Bukit Buntu Burake ini mirip dengan patung Kristus Penebus di Rio de Janeiro, Brasil. Patung dengan tinggi 40 meter dan rentang tangan sepanjang 9 meter ini terbuat dari perunggu.
Tana Toraja diberkahi dengan pemandangan pegunungan yang indah, tanah  subur, kaya dengan hasil bumi berlimpah.  Kopi Toraja adalah salah satu hasil perkebunan yang membuat nama Toraja dikenal oleh masyarakat di luar daerahnya.
Bersyukur berkesempatan  menikmati alam dan menyaksikan keunikan budaya Tana Toraja. Kekayaan milik Indonesia yang harus dijaga kelestariannya. Saatnya kami harus meninggalkan tempat ini, menuju arah pulang ke kota Makassar
Sampai jumpa lagi di cerita  perjalanan selanjutnya; "Senang-senang Di Ramang-ramang".
salam,
Life Is A Great Journey
helen_s.maria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H