Mohon tunggu...
helen_s.maria
helen_s.maria Mohon Tunggu... Administrasi - #exploreIndonesia #exploretheworld ... Bersyukur untuk kesempatan, waktu, kesehatan dan rezeki yang Tuhan berikan

@helen_s.maria

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Oleh-oleh dari Gunung Gamalama

11 April 2018   17:09 Diperbarui: 11 April 2018   17:21 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senangnya  kembali lagi ke Ternate yang  berada di  kaki Gunung Gamalama (1715 mdpl), Maluku Utara,  Indonesia. Direncanakan sejak tahun lalu. Agendanya; 2 hari  mendaki Gunung Gamalama, 3 hari  menyelam di Pulau Ternate dan Tidore, 1 hari menghabiskan waktu bebas terbang lalu pulang.

Bandara Sultan Babullah
Bandara Sultan Babullah
Mulanya  ingin "solo trip",  saya santai saja memantau harga tiket. Tidak berusaha  mencari teman untuk bergabung, alasannya karena malas menjelaskan ide  mendaki lanjut menyelam.

Ada whatsapp dari Om Defin, teman penyelam yang mengajak bergabung  ke Ternate tanggal 29 Maret -- 1 April. Tanggalnya cocok  dengan  rencana, jadi saya  iyakan bergabung. Berangkatnya dimajukan 2 hari untuk mendaki dulu.

Ngobrol di salah satu  group, Dewi mau bergabung, ternyata  mau  gila juga hahaha. Kami mendaki Gunung Gamalama lanjut menyelam di Ternate dan sekitarnya.

Sebelumnya, saya menghubungi @reza_irsandy, teman penyelam di Ternate. Reza mengenalkan saya dengan  Ario, adiknya yang biasa mendaki. Saya berkomunikasi  dengan   Ario (+6281295325695) yang membantu mengurus A - Z. Perlengkapan mendaki, semua  bisa disewa dan disiapkan.

2018.03.27 BERANGKAT  

Lewat tengah malam, Dewi yang tinggal di Medan sudah  tiba dan menunggu di Bandara Soekarno Hatta. Saat  menuju gate, saya dicegat  petugas Lion. 

Koper ukuran kabin yang saya bawa  diminta untuk  ditimbang. Pengalaman pertama kena cegat,  beratnya lebih dari 7 Kg. Selanjutnya rempong, kelebihan berat harus masuk bagasi. Untungnya ada ransel untuk mendaki. Beberapa barang dipindahkan ke ransel. Saya mengambil sisa kuota bagasinya Dewi lalu  membayar Rp. 168,000 untuk  kelebihan sekitar 3 kg (lupa  persisnya).

Saat membeli tiket  hanya memeperhatikan jam terbang  untuk  mendarat pagi lalu mendaki gunung.  Lupa memperhitungkan alat selam, perlengkapan kamera. 

Sebelum masuk gate, kena scanning lagi, ternyata ada gunting kecil di tas kamera. Biasanya disimpan di koper besar yang masuk  bagasi. Sepertinya lupa dipindahkan setelah trip ke Pulau Sepa. Pingin marah,  pingin ketawa karena kesalahan ini.

02:08 WIB  Lion terbang sesuai jadwal. Kalau delay saya mau marah, bisa balas kesal karena dicegat petugas wakakakak. Tidur tidak  pulas, karena beberapa kali merasakan turbulensi dan karena bapak di sebelah saya (warga China yang sepertinya adalah pekerja tambang) beberapa kali kepalanya "tengleng" ke arah saya, lalu saya  geser kepalanya dengan majalah. 

Sempat kepikiran koper yang nyusul masuk bagasi, tidak diwrapping. Bukan takut ada yang  hilang. Lebih ditakutkan  kalau  malah ada "benda lain" yang dimasukkan. Jaman agak kacau, hal-hal buruk bisa  terjadi, harusnya saya  lebih waspada. 

TERNATE AKU  KEMBALI

Mendarat di Bandara Sultan Babullah, disambut  matahari pagi Ternate. Aspal  terlihat basah karena hujan semalam. Saya memindahkan lagi  barang dari ransel ke koper. Luggage cover terbuka, pouch tempat kabel laptop  terbuka, bagian tutup koper yang ada resletingnya juga terbuka.  Saya yakin kondisi sebelumnya  tertutup. Untungnya tidak ada yang hilang.

Anak Ilang
Anak Ilang
Saya menyelesaikan urusan di toilet, saat keluar sudah sepi, padahal tadinya ramai. Dewi kemana ya ? Ternyata Dewi di kantor klaim bagasi mengurus 1 kardus berisi 4 kotak Bolu Meranti  kota Medan yang tidak ditemukan. Wakacaaaw, bolunya hilang, aaargh  gak rela.  

Bandara Sultan Babullah
Bandara Sultan Babullah
Klaim Bagasi
Klaim Bagasi
Dari halaman bandara terlihat  Gunung Gamalama. Terbayang  kami akan kesana. Taxi mengantar ke  Nasi Jaha Dive Centre. Kami yang lapar disambut Kang Adit. Maklum terbang  hampir 4 jam  tanpa  minuman apalagi makanan. Kang Adit  menggiring kami ke tempat makan terdekat. Bubur ayam dan nasi uduk ala Bandung menjadi pilihan. 

Sarapan
Sarapan
PERSIAPAN MENDAKI

Ario datang bersama dua temannya; Ung @fahrudinjohan yang berambut ala Ahmad Albar dan Azly "Angel" @m.afendi90 yang berambut ikal gondrong berkuncir yang akan menemani kami mendaki. Ario tidak  mendaki karena  harus ke Jakarta. 

Kami  motoran  ke pasar untuk belanja logistic. Saya membonceng Dewi, Ung membonceng Azly, dan Ario sendirian. Pasarnya rapi, penjualnya ramah, barangnya  bagus. Mata  berbinar melihat buah dan  sayuran segar. 1 sisir pisang raja Rp 5,000 kalau di tempat saya harganya Rp 15,000 -- 20,000. 

Beli 2 sisir pisang mas @5,000 ditambahin 1 sisir lagi oleh ibu baik hati. Rasanya pingin belanja banyak tapi mengingat besok kami sudah turun, jadi hanya membeli secukupnya. 

Pasar Tradisional Ternate
Pasar Tradisional Ternate
Pasar Tradisional Ternate
Pasar Tradisional Ternate
Pasar Tradisional Ternate
Pasar Tradisional Ternate
Dari pasar kami lanjut belanja di Hypermart. Disini parkir motor gratis, karena katanya tidak ada yang mau jadi tukang parkir. Kalau di Tangerang, parkir 5 menit saja harus bayar. Akibat melihat buah alpukat di pasar, sebelum kembali ke DC, kami minum es alpukat di kedai Bu Yun. 

Es Alpukat
Es Alpukat
Karena masih ada waktu santai, saya dan Dewi jalan kaki menuju tempat penjual durian,  kami makan 3 buah durian sambil nongkrong di trotoar. 

Nongkrong Makan Durian Ternate
Nongkrong Makan Durian Ternate
Nongkrong Makan Durian Ternate
Nongkrong Makan Durian Ternate
Saat kembali ke DC, bolu meranti sudah diantar oleh Lion, ternyata bolunya nyasar  ke Makasar.

Kembalinya si bolu hilang
Kembalinya si bolu hilang
MENDAKI GUNUNG GAMALAMA

Sekitar jam 15:30  WIT Ung dan Azly datang menjemput. Dengan motor @ute_abdullah dan Riko mengantar kami dari DC menuju Desa Moya (sekitar 200 mdpl).  Jalan menanjak diselingi kelokan, akhirnya kami tiba di starting point pendakian. Ung mengurus ijin mendaki ke warga setempat. Setelah semua siap, jam 16:30 WIT kami  mulai melangkah.

Aspal ... siap mendaki
Aspal ... siap mendaki
Melewati perkebunan pohon pala yang sedang berbuah, melewati beberapa rumah yang dibangun berjauhan.  Jalannya melandai tapi terus menanjak. Ibarat nyetir mobil, stand by di gigi 1 dan kopling hahaha. Terasa juga beratnya untuk saya yang tidak latihan atau berolahraga. Sempat ngos-ngosan, keleyengan dan pucat sehingga saya perlu waktu untuk sejenak  mengatur nafas sambil berdoa. Untungnya 2 saudara yang menemani kami sabar sekali menunggu bila saya perlu berhenti.

Pendaki ?
Pendaki ?
Pendaki ?
Pendaki ?
Kalimat klise  "Ngapain sih kita kesini? Kayak kurang kerjaan jauh-jauh ke Ternate malah berlelah mendaki gunung." Kalimat yang terlintas kalau sudah ngos-ngosan hahaha. Lelahnya mendaki gunung itu bikin ketagihan loh.

Menikmati Lelah
Menikmati Lelah
Menikmati Lelah
Menikmati Lelah
Jarak panjang durasi 2 jam kami sampai di Pos 1 (jam 18:30 WIT). Di Pos 1 ada bangunan rumah panggung dari kayu yang dibuat oleh dinas kehutanan. Lelahnya terbayar oleh pemandangan indah di depan mata. Tampak Gunung Tidore, Pulau Maitara di depannya, laut dan kota Ternate. Ung mengambil dan mengisi botol air di sumber air. Kami menunggu sambil menikmati coklat panas di  sisa terang saat senja. 

Pos 1
Pos 1
Pos 1
Pos 1
Pos 1
Pos 1
Pos 1
Pos 1
Pemandangan Uang Seribu
Pemandangan Uang Seribu
Pos 1
Pos 1
Setelah 1 jam, kami siap untuk melangkah lagi (19:30 WIT). Karena bukan hari akhir pekan, sepertinya malam ini  hanya kami berempat yang berada di gunung ini. 

Jam 20:00 WIT kami sudah tiba di Pos 2. Kata Ung dan Azly selama pengalaman mendaki dengan wanita, kami yang jalannya tercepat hahaha. Di Pos 2 kami hanya istirahat sebentar.

Kala Malam
Kala Malam
Sebelum sampai di Pos 3, ada lokasi sumber air juga. Kali ini giliran Azly yang mengambil air. Mereka bilang biasanya di tempat ini kalau malam berkabut, tapi mala mini cerah tanpa kabut. Kami tiba di Pos 3 jam 21:09 WIT  yeaaayy senangnya.

Tenda didirikan dengan cepat, saya dan Dewi tidak membantu, khawatirnya kalau ikut membantu malah jadi lama hahaha. Persiapan memasak makan malam juga dilakukan. Tapi, alam tidak bisa diduga, yang tadinya terang tanpa kabut tiba-tiba mulai gerimis lalu hujan. Dapur kami pindahkan ke tengah diantara 2 tenda.

Saya tidak membantu memasak diserahkan saja ke ahlinya daripada ngerecokin hehehe. setelah ganti baju, saya mulai membungkus diri di dalam sleeping bag sambil mendengarkan music dan membiarkan mata mengantuk dan tertidur. Malam ini saya lewatkan tanpa makan malam.

Saat terbangun, semua sudah tidur, angin cukup kencang menggoyang pepohonan di sekitar kami. Hujan tetap turun walaupun tidak deras. Saya melanjutkan tidur, beberapa kali terbangun dan melanjutkan tidur lagi. Untungnya mereka memilih tempat yang aman dan katanya sudah mengecek keadaan pohon sekitar.

Pos 3
Pos 3
2018.03.28

Sampai pagi dan siang  hujan dan angin terus mengisi waktu kami. Pagi ini hanya membuat pisang goreng, santai saja. Tidak ada hal yang bisa dilakukan di alam sekitar kami, jadi kami melanjutkan tidur sampai siang. 

Padahal rencananya pagi ini kami mau mendaki muncak. Sedih juga karena melihat kondisi alam saat ini, riskan bila kami tetap muncak. Siang ini Dewi masak misoa kuah telur kesukaan saya dan Dewi.  Azly dan Ung pertama kali nyicipin misoa yang menurut mereka aneh, pasti karena teksturnya yang lembut.

Main masak-masakan
Main masak-masakan
Main masak-masakan
Main masak-masakan
Main masak-masakan
Main masak-masakan
Pisang Goreng
Pisang Goreng
Setelah selesai makan, hujan dan angin berhenti, padahal sudah jam 12 an. Akhirnya  diputuskan untuk lanjut muncak, ditemani oleh Ung. Azly menunggu dan beres-beres di Pos 3. Jam 12:13 WIT kami mulai mendaki lagi. Udara terasa lembab, dan saya suka lembabnya hutan seperti ini. Sebelum sampai Pos 4 juga ada sumber mata air, tapi harus kami lewati karena mengejar waktu.  Jam 12.30 WIT  kami tiba di Pos 4, lanjut terus melewati Pos 5 atau disebut Pintu Suba di ketinggian 1500 mdpl.

Pintu Suba
Pintu Suba
Pos 5
Pos 5
Konon katanya setelah melewati Pintu Suba  atau disebut "batas suci", kita tidak boleh lagi "sembarangan" misalnya pipis, berkata, buang sampah dll. Dewi yang hobby buang pipis sudah diwanti-wanti supaya bisa tahan. Untuk saya yang hobby buang gas, kata Ung boleh saja hehehe. 

Para pendaki biasanya juga melakukan Azan di tempat ini. Melewati hutan ilalang yang besar mirip pohon tebu. Di antara ilalang ini ada beberapa tempat yang biasa dijadikan tempat berkemah. Terbayang deh rasanya bila kami semalam berkemah disini, dibasahi hujan dan diguncang angin hehehe.

Hutan Ilalang
Hutan Ilalang
Sampai di "pelataran" puncak, kabut tebal di sekeliling kami, puncak Gunung Gamalama dengan plat bertulis 1715 mdpl tidak terlihat. Saya sempat bertanya ke Ung apakah kita tetap bisa lanjut muncak. Tetapi menurut Ung kabutnya terlalu riskan.  Jalurnya sama sekali tidak terlihat. 

Saya menurut petunjuk sang penuntun. Tetap puas karena kami sudah  berusaha dan berjuang sampai   di pelataran ini. Ketinggian pelataran hanya berbeda sedikit dari puncak karena menuju puncak harus melewati jalur menurun lalu menanjak lagi. Kami menulis "Almost Top Mt. Gamalama 1715 mdpl" dan mengibatkan bendera Merah Putih yang kami pinjam dari DC Nasi Jaha.

Pelataran Puncak
Pelataran Puncak
Kami dan Kabut
Kami dan Kabut
Merah Putih
Merah Putih
Almost Top
Almost Top
Alam tidak untuk dilawan, apalagi untuk dilawan atau ditaklukkan. Alam untuk dinikmati dan disyukuri keberadaannya. Mungkin ini tandanya saya kelak akan kembali lagi mendaki Gunung Gamalama dan mengalami puncaknya hehehe #modus mau jalan-jalan lagi.

Setelah mengambil beberapa foto, kami bergerak turun. Jam 14:30 kami tiba lagi di Pos 3. Azly sedang merebus telur dan sudah membereskan tenda. Saya tidak makan berat, hanya nyemil  pisang goreng, nugget dan telur rebus.  Dari sebelumnya saya sudah bilang ke Ung dan Azly untuk tidak mengikut pola makan saya.

Pos 3
Pos 3
Pos 3
Pos 3
Jam 15:30 WIT kami mulai meninggalkan Pos 3 Terminal. Di sebut "terminal" karena disini adalah pertemuan 2 jalur pendakian; dari Desa Moya seperti kami dan dari  Desa Air Tege-tege yang katanya lebih terjal. Ada tempat pembuangan sampah yang katanya dibersihkan berkala oleh utusan kesultanan.

Pos 3
Pos 3
Tempat Sampah Pos 3
Tempat Sampah Pos 3
Pos 3
Pos 3
Sebelum melanjutkan perjalanan setelah Pos 3, Azly dan Dewi mengambil air di sumber air yang semalam kami ambil. Saya hanya menunggu dan melihat mereka menanjak naik. Hanya menitipkan Handphone untuk mengambil foto sumber air yang tidak pernah kering walaupun tidak terlihat sumbernya. 

Sumber Air
Sumber Air
jembatan kecil
jembatan kecil
Sisi Jurang
Sisi Jurang
Jam 16:00 WIT kami tiba di Pos 2, terus melangkah dan mulai terdengar musik dangdut dari bawah. Sampai di Pos 1 jam 16:50 WIT. Menikmati pemandangan dari Pos 1.  

Ternate dari ketinggian
Ternate dari ketinggian
Tidore dan Maitara
Tidore dan Maitara
Walau hanya berempat tapi tetap seru, jalan sambil ngobrol, foto-foto. 

Iseng
Iseng
menuntun yang lelah
menuntun yang lelah
Untuk menghindari saat gelap di jalan, kami terus menuruni gunung dan akhirnya sampai di jalan aspal, saat itu  jam 18:20 WIT.

aspal
aspal
motoran
motoran
Kembali ke kota, kami dijemput oleh 2 teman mereka. Saya dibonceng Azly, Dewi dengan Ung, 2 teman membawa carrier sampai di DC Nasi Jaha. Senangnya kami semua kembali dalam keadaan sehat dan selamat. Membawa cerita dan kenangan yang tidak terlupakan.

Kang Adit mengantar kami ke Dafam Hotel, malam ini bobonya di kasur empuk hihihi. Saat makan malam kami dijemput Kakak Fanny Rompas dan Kakak Ari dari Laconna Diving Club, teman penyelam  tak terduga, warga Manado yang sedang ada di Ternate. Lalu makan malam menu soto panas sambil  diiringi hujan deras.

Hotel Dafam
Hotel Dafam
Orang Manado
Orang Manado
Terima kasih kepada Tuhan yang menyertai dan melindungi.

Terima kasih Ung dan Azly "Angel" teman pelindung kami selama dalam perjalanan mengalami Gunung Gamalama. Terima kasih Ario yang walaupun tidak ikut mendaki tetapi tetap memantau keadaan kami lewat telephone.

Terima kasih teman-teman Nasi Jaha; Reza, Kang Adit Kaleum, Ute, Riko.

Terima kasih temannya Ung dan Azly yang menjemput kami setelah turun gunung.

Terima kaih Dewi yang sudah ikut gila hahaha.

Terima kasih kepada semua yang sudah mendoakan kami.

Besok pagi  kami akan  bergabung dengan teman-teman penyelam "Epribadeh Divers". Tidak sabar menunggu dan bertemu lalu menyelam bersama di laut Pulau Ternate, Tidore dan Hiri.

Dari ketinggian
Dari ketinggian
Salam,

Life Is A Great Journey

helen_s.maria

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun