Senangnya  kembali lagi ke Ternate yang  berada di  kaki Gunung Gamalama (1715 mdpl), Maluku Utara,  Indonesia. Direncanakan sejak tahun lalu. Agendanya; 2 hari  mendaki Gunung Gamalama, 3 hari  menyelam di Pulau Ternate dan Tidore, 1 hari menghabiskan waktu bebas terbang lalu pulang.
Ada whatsapp dari Om Defin, teman penyelam yang mengajak bergabung  ke Ternate tanggal 29 Maret -- 1 April. Tanggalnya cocok  dengan  rencana, jadi saya  iyakan bergabung. Berangkatnya dimajukan 2 hari untuk mendaki dulu.
Ngobrol di salah satu  group, Dewi mau bergabung, ternyata  mau  gila juga hahaha. Kami mendaki Gunung Gamalama lanjut menyelam di Ternate dan sekitarnya.
Sebelumnya, saya menghubungi @reza_irsandy, teman penyelam di Ternate. Reza mengenalkan saya dengan  Ario, adiknya yang biasa mendaki. Saya berkomunikasi  dengan  Ario (+6281295325695) yang membantu mengurus A - Z. Perlengkapan mendaki, semua  bisa disewa dan disiapkan.
2018.03.27 BERANGKAT Â
Lewat tengah malam, Dewi yang tinggal di Medan sudah  tiba dan menunggu di Bandara Soekarno Hatta. Saat  menuju gate, saya dicegat  petugas Lion.Â
Koper ukuran kabin yang saya bawa  diminta untuk  ditimbang. Pengalaman pertama kena cegat,  beratnya lebih dari 7 Kg. Selanjutnya rempong, kelebihan berat harus masuk bagasi. Untungnya ada ransel untuk mendaki. Beberapa barang dipindahkan ke ransel. Saya mengambil sisa kuota bagasinya Dewi lalu  membayar Rp. 168,000 untuk  kelebihan sekitar 3 kg (lupa  persisnya).
Saat membeli tiket  hanya memeperhatikan jam terbang  untuk  mendarat pagi lalu mendaki gunung.  Lupa memperhitungkan alat selam, perlengkapan kamera.Â
Sebelum masuk gate, kena scanning lagi, ternyata ada gunting kecil di tas kamera. Biasanya disimpan di koper besar yang masuk  bagasi. Sepertinya lupa dipindahkan setelah trip ke Pulau Sepa. Pingin marah,  pingin ketawa karena kesalahan ini.
02:08 WIB  Lion terbang sesuai jadwal. Kalau delay saya mau marah, bisa balas kesal karena dicegat petugas wakakakak. Tidur tidak  pulas, karena beberapa kali merasakan turbulensi dan karena bapak di sebelah saya (warga China yang sepertinya adalah pekerja tambang) beberapa kali kepalanya "tengleng" ke arah saya, lalu saya  geser kepalanya dengan majalah.Â
Sempat kepikiran koper yang nyusul masuk bagasi, tidak diwrapping. Bukan takut ada yang  hilang. Lebih ditakutkan  kalau  malah ada "benda lain" yang dimasukkan. Jaman agak kacau, hal-hal buruk bisa  terjadi, harusnya saya  lebih waspada.Â
TERNATE AKU Â KEMBALI
Mendarat di Bandara Sultan Babullah, disambut  matahari pagi Ternate. Aspal  terlihat basah karena hujan semalam. Saya memindahkan lagi  barang dari ransel ke koper. Luggage cover terbuka, pouch tempat kabel laptop  terbuka, bagian tutup koper yang ada resletingnya juga terbuka.  Saya yakin kondisi sebelumnya  tertutup. Untungnya tidak ada yang hilang.
Ario datang bersama dua temannya; Ung @fahrudinjohan yang berambut ala Ahmad Albar dan Azly "Angel" @m.afendi90 yang berambut ikal gondrong berkuncir yang akan menemani kami mendaki. Ario tidak  mendaki karena  harus ke Jakarta.Â
Kami  motoran  ke pasar untuk belanja logistic. Saya membonceng Dewi, Ung membonceng Azly, dan Ario sendirian. Pasarnya rapi, penjualnya ramah, barangnya  bagus. Mata  berbinar melihat buah dan  sayuran segar. 1 sisir pisang raja Rp 5,000 kalau di tempat saya harganya Rp 15,000 -- 20,000.Â
Beli 2 sisir pisang mas @5,000 ditambahin 1 sisir lagi oleh ibu baik hati. Rasanya pingin belanja banyak tapi mengingat besok kami sudah turun, jadi hanya membeli secukupnya.Â
Sekitar jam 15:30  WIT Ung dan Azly datang menjemput. Dengan motor @ute_abdullah dan Riko mengantar kami dari DC menuju Desa Moya (sekitar 200 mdpl).  Jalan menanjak diselingi kelokan, akhirnya kami tiba di starting point pendakian. Ung mengurus ijin mendaki ke warga setempat. Setelah semua siap, jam 16:30 WIT kami  mulai melangkah.
Jam 20:00 WIT kami sudah tiba di Pos 2. Kata Ung dan Azly selama pengalaman mendaki dengan wanita, kami yang jalannya tercepat hahaha. Di Pos 2 kami hanya istirahat sebentar.
Tenda didirikan dengan cepat, saya dan Dewi tidak membantu, khawatirnya kalau ikut membantu malah jadi lama hahaha. Persiapan memasak makan malam juga dilakukan. Tapi, alam tidak bisa diduga, yang tadinya terang tanpa kabut tiba-tiba mulai gerimis lalu hujan. Dapur kami pindahkan ke tengah diantara 2 tenda.
Saya tidak membantu memasak diserahkan saja ke ahlinya daripada ngerecokin hehehe. setelah ganti baju, saya mulai membungkus diri di dalam sleeping bag sambil mendengarkan music dan membiarkan mata mengantuk dan tertidur. Malam ini saya lewatkan tanpa makan malam.
Saat terbangun, semua sudah tidur, angin cukup kencang menggoyang pepohonan di sekitar kami. Hujan tetap turun walaupun tidak deras. Saya melanjutkan tidur, beberapa kali terbangun dan melanjutkan tidur lagi. Untungnya mereka memilih tempat yang aman dan katanya sudah mengecek keadaan pohon sekitar.
Sampai pagi dan siang  hujan dan angin terus mengisi waktu kami. Pagi ini hanya membuat pisang goreng, santai saja. Tidak ada hal yang bisa dilakukan di alam sekitar kami, jadi kami melanjutkan tidur sampai siang.Â
Padahal rencananya pagi ini kami mau mendaki muncak. Sedih juga karena melihat kondisi alam saat ini, riskan bila kami tetap muncak. Siang ini Dewi masak misoa kuah telur kesukaan saya dan Dewi. Â Azly dan Ung pertama kali nyicipin misoa yang menurut mereka aneh, pasti karena teksturnya yang lembut.
Para pendaki biasanya juga melakukan Azan di tempat ini. Melewati hutan ilalang yang besar mirip pohon tebu. Di antara ilalang ini ada beberapa tempat yang biasa dijadikan tempat berkemah. Terbayang deh rasanya bila kami semalam berkemah disini, dibasahi hujan dan diguncang angin hehehe.
Saya menurut petunjuk sang penuntun. Tetap puas karena kami sudah  berusaha dan berjuang sampai  di pelataran ini. Ketinggian pelataran hanya berbeda sedikit dari puncak karena menuju puncak harus melewati jalur menurun lalu menanjak lagi. Kami menulis "Almost Top Mt. Gamalama 1715 mdpl" dan mengibatkan bendera Merah Putih yang kami pinjam dari DC Nasi Jaha.
Setelah mengambil beberapa foto, kami bergerak turun. Jam 14:30 kami tiba lagi di Pos 3. Azly sedang merebus telur dan sudah membereskan tenda. Saya tidak makan berat, hanya nyemil  pisang goreng, nugget dan telur rebus.  Dari sebelumnya saya sudah bilang ke Ung dan Azly untuk tidak mengikut pola makan saya.
Kang Adit mengantar kami ke Dafam Hotel, malam ini bobonya di kasur empuk hihihi. Saat makan malam kami dijemput Kakak Fanny Rompas dan Kakak Ari dari Laconna Diving Club, teman penyelam  tak terduga, warga Manado yang sedang ada di Ternate. Lalu makan malam menu soto panas sambil  diiringi hujan deras.
Terima kasih Ung dan Azly "Angel" teman pelindung kami selama dalam perjalanan mengalami Gunung Gamalama. Terima kasih Ario yang walaupun tidak ikut mendaki tetapi tetap memantau keadaan kami lewat telephone.
Terima kasih teman-teman Nasi Jaha; Reza, Kang Adit Kaleum, Ute, Riko.
Terima kasih temannya Ung dan Azly yang menjemput kami setelah turun gunung.
Terima kaih Dewi yang sudah ikut gila hahaha.
Terima kasih kepada semua yang sudah mendoakan kami.
Besok pagi  kami akan  bergabung dengan teman-teman penyelam "Epribadeh Divers". Tidak sabar menunggu dan bertemu lalu menyelam bersama di laut Pulau Ternate, Tidore dan Hiri.
Life Is A Great Journey
helen_s.maria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H