Wakatobi adalah  salah satu Kabupaten di Sulawesi Tenggara, Indonesia.Â
WA : Kecamatan Wangi-Wangi (ibu kota kabupaten) + Kecamatan Wangi Selatan
KA : Kecamatan Kaledupa + Kecamatan Kaledupa Selatan
TO : Kecamatan Tomia  + Kecamatan Tomia Timur
BI : Kecamatan Binongko + Kecamatan Togo Binongko
29 - 30 Agustus 2017, perjalanannya dua hari ?  Semula jadwal terbang  jam 00:05 (30-08-2017) dari Bandara Soekarno Hatta, lalu dimajukan menjadi jam 22:50  (29-08-2017).Â
Kali ini saya bersama  Rianasari, Martin, Rory, Bernard, Dave ("enam sekawan -->  empat sekawan"  karena  Agung dan Gerard batal), pasangan  Ben dan Lenny. Delapan orang bertemu di Bandara Matahora Wakatobi di Pulau Wangi-Wangi atau Pulau Wanci  jam 16:30. Saat-saat  "bercanda" dengan jadwal penerbangan yang berubah-ubah dan keterlambatan jadwal terbang  telah kami lewati dengan tetap tersenyum rasa asam manis.
Kami sepakat untuk tetap dengan jadwal tanggal 30-08-2017 s/d  03-09-2017. Jadwal acara disesuaikan dengan perubahan. Seto Ariyadi dari Wakatobi Dive Trip membantu mencarikan solusi terbaik.
Tiba di Pelabuhan Numana di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan saat sore yang mulai gelap. Jam 18:25 WITA kapal bergerak meninggalkan dermaga. Perkiraan waktu adalah lima jam perjalanan laut. Hmmm, mari berdoa dan menikmati laut saat malam. Dihibur  bintang-bintang dan bulan. Diayun gelombang dan dikipasi  angin malam.Â
Sejak sebelum berangkat saya sudah  kurang tidur. Saat teman-teman masih ngobrol, saya  mencari tempat berbaring yang paling terhalang angin. Untungnya saya mudah tidur dimana saja dan  kondisi tempat apapun. Harapannya saat bangun bisa lebih segar dan lelah berkurang sehingga tetap fit karena besok dan beberapa hari kedepan akan menyelam. Penting untuk menyelam  dalam kondisi  sehat dan cukup istirahat.
Terbangun, dan masih di laut.  Saat di depan toilet, pintu terbanting karena gelombong, hasilnya   memar di lengan dan  lumayan sakit. Lewat tengah malam,  kapal berhenti, lalu kami ditransfer dengan kapal kecil menuju dermaga Pulau Tomia. Dengan mobil kami diantar lagi menuju penginapan Abi Jaya yang menjadi rumah kami selama beberapa hari ini. Padahal ternyata jarak  dekat hahaha . Yeaaayy  sudah sampai, terima kasih Tuhan.
Saya dan Riana  menempati kamar yang lumayan besar, bersih, ada AC dan air hangat. Setelah selesai bersih-bersih, menyiapkan peralatan selam dan kamera untuk pagi hari lalu  lanjut tidur lagi di kasur empuk, langsung pulas.
Pulau Tomia adalah salah satu dari empat pulau besar di wilayah Taman Nasional Wakatobi (Pulau Wangi-Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko). Banyak penyelam datang untuk menyaksikan, mengalami  dan  menikmati surga bawah laut Taman Nasional Wakatobi. Saya berterima kasih kepada bro Martin dan teman-teman yang sudah mengajak dan mengijinkan saya bergabung di trip ini sehingga kesampaian menyelam di Wakatobi.
PANTAI KOLLO SOHA, ROMA dan GUNUNG WAITII
Kapal bergerak setelah semua  mengisi dan menandatangi  prosedur sebelum menyelam. Kami juga memeriksa semua alat selam. Wakatobi Dive Trip menyediakan alat selam untuk tamu yang tidak membawa alat selam. Hal ini karena penerbangan menuju Wakatobi menggunakan pesawat yang hanya memfasilitasi 10 kg bagasi / penumpang. Bila membawa semua alat lengkap, mungkin akan terkena kelebihan bagasi dan harus membayar kelebihan tersebut. Â
Dive spot ketiga adalah Gunung Waitii, nama salah satu desa di Pulau Tomia. Lokasi ini menutup penyelaman kami hari ini.
Penyelaman pertama pagi kedua di  Aly Reef, bila beruntung lagi, disini bisa ditemukan shooling  ikan Kuwe. Arus disini biasanya lumayan kuat, jadi kami harus masuk ke dalam air dengan cepat, mengikuti tali jangkar. Baru sebentar turun, gerakan arus air saat ini bersahabat,  kami melihat schooling Giant  Trevally. Gerakan mereka  saat ini  lebih aktif daripada para Barakuda kemarin.Â
Penyelaman pertama di hari ketiga ini kami ditawari bila ada  spot  penyelaman yang ingin diulang. Diputuskan untuk mengulang  spot  Aly Reef. Berharap bertemu lagi dengan schooling GT seperti kemarin. Tetapi oh oh tetapi, kenyataan tidak bisa selalu terpenuhi sesuai rencana dan keinginan. Alam punya waktu dan situasi yang bisa berubah kapan saja.  Apa yang terjadi?
Safety  stop harus tetap kami lakukan sambil  berpegangan kuat pada tali jangkar. Mungkin  saat itu kami tampak berkibar seperti bendera. Jantung berpacu kuat seperti kuatnya arus di dalam air. Merasakan adrenalin ??  Ha ha ha adrenalin bangeeeet. Rory ternyata masih sempat merekam dengan Gopro nya.Â
Mungkin ini adalah durasi terpendek saya saat menyelam, yaitu 34 menit. Secara biasanya saya  suka merasa   merasa sayang kalau udara masih banyak tetapi  harus naik ha ha ha. Puji  Tuhan, kami semua tetap dalam keselamatan dan perlindunganNya.
Surface Interval  sebelum penyelaman terakhir di Pulau Tomia, kami sempatkan untuk mampir di pantai Kollo Soha. Foto-foto dan  merekam boomerang dengan gaya lucu. Sayangnya hari ini saya tidak membawa handphone, jadi tidak bisa jepret-jepret hiikkss. Â
Table Coral City menjadi pilihan penyelaman ke 8.  Saya menyerahkan kamera kepada bro Seto.  Foto-foto moment  senang tak terlupakan berhasil  diabadikan berkat bantuan bro Seto, bro Herdian dan teman-teman semua.
Agenda  hari ketiga ini  hanya bisa  dua kali menyelam. Kapal menepi, tetapi untuk sampai di dermaga kami harus melewati kapal lain. Â
Saat masuk ke kapal lain, ada "adegan" berbahaya  yang hanya bisa dilakukakan oleh ahli. Bernard berjalan paling depan, lalu tiba-tiba ada suara gubrakan.Â
Ternyata, Martin kejeblos di lubang lantai kapal yang tidak ditutup. Glek, hening sejenak sambil melihat Martin dengan posisi mengkhawatirkan dan menunggu reaksinya. Satu kaki di dalam lubang, satu kaki lagi di atas, tampang agak meringis. Setelah reaksinya tampak oke barulah para saksi berani tertawa sambil menolong. Duh khawatir juga kalo sampai kenapa-napa. Untung posturnya tinggi, gak kebayang kalau saya yang kejeblos disitu, bakalan sebadan masuk lubang. Yang disayangkan dan disesalkan dari kejadian ini adalah : saya tidak memegang handphone ... jadi tidak bisa mengabadikan moment haaiizzz ... hahahaha.... peace bro #duajari.
Sampai di darat kami makan bakso dulu lalu kembali ke penginapan untuk berkemas dengan cepat, supaya saat  tengah hari  kami sudah  bergerak meninggalkan Pulau Tomia menuju Pulau Wangi-Wangi dengan perkiraan waktu sekitar lima jam.Â
Sebelum sebelum check in di hotel adalah mengunjungi pasar malam di daerah Wanci untuk hunting kuliner tradisional. Banyak dijual ikan asap yang ditusuk kayu. Makanan khas lainnya adalah Kasoami, terbuat dari singkong yang dihaluskan, dibentuk kerucut, lalu dikukus, rasanya agak aneh antara asin dan rasa bawang hehehe.Â
Mata sudah terpejam, tapi suara bahagia teman-teman masih terdengar lalu tak lagi terdengar karena sudah pulas ha ha ha. Ternyata sepanjang malam ada keriaan saung belakang penginapan. Ada obrolan seru para divers dan teman-teman Wakatobi.
Ada perubahan juga di  jadwal penerbangan pulang Wakatobi - Makasar - Jakarta. Beberapa dari kami yang memilih Wings Air diubah menjadi Batik air. Saat transit di Makasar, berpisah dengan Ben, Lenny dan Dave. Singkat cerita, kami sampai di rumah masing-masing dengan selamat.Â
TERIMA KASIH
di hampir akhir tulisan kisah Wakatobi ini, dari hati yang paling dalam saya sampaikan terima kasih untuk the brothers Martin, Rory, Bernard, Dave dan Ben, juga untuk Riana dan Lenny. Untuk Agung dan Gerard yang walaupun batal  ikut tapi tetap setia berada di group whatsapp hahaha.  Terima kasih pastinya untuk  Wakatobi Dive Trip : Seto Ariyadi, Herdian, teman-teman Crew Kapal yang sangat membantu selama berada di laut.Â
Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya.Â
Salam,Â
helen_s.maria
Life Is A Great Journey
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H