Mohon tunggu...
helen_s.maria
helen_s.maria Mohon Tunggu... Administrasi - #exploreIndonesia #exploretheworld ... Bersyukur untuk kesempatan, waktu, kesehatan dan rezeki yang Tuhan berikan

@helen_s.maria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kehidupan Bersahaja Suku Baduy

29 September 2017   19:14 Diperbarui: 29 September 2017   20:26 2770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan terus menemani sampai kami tiba di rumah Pak Juli. Rumahnya berdekatan dengan rumah Kepala Adat. Kami diberitahu untuk tidak melewati wilayah rumah Kepala Adat yang ditandai dengan batas palang dari batang bambu. Bangunan rumah  Baduy berbentuk panggung, tanpa jendela, dibangun dari kayu dan bambu dengan pondasi batu kali. Suhu di dalam rumah terasa hangat tapi tidak panas. Saat malam kami tidur malah terasa sejuk malah cenderung dingin.

Rumah Baduy atau Sulah Nyanda sangat sederhana. Tidak ada kursi, meja dan tempat tidur.  Pintu rumah tanpa kunci, saat malam pun hanya ditutup saja. Ruang tengah fungsinya sebagai ruang serbaguna, malam kami tidur berjajar di ruangan ini. Di bagian belakang ada tungku untuk memasak dan ada ruangan lain sebagai dapur dan menyimpan barang.

Oh ya, kamar mandinya dimana? Rumah Baduy tidak ada toilet / kamar mandi di rumah orang Baduy. Nah loh?? Mandi, mencuci pakaian, buang air kecil-besar, mencuci beras, mencuci piring dll dilakukan di sungai.

KESEHARIAN SUKU BADUY

Saya sangat terkesan saat bertemu dan bisa tinggal semalam bersama mereka yang menyebut diri mereka dengan urang/orang Kanekes. Dari anak kecil samai orang dewasa memakai pakaian dengan model yang sama. Warna hitam dan putih belacu mendominasi warna pakaian mereka. Laki-laki memakai ikat kepala dari kain yang dililit seperti sorban. Bagus juga ya kalau seragam seperti ini, jadi tidak saling menunjukkan kelebihan atau kekurangan. Dimanapun dan kemanapun mereka tidak boleh memakai alas kaki. Berjalan dari kampung mereka ke Jakarta pun tidak boleh memakai alas kaki. Mereka juga tidak boleh naik kendaraan, benar-benar hanya boleh berjalan kaki. Baju para wanita adalah sarung sebagai bawahan dan baju lengan panjang. Melihat ibu-ibu bertelanjang dada sepertinya adalah hal biasa disini.

Pekerjaan sehari-hari banyak dihabiskan di ladang. Mereka menanam padi ladang/padi kering, dan tanaman ladang lainnya. Saat sarapan pagi keesokan harinya, kami mencicipi rasa nasi ladang. Semua  nasi dan bahan makanan di kampung ini dicuci di sungai.  Tentang nasi ladang, sebelumnya saya kira teksturnya akan kering “pera” tapi ternyata rasanya biasa saja, pulen legit juga. Beberapa teman merasa ada aroma yang aneh, aaahh itu sih karena dimasak dengan kayu bakar di tungku.

Kemudian istri Pak Juli pulang dari ladang bersama tiga anaknya. Mereka memiliki  empat orang anak, dua putri dan dua putra. Putri pertamanya lebih banyak tinggal di ladang. Putri kedua mereka bernama Alis, cantik khas Baduy. Putra ketiga dan keempat masih balita dan lucu-lucu tetapi  saya lupa namanya. Melihat anak kecil membawa arit adalah hal biasa disini. Mereka terbiasa membantu orang tua mereka di ladang.

MANDI DI SUNGAI

Acara sore kami adalah mandi di sungai ala  Baduy. Lokasi sungai tidak terlalu jauh dari rumah Pak Juli. Air mengalir  dalamnya hanya sekitar semata kaki, sebetis, selutut. Area untuk perempuan  terpisah dengan laki-laki, tapi sebenarnya tetap bisa terlihat sih walaupun mungkin tidak terlihat dengan jelas hahaha. Kami memilih tempat yang kira-kira pas dan aman.

Memperhatikan para pengunjung lain, ada yang merasa canggung, ada yang cuek, ada yang heboh, ada yang bingung, ada yang senang hahaha. Para perempuan Baduy sih cuek-cuek, ada yang pakai sarung juga sambil mengguyur badan dengan batok kelapa, menyikat gigi dengan sabut, selesai. Mereka sibuk  silih berganti mencuci beras. Area mencuci piring dan peralatan masak ada di sekitar pinggir sungai. Di bagian sungai lain ada yang bergantian buang air besar.

Bagaimana dengan kami? Kami santai  menjalanin dan menikmati suasana dan keadaan disini. Saya dan Aida memilih air yang agak dalam supaya bisa duduk dan  berendam, jas hujan plastik kami gunakan untuk menutup badan supaya tidak terlalu vulgar hahaha. Ochela, Pinta dan Deka memilih tempat lain yang bisa sambil main air. Pengalaman tak terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun