Mohon tunggu...
AHMAD ANDREY MAULANA
AHMAD ANDREY MAULANA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Always be Positive

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kala Itu

21 Februari 2024   21:53 Diperbarui: 28 Februari 2024   14:15 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Taman Surya Coffe Shop

Pada hari itu aku memutuskan menggunakan pena yang telah lama aku taruh dalam lemari. Tapi, aku lupa dimana menaruh kunci pintu itu. 

Akupun termenung bingung harus menggunakan cara apa untuk membukanya, perlahan aku coba menarik pintu itu tapi tetap tidak bisa terbuka karena belum menemukan kuncinya. 

Aku berusaha mengingatnya tapi belum sama sekali ingat dimana dulu aku menaruhnya. Terdiam lama sampai aku teringat bahwa aku mempunyai saudara yang ahli kunci (spesialis kunci). Langsung saja aku telfon dia sebut saja namanya Ahlan.

"lan kamu bisa kesini engga? Aku butuh bantuan buat buka pintu tapi kuncinya hilang, bisa engga perbaikinya?" tanpa basa basi ahlan pun menjawab siap langsung otw kerumahku.

Tak berselang lama ahlan pun tiba.

"di mana mas lemarinya yang mau diperbaiki?" ahlan pun bertanya kepadaku

"disana lan ayok ikut aku mengikuti garis yang berwarna merah ini sampai ke titik terakhir" akupun mengajak ahlan menuju tempat lemari itu berada.

"Mas ini kenapa rumah sepi banget memangnya keluarga mas pergi kemana?" ahlan tiba-tiba bertanya melihat keaadaan rumah yang sepi tanpa orang satupun.

"biasa dek lagi pada bepergian semua, jadi tinggal aku sendirian menjaga rumah ini." Akupun menjawab pertanyaannya yang cukup aneh itu.

Kami terus berjalan yang pada akhirnya sampai ke ujung garis berwarna merah ini bertanda bahwa telah sampai pada tempat lemari itu berada. Aku melihat gerak gerik ahlan aneh ketika melihat kearah lemari itu.

            "mas ini lemari apaan? Kok kayaknya modelan kuno banget?" ahlan pun bertanya kepadaku tentang lemari yang sudah cukup kuno itu.

            "ini lemari penuh sejarah dek, dan sudah di wariskan turun temurun". Aku pun menjawab secara singkat pertanyaan ahlan.

            "kenapa masih mau dibetulin mas? Memangnya masih ada barang berharga didalamnya?" ahlan pun kembali bertanya seakan-akan dia penasaran dengan isi lemari itu.

Sebelum aku menjawab pertanyaannya ahlanpun mulai memperbaiki kunci pintu dengan membuatkannya yang baru, sekitar 30 menit kemudian berkat kunci buatan pintu lemari kuno yang lama kembali terbuka.

            "eh mas kok lemari kosong cuman berisi peti kecil ini?" ahlan pun kembali bertanya tentang keadaan isi lemari itu kepadaku.

            "iya lan memang hanya ada peti kecil itu didalamnya" akupun langsung menjawabnya dengan spontan.

            "memangnya isinya apaan mas? Sepertinya berharga banget?" ahlan pun kembali bertanya dengan rasa penasarannya.

            "ada barang yang begitu berharga didalamnya" tanpa berlama-lama aku membuka membuka peti kecil itu dan mengeluarkan pena yang sudah lama aku taruh didalamnya.

            "lah Cuma pulpen mas? Wkwkw" ahlahnpun serasa mengejekku karena yang dikeluarkan hanya sebatas pena baginya.

            "jangan ketawa! Bukan sembarang pena, banyak sejarah telah aku ukir dengan pena ini pada saat masih mengembala dimasalalu." Aku pun memberikan penjelasan kepada ahlan tentang pena itu.

            "eh iya mas, aku boleh tanya enggak emangnya pulpen/pena itu seberguna apa sih kok mas sampe sebegitu senangnya melihat kembali barang itu" ahlan pun bertanya lebih dalam tentang pena yang telah aku genggam itu.

Aku termenung, entah perasaan ini senang atau takut ketika aku kembali memegang pena ini karena banyak sudah sejarah dimasalalu lalu dengan keberadaan pena yang aku pegang ini.

            "lan kamu harus ingat, pena ini memiliki banyak kebermanfaatan terutama ketika kamu ingin menulis, pena sebagai alat untuk menulis. Dari lahirnya tulis bisa sebagai bentuk pujian, cacian, krititakan ataupun semacamnya" Aku pun menjelaskan pada ahlan tentang pena itu.

            "oalah iya mas maaf terlalu meremehkan barang itu, tapi mas bukannya hari ini kita sudah hidup dizaman teknologi yang mana kalau menulis kan tinggal ketik aja pakai laptop/hp? Ahlanpun menanyakan kembali dengan mengaitkan zaman.

            "memang iya tapi mau gimanapun zamannya, kita harus selalu menjaga warisan leluruh yang sudah ada sejak zaman dahulu kala." Aku jawab singkat aja karena tidak mungkin terlalu dalam membahasnya.

Ahlan pun sepertinya merenung dengan jawabanku yang terlalu singkat itu, tak berselang lama aku pun mengajaknya kedepan untuk duduk sembari menikmati seduhan kopi di sore hari.

Ingatlah! Jangan pernah melupakan warisan para leluluhur. Mau bagaimanapun zamannya kita harus tetap berdiri kokoh dengan ada dalam lingkaran pemeliharan kearifan lokal, budaya yang sudah ada sejak dahulu kala. Menulislah agar setiap langkah kalian meninggalkan cerita dan kenanngan di sepanjang masa.

Sudut Warkop Taman Surya,

Bondowoso 21 Januari 2024

Reman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun